ARUMI GADIS PENAKLUK (23)
#TantanganGurusiana
#Hari ke-298
Sabtu , 21 November 2020
Kali ini Faizir memberanikan diri untuk mengajak Arumi ke rumahnya. Tentu ini bukan hal yang mudah bagi Arumi untuk bertemu dengan Mak Nyai. Sudah berulangkali dia menerima ejekan dari dukun kampung itu, hingga pernah membuat Arumi menyerah dibuatnya.
Awalnya Arumi enggan ketika Faizir memaksanya untuk bertemu dengan ibunya itu. Bekas luka batin di hatinya belum terhapus begitu saja jika ingat manakala Mak Nyai kerap mengusirnya sebagai bidan desa dan melarang warga berobat padanya.
Akhirnya luluh juga hati Arumi ketika di suatu sore Faizir memaksanya untuk ikut menemui Mak Nyai. Tiba di depan rumah, dengan hati berdebar Arumi melihat keadaan sekelilingnya. Nampak sepi rumah yang masih berdinding bilik itu. Setelah Faizir mengucapkan salam, barulah sosok perempuan tua itu datang menemuinya.
“Mak lihat, siapa nih yang datang ?” kata Faizir dengan sumringah
“Haahhh, ngapain kamu bawa-bawa bidan desa ini kemari, “ sahut mak Nyai ketus
“Emak tidak boleh gitu dong, ini kan calon menantu emak,” ujar Faizir merayu
“Pokoknya emak tidak mau lagi melihat orang ini, sana pergi !“ seru Mak Nyai
Mendengar hal itu, bulir bening dari kelopak mata Arumi hampir saja jatuh. Namun, dia paksakan perasaannya untuk tegar menerima ucapan Mak Nyai.
“Kang Faiz, Arumi pulang ya, “ ucapnya sambil membalikkan badan
“Tunggu Arumi, “ sahut Faiz terlihat menghadang Arumi.
“Gak apa-apa Kang, ini untuk kebaikan kita, “sahut Arumi tegar
“Ya sudah, maafkan sikap emak ya, “ucap Faizir tertunduk
Arumi meninggalkan rumah itu dengan hati yang luka. Dia bergegas pergi dari rumah kekasihnya itu dengan membawa sejuta luka di dada. Bukan sekali dua kali dia direndahkan oleh perempuan tua itu. Meski demikian, hatinya tetap tegar.
Dua purnama berlalu. Selepas maghrib, tiba-tiba Arumi dikejutkan oleh suara seseorang mengetuk pintu rumahnya dengan keras.
“Arumi…Arumi…buka pintunya,” suara seorang pria nampak tergesa mengetuk pintu. Arumi segera bangkit dan membuka pintu.
“Oh…Kang Faiz, ada apa ? “sahut Arumi kaget melihat Faiz terengah di depan pintu.
“Arumi…tolong emak, dia tadi terjatuh dan tak sadarkan diri, ayo cepat tolonglah,” sahutnya.
Dengan tergesa Arumi masuk ke dalam rumah untuk membawa peralatan medis yang diperlukan. Benar saja, sesampainya di rumah Faiz, dia melihat Mak Nyai tergolek lemah dengan mata terpejam. Diambilnya stetoskop untuk memeriksa tekanan darahnya lalu dikeluarkannya minyak kayu putih untuk dioleskan di dada renta itu. Arumi melakukannya dengan penuh kasih sayang, meski hatinya kerap disakiti.
Tak lama kemudian mata perempuan tua itu perlahan terbuka. Mak Nyai segera melihat sekelilingnya. Dia baru menyadari ada Arumi di sampingnya.
“Syukurlah mak Nyai sudah sadar, ini dimunum air teh hangatnya,” sahut Arumi sambil menyodorkan gelas.
“Ini nanti obatnya diminum tiga kali sehari ya, biar demam dan pusingnya hilang,” Arumi menyerahkan beberapa obat pada Faizir.
“Makasih ya Arumi, biar nanti pulangnya Kang Faiz antar, “sahut Faiz tersenyum
“Ya, sama-sama. Mudah-mudahan emak lekas sehat,” sahut Arumi seraya meninggalkan mereka dan berpamitan pada Mak Nyai.
Setelah beberapa lama, Mak Nyai sudah bisa bangun. Dia merebahkan dirinya di atas kasur dan menyandarkan kepala pada bantal dengan posisi lebih tinggi. Faizir menawarkan obat untuk dimunumnya.
“Mak , ini obatnya diminum ya, “sahutnya
Tanpa diduga Mak Nyai melakukan hal yang sama sekali diluar perkiraan Faizir, anaknya.
Bersambung.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap, ditunggu lanjutannya
Mksh bu Fitriany sudah berkenan mampir
minum obatnyakah mak nyai. jadi penasaran kelanjutannya