Min Hermina, SMPN 1 Cikampek-Krwg

Min Hermina, M.Pd. Saat ini mengajar di SMPN 1 Cikampek Kabupaten Karawang Jawa Barat...

Selengkapnya
Navigasi Web
ARUMI GADIS PENAKLUK (4)

ARUMI GADIS PENAKLUK (4)

#TantanganGurusiana

#Hari ke-279

Senin, 2 November 2020

Aku tidak mengerti mengapa orang itu menurunkanku di depan rumah ini dan ia langsung melesat pergi tanpa sempat kuucap terima kasih. Dengan berdiri mematung di depan rumah yang aku sendiri tidak tahu penghuninya, mataku liar mencari sumber cahaya. Rupanya listrik belum sepenuhnya masuk ke desa ini. Nampak beberapa rumah hanya diterangi lampu bohlam 5 watt dengan cahaya temaram. Di tengah nyaring suara jangkrik yang berpadu dengan sang kodok bersahutan mendendangkan lagu sumbang setelah hujan sedikit mereda. Itu yang menemaniku di malam gelap ini.

Kulemparkan pandangan ke setiap rumah yang masih berbentuk panggung dengan berdinding bilik. Kulihat jaraknya tidak terlalu dekat antara satu rumah dengan yang lainnya. Setelah puas menikmati gerimis malam di tempat asing ini, kini kuberanikan diri untuk mengetuk pintu rumah ini.

“Tokk…tokkk, permisi….puntennn, “ kataku sambil mengetuk pintu. Lama tak terdengar sahutan. Kuketuk lagi beberapa kali. “Puntennn….” kataku

“Manggaaa…. Di luar siapa ya ? “ sahut suara seorang ibu terdengar mendekat sambil membukakan pintu. “Ayo masuk, di luar dingin dan hujan, “ kata si ibu ramah.

Sambil mengulurkan tangan, Arumi menyalaminya. “Saya Arumi. Tadi oleh pengendara motor saya diantarkan ke sini. Ini alamat yang saya tuju,” kata Arumi sambil menyodorkan kertas.

“Oh…., ini alamat Polindes. Tapi jaraknya masih agak jauh dari rumah ini. Karena hari sudah malam, sebaiknya Neng tidur di sini aja dulu sambil menunggu pagi. Besok Ambu antarkan ke alamat ini, bagaimana ?” kata ibu itu dengan tersenyum.

“Baiklah kalau begitu, terima kasih,” ucap Arumi senang.

“Sekarang bawa tasmu ke ruang sebelah sana, “ kata si ibu sambil menunjuk ruang tengah.

Kemudian Arumi menyimpan barang bawaannya, lalu berkata : “Saya ingin ke kamar mandi, sebelah mana ya bu ?” tanya Arumi yang sudah tidak tahan kebelet pipis. Lalu ibu itu menunjukkan kamar mandi yang ternyata bangunannya terpisah dari dapur. Dengan langkah tertatih Arumi berusaha mencapainya karena gelap dan jalannya agak licin. Di dalam kamar mandi Arumi merasa bingung karena hanya terdapat pancuran. Ia bertanya dalam hati bagaimana jika ia ingin buang air besar, karena ia tidak melihat klosetnya.

Setelah selesai mencuci kaki dan tangannya, ia kembali ke dalam rumah. Tampak seorang bapak setengah baya sudah duduk di kursi yang agak reyot. “Abah, ini teh Arumi. Katanya ia akan ke Polindes, tapi ia diturunkan oleh pengendara motor di depan rumah kita, “ kata si ibu pada suaminya. Lalu Arumi menyalami orang yang duduk dihadapannya. “Besok kita antarkan anak ini ke tempat yang dituju, soalnya masih cukup jauh dari sini,”sahut si Abah. “Sekarang tidurlah dulu, istirahatlah biar badanmu segar, “ kata si ibu sambil mengantarkan Arumi ke kamarnya. “Neng tidur saja dulu di sini, ini kamar Ambu, “katanya dengan lembut.

“Oh ya, Neng Arumi boleh memanggil saya Ambu, “ sahutnya ramah.

Di dalam kamar yang sempit, Arumi tak dapat memejamkan mata. Ia memandangi langit-langit yang terlihat kusam warna biliknya. Lalu ia lirik dinding kamar yang terbuat dari anyaman bambu yang sudah rapuh. Kini sorot matanya tertuju pada lantai kamar yang masih berupa tanah padat. Duhhh….bagaimana ini, sanggupkah aku menjalani semua ini, batinnya. Kini pikirannya jauh melayang membayangkan perjalanannya nanti sebagai bidan desa dengan keadaan masyarakatnya yang masih hidup dalam garis kemiskinan.

Dalam pekat malam, akhirnya Arumi tertidur lelap karena perjalanan hari itu benar-benar sangat melelahkan. Ia tidak menyangka akan terdampar seperti ini. Di rumah orang lain yang sama sekali tidak pernah ia duga. Untung saja sang pemilik rumah, orang tua yang baik hati dan mau menampungnya untuk bermalam. Arumi sendiri tidak mengerti dengan semua ini, ia hanya menuruti ketika pengendara motor yang baik hati itu mengantarkannya ke rumah ini. Jika tidak, ia tidak tahu akan terdampar dimana dan bagaimana nasibnya.

Bagaimana kisah Arumi esok hari ? Akankah ia sampai pada tujuannya ? Ikuti episode selanjutnya.

Bersambung.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

02 Nov
Balas

Wow, makin seru perjalanan Arumi. Keren. Sukses selalu

02 Nov
Balas

Mrs..karena tokoh utamanya Aku, sebaiknya kata Arumi jgn terlalu sering Mrs..ttp aku. Menurutku begitu Mrs..tapi keren ide ceritanya..

02 Nov
Balas

Mantap cerpen nya Bu... Salam literasi.

03 Nov
Balas

Selalu ada orang baik yang akan menolong, jika kita juga baik... selalu ada perkataan baik untuk.kita jika kita juga baik... Kebaikan akan kembali lagi ke kita...

02 Nov
Balas

Penuh ketidakpastian dan tanda tanya. Semoga arumi sukses

02 Nov
Balas



search

New Post