ARUMI GADIS PENAKLUK (7)
Arumi berjalan beriringan dengan Mak Tinah sementara Pak Kuwu sudah melangkah jauh di depan. Perjalanan mereka tak lama karena memang jarak dari rumah Pak Kuwu ke Polindes kira-kira 500 meter. Akhirnya mereka sampai di tempat yang dituju. Arumi sejenak menarik napas setelah mengetahui tempatnya bertugas sebagai bidan desa. Dia bersyukur setelah kemarin menempuh perjalanan yang melelahkan dari kota kelahirannya kini dia sudah berada di sebuah desa yang benar-benar asing baginya.
“Arumi, ini tempat tugas sesuai dengan SK yang tadi kau perlihatkan, “ kata Pak Kuwu sambil mendekati bangunan itu.
Arumi memandangi bangunan kecil yang nampak tak terurus itu. Pak Kuwu mencoba membuka pintunya karena memang selama ini kunci ada pada dirinya. Mak Tinah dan Arumi masuk ke dalam. Dipandanginya setiap sudut ruangan yang nampak sudah terlihat kumuh tak terurus.
“Arumi, setahun lalu Bidan Deasy bertugas di sini. Namun, dia meminta pindah karena turut suami bertugas di luar pulau Jawa, “ Pak Kuwu menjelaskan.
“Oh ya, nanti ada Bi Atik dan Mang Darya akan membantumu untuk membereskan dan membersihkan Polindes ini, “ lanjut Pak Kuwu.
Mendengar penuturan Pak Kuwu, Arumi hanya bisa mengangguk seraya hati kecilnya berkata, mampukah dirinya bertahan di desa yang cukup terpencil ini. Kini Arumi hanya bisa tertunduk lesu, terbayang betapa berat tugas yang harus diembannya. Namun, setelah dia berpikir jernih bahwa ini amanah yang harus dilaksanakannya, kembali semangatnya bergelora.
“Arumi, kami pamit pulang dulu ya. Nanti Bi Atik dan Mang Darya akan Mak Tinah suruh membantumu membereskan tempat ini, “ kata Mak Tinah istri Pak Kuwu menyadarkan lamunannya. Arumi sedikit terkejut. Dengan terbata dia mengucapkan terima kasih atas semua kebaikan Pak Kuwu dan istrinya itu.
“Mangga bu, hatur nuhun, “ Sahut Arumi sambil menahan bulir bening yang terjatuh.
“Sudahlah jangan sedih ya, nanti sewaktu-waktu Mak Tinah pasti ke sini, “ katanya terharu.
Tak lama kemudian mereka meninggalkan Arumi seorang diri untuk pulang ke rumahnya. Kini Arumi hanya bisa terduduk lesu di sebuah kursi tua lapuk dan berdebu. Mungkin karena saking lamanya tak tersentuh. Dia tidak tahu harus mulai dari mana untuk membereskan semua ini. Pikirannya belum sepenuhnya fokus. Dia jadi teringat ayah dan ibu serta adiknya. Dia berpikir seandainya tak diterimanya surat tugas sebagai bidan desa, mungkin dia masih enak berada dengan keluarga di kota kelahirannya. Ahhh….dia mendesah berkali-kali menyesali keputusannya dulu ketika menandatangani surat perjanjian bersedia di tempatkan dimana saja di wilayah Indonesia.
Tok….tok….tokk….puntennn….tiba-tiba Arumi dikagetkan dengan suara ketukan pintu. Lalu dihampirinya daun pintu yang nampak kusam dan sedikit rapuh. Dia membukakan pintu dan tersenyum pada dua orang yang datang padanya.
“Pasti ini Bi Atik dan Mang Darya ya,” seru Arumi girang.
“Ya Neng, tadi Mamang dan Bibi disuruh Mak Tinah untuk bantu-bantu Neng Arumi membersihkan Polindes ini, “ kata Mang Darya sopan.
“Oh ya, silakan masuk. “ sahut Arumi.
“Hampir lupa, ini Mak Tinah nitip nasi sama sambel lalap serta ikan untuk makan malam Neng Arumi, “ kata Bi Atik seraya menyimpan rantang yang dibawanya.
“Sampaikan terima kasih pada Mak Tinah ya,” sahut Arumi sambil tersenyum.
Kini Mang Darya dan Bi Atik, istrinya mulai nampak gesit membersihkan perabotan serta barang yang ada di ruangan itu. Rumput liar yang agak meninggi, dipangkasnya. Kaca yang kusam kini terlihat kinclong. Lantai yang masih terbalut semen, disapunya hingga bersih. Tak terasa hari menjelang senja. Mereka berpamitan pada Arumi karena telah selesai membereskan Polindes beserta rumah dinas di sebelahnya.
“Bi Atik dan Mang Darya, bisa ga nginep di sini sehari saja,” pinta Arumi.
“Nanti ya, kami bilang dulu sama Mak Tinah diizinkan atau tidak,” sahut Bi Atik.
Akhirnya mereka pergi meninggalkan Arumi yang terlihat bengong menyaksikan kepergian mereka ke rumah pak Kuwu. Bi Atik dan Mang Darya adalah asisten rumah tangga yang sudah lama tinggal di rumah pak Kuwu. Mang Darya mengurus kebun dan sawah Pak Kuwu sementara Bi Atik membersihkan rumah dan pekerjaan rumah tangga lainnya.
Bagaimana kisah Arumi setelah menempati tempat tugasnya ? Ikuti lanjutannya esok hari.
Bersambung.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ahhh jadi inget diri sendiri ketika awal menjadi ASN 1998, di depan kelas suka ngahuleng lihat keluar, sawah... Dan segala kegundahan dan kesulitan, tapi itu buat saya jadi kuat. Ayok Arumi kamu pasti bisa...
Nuhun bu Susi sdh setia berkunjung. Ya, kadang2 ngenes sendiri hrs jauh dr ortu
Bagus cerpennya bu
Mksh pak Andro