ARUMI GADIS PENAKLUK (8)
#TantanganGurusiana
#Hari ke-283
Jumat, 6 November 2020
Arumi hanya mampu memandangi langit-langit kamar di rumah kecil samping Polindes tempatnya bertugas. Entah mengapa matanya susah terpejam. Pikiran liar selalu menghantui jiwanya karena dia merasa ada sesuatu yang harus diperbuatnya untuk desa ini.
Malam semakin larut. Sementara suara jangkrik bersahutan tiada henti dan binatang malam dengan setia menghantarnya ke peraduan hingga lelap menyapa. Di penghujung malam, Arumi tertidur dengan hanya ditemani selimut tipis penangkal dinginnya udara.
Kini pagi menyapa. Sang mentari dengan ramah memamerkan keindahan sinarnya menembus celah bilik bambu tempat Arumi tinggal. Pagi ini Arumi sudah bersiap memulai aktivitas barunya sebagai bidan desa. Dia berkantor di sebuah poliklinik desa (Polindes) sedangkan rumah dinasnya bersebelahan dengan Polindes. Dia mulai menata hatinya agar diberikan kekuatan, kesehatan dan kesabaran dari Tuhan dalam menjalankan tugasnya.
Pagi ini, Polindes masih nampak sepi karena memang sudah lama tidak digunakan semenjak ditinggalkan oleh bidan Deasy. Sampai siang Arumi hanya membereskan peralatan dan menata perabotan yang ada. Dia belum terlihat menerima pasien karena mungkin mereka belum tahu keberadaan Polindes sekarang.
Akhirnya, Arumi memutuskan untuk meninggalkan Polindes sejenak dan dia memilih bersilaturahim ke rumah penduduk yang ada di sekitarnya. Warga desa nampak antusias menyambut kedatangan Arumi di desanya. Mereka baru tahu bahwa ada bidan baru di Polindes. Arumi dengan senyum ramah menyapa jika berpapasan dengan masyarakat sekitar. Dia menilai bahwa ternyata mereka mau menerima kehadirannya. Ada juga beberapa warga yang mengajaknya singgah di rumahnya meski sangat sederhana. Mereka juga dengan ikhlas memberinya singkong atau sayuran untuk dibawanya pulang.
Setelah puas berkeliling, Arumi bersiap untuk kembali ke rumah dinasnya. Di tengah jalan dia berpapasan dengan Pak Kuwu yang baru saja kembali dari kecamatan. Dia mengingatkan Arumi untuk datang nanti malam ke balai desa karena akan ada rapat dengan kepala dusun yang ada di bawah naungannya. Pak Kuwu juga mengingatkan agar Arumi menyampaikan program yang akan diadakan di Polindes tempatnya bekerja.
Hari hampir sore ketika Arumi sampai ke rumah dinasnya. Dihempaskan tubuh mungilnya di kursi yang terlihat kusam itu. Dia berpikir dan mulai mengenal karakteristik dari warga desa itu karena dia harus memahaminya berkaitan dengan tugasnya sebagai bidan desa yang harus menjaga kesehatan mereka. Tak lama setelah itu, diambilnya kipas atau hihid yang terbuat dari anyaman bambu untuk menghilangkan gerahnya setelah berjalan cukup jauh ketika mengunjungi warga. Setelah beristirahat, dia bersiap menuju pancuran untuk membersihkan badannya agar segar kembali.
Bagaimana kisah Arumi selanjutnya setelah dia mampu melewati tugasnya di hari pertama ? Ikuti esok hari.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Semoga sukses
Terima kasih bu Fifit
Terima kasih bu Fifit