ARUMI GADIS PENAKLUK (Part 1)
#TantanganGurusiana
#Hari ke-276
Jumat, 30 Oktober 2020
Sore itu gerimis menyapa. Bus yang aku tumpangi hampir memasuki terminal antar kota. Kulirik arloji di tangan kiriku, jarum jam menunjukkan pukul 16.00 WIB. Kini bus berhenti di jalur yang sudah ditentukan. Kondektur berteriak agar para penumpang segera turun dan memperhatikan barang bawaannya agar tidak ada yang tertinggal. Akupun turun dari bus dengan disambut hujan gerimis. Dengan berlari kecil aku menuju area terminal yang banyak dipenuhi penumpang. Aku berdiri sambil sesekali memperhatikan angkutan umum yang ada di terminal itu. Satu dua pedagang asongan menawarkan dagangannya padaku, mulai dari kopi panas sampai mie instan seduh. Sebetulnya aku sedikit tergiur dengan tawaran mereka. Betapa tidak, perutku sudah mulai mengalunkan lagu keroncong dengan para cacing sebagai artisnya. Mereka terus menggeliat memperdengarkan suara sumbangnya. Ya, sebenarnya aku sangat lapar karena memang sejak pagi aku berangkat dari kota asalku, hanya sarapan nasi sepiring plus telor ceplok yang dihidangkan ibuku. Meski pedagang riuh menawarkan dagangannya , namun aku tetap bertahan untuk tidak menerimanya karena aku belum mengenal daerah ini. Rasa asing dan sedikit takut menghinggapi pikiranku. Kutahan rasa lapar dan kubiarkan titik air hujan membelai wajahku seiring lagu keroncong menemaniku dalam perut yang semakin rata ini.
Setelah menempuh perjalanan selama 7 jam dari kota asalku, segera kuseret koper yang berisi pakaian dan perlengkapan yang diperlukan untuk beberapa lama aku bertugas di tempat yang baru ini. Kembali aku melihat-lihat situasi sekeliling. Beberapa sopir taksi bodong sampai tukang ojek menawariku untuk naik kendaraannya. Berkali-kali pula kugelengkan kepalaku sebagai tanda aku tidak memerlukan jasa mereka. Dalam hati sebetulnya aku bingung. Mau naik kendaraan apa setelah aku sampai di kota Cianjur ini. Aku hanya berbekal alamat sebuah Puskesmas sesuai dengan surat keputusan pengangkatan diriku sebagai abdi negara terhitung mulai tanggal 1 November 1989.
Setelah beberapa lama beristirahat di dalam terminal sambil menunggu hujan reda, kuberanikan diri untuk menghampiri petugas yang kulihat sedang bercakap menggunakan handy talky di tangannya. Setelah usai berkomunikasi, aku segera menyapanya.
“Selamat sore pak,” sapaku.
“Oh ya, selamat sore. Adakah yang bisa saya bantu ?” ucap petugas itu ramah
“Saya Arumi, mau menuju ke alamat ini, kira-kira pakai kendaraan jurusan apa ya ?” tanyaku sambil menyebutkan alamat yang kumaksud.
“Wahhh bu, untuk sampai ke tempat ini cukup jauh juga . Ibu harus dua kali ganti angkutan umum baru sampai lokasi, “jelasnya
“Maaf pak, saya ini masih gadis alias belum ibu-ibu, “ kataku sambil tersenyum.
“Oh ya, maaf kalau begitu,” kata Petugas tersipu malu.
“Baiklah pak, terima kasih untuk informasinya,” kataku sambil beranjak menuju tempat yang dituju sesuai informasi Petugas.
Segera aku mencari papan nama di terminal itu yang menunjukkan daerah yang harus aku tuju. Lalu kuayunkan kaki ini untuk naik ke dalam mobil elf setelah aku bertanya terlebih dahulu kepada kernet. Ia terus berteriak lantang sambil menawarkan pada penumpang yang hendak naik. “Cidaun….Cidaun….ayo dua lagi nih, “teriaknya sampai terlihat urat lehernya seperti hampir putus saking semangatnya menawarkan pada penumpang untuk naik kendaraannya.
Bagaimana kisah Arumi selanjutnya ? Ikuti terus ya esok hari.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantul Cerpennya Bu Min. Sukses selalu
Terima kasih bunda Vivi yg selalu setia membaca tulisanku
Wah novel ke dua ya Mrs..
Hihihi dalam rangka belajar nulis bu hj Septa
Awal mula kisah yang buat penasaran...
Kasih ruh dong bu Susi gmn caranya biar hidup ini tulisan. Kadang sy greget dibuatnya krn ga hidup2 he..he
Keren bu... Sudah penasaran apakan arumi sampai di tempat tujuan? HeheSalam kenal
Terima kasih bu Diyah sudah berkenan mampir di sini. Salam kenal kembali