CINTA MARIA (10)
#TantanganGurusiana
#Hari ke-313
Minggu , 6 Desember 2020
Usai santap siang para lansia diwajibkan untuk tidur atau beristirahat serta tidak boleh melakukan aktivitas atau kegiatan tanpa sepengetahuan Suster. Aku mendekati Suster dan mengajaknya ke ruanganku untuk sekedar berbincang setelah ia menyelesaikan tugasnya.
“Suster, ketika tadi berjabat tangan dengan seorang Oma sepertinya dia mengenalku. Siapa namanya ya, “ Tanyaku pada Suster yang tadi mendampingi kegiatan senam.
“Bisa ibu sebutkan ciri-cirinya ? “ Tanya Suster
“Badannya ramping dan rambutnya putih tipis,” sahutku
“Oh, sepertinya itu Bu Prapti, “ Ucap Suster tersenyum.
“Memangnya kenapa, Bu ?” Tanya suster sedikit heran.
“Ah nggak apa-apa, hanya ingin tahu saja. Terima kasih informasinya ya, “ sahutku
Suster tersenyum dan segera pamit meninggalkanku setelah kukatakan tidak ada hal lain yang harus kuobrolkan dengannya.
Keesokan harinya aku bermaksud untuk menemui Bu Prapti. Biar bagaimanapun beliau adalah sosok perempuan yang pernah hadir dalam hidupku. Kucari ruangan kamarnya, setelah terlebih dulu aku meminta izin pada suster penjaga yang ternyata ia mau menemaniku. Berdebar rasa di dada ketika tangan ini kuangkat untuk mengetuk pintu kamar Bu Prapti.
“Permisi, “ Kataku sambil mengetuk pintu
“Ya tunggu sebentar, “Sahut seseorang dari dalam kamar
“Selamat siang Bu Prapti, ini Bu Maria ingin ngobrol dengan ibu, “ Sahut suster tersenyum
Perempuan yang disebut Bu Prapti segera menoleh ke arahku. Dengan sorot mata menyelidik dia terus mengamati wajahku beberapa saat. Meski sudah sepuh, namun penglihatan dan pendengarannya masih cukup berfungsi.
“Ya bu, saya Maria teman Pram dulu waktu kuliah, “ Sahutku terus terang
“Oh…. Kamu yang dulu jadi penyebab Pram kecelakaan. Mau apa kamu ada di sini ?” sahutnya ketus.
Mendengar hal itu, hatiku kembali tersayat. Ingin rasanya saat itu aku tumpahkan rasa kesalku padanya dengan berteriak bahwa aku bukanlah penyebab terjadinya tragedi itu. Namun, aku masih punya hati nurani untuk menghadapi sosok perempuan ini dengan sabar. Apalagi aku sebagai seorang Psikolog harus mampu memahami dan menangani kegalauan hatiku ini. Kulihat Suster memandangku dengan ekspresi wajah heran.
“Emhh….begini bu, bagaimana kalau saya jelaskan kronologis yang sebenarnya, “Sahutku ramah.
“Ahh…tidak usah,”Katanya datar
“Emhhh…kalau begitu saya permisi, nanti kalau ada yang ingin dibicarakan tinggal bilang saja ke Suster ya, “ sahutku sambil beranjak.
Aku pergi meninggalkan ruang itu dengan hati pedih. Ternyata Bu Prapti masih memendam ingatan pada peristiwa 20 tahun yang lalu dalam memorinya. Suster yang mendampingiku nampak tak mengerti dengan situasi ini. Sepertinya ia ingin mengajukan pertanyaan, namun melihat sikapku diurungkannya niat untuk bertanya.
Akhirnya aku kembali ke ruanganku. Aku merenung bagaimana caranya agar Bu Prapti mau mengerti tentang peristiwa ini. Aku sungguh bingung menghadapi masalah ini. Di satu sisi aku sebagai Psikolog mampu menangani masalah orang lain, namun di sisi lain ketika aku sendiri yang mempunyai problem tak bisa kupecahkan hingga saat ini.
Kutatap taman asri yang ada di depan kantorku untuk menyejukkan hati ini. Sedikit terhibur dengan memandang aneka bunga warna-warni elok memesona. Tak lama perutku terasa keroncongan. Kusimpan semua peralatan kerjaku dan aku berjalan menuju kantin untuk menikmati makan siang. Kupesan sepiring nasi beserta soto ayam panas kegemaranku dan tak lupa segelas lemon tea. Sambil tertunduk, kubawa nampan yang berisi pesananku menuju meja kosong yang ada di kantin itu. Belum lagi sampai di meja makan, nampan yang aku bawa tersenggol seseorang dan tumpah. Aku hanya bisa meringis menahan panasnya kuah soto dan segera membungkuk untuk membersihkan tumpahannya.
“Emhhh…maaf…maaf.. tak sengaja, “ Sahut seseorang dengan terbata.
Tak lama kemudian, ia juga jongkok untuk mengambil mangkuk yang tumpah. Saat hendak berdiri, kami beradu pandang. Rasanya aku kenal sosok lelaki ini.
Bersambung.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Asyik juga baca cerbung..
Cerita yang menarik, Bund. Seorang psikolog mampu menangani masalah orang lain, sementara masalah yang dihadapinya belul terurai. Maaf terlewat beberapa episode. Lanjut, Bund. Ceritanya bikin penasaran.
Mksh bu Teti sdh berkunjung
Kereeen...lanjut, Bun...
Mksh bu
Duhh jadi deg-degan... Jangan-jangan itu Pram...
Kita lihat besok ya