#TantanganGurusiana

#Hari ke-305

Sabtu , 28 November 2020

Usai membersihkan diri, aku bersiap hendak menikmati makan malam di jalan Malioboro. Sengaja Laura mengajakku ke tempat ini untuk mengenang persahabatan kami semasa kuliah. Laura memilih kedokteran di Universitas Gajah Mada, sedangkan aku jurusan Psikologi sesuai minatku. Aku kenal dengan Pram ketika dia berkunjung ke rumah kos untuk mengambil barangnya yang tertinggal. Aku dan Laura tinggal satu kamar kos-an, sementara Pram teman satu kelas dengan Laura.

Tak lama setelah mengambil barangnya yang tertinggal, Pram segera pamit. Kulihat dia membisikan sesuatu di telinga Laura. Laura hanya tersenyum dan mengangguk. Sepertinya dia sangat senang setelah dibisiki.

“Laura, kamu kok senyum-senyum aja, ada apa sih ?” tanyaku

“Heii….sini gadis cantik. Kamu dapat salam dari temanku itu tadi lho. Namanya Pramono, dia teman sekelasku, “ ucap Laura bersemangat.

“Gimana, diterima gak salamnya ?” sahutnya lagi padahal aku belum sempat menjawab.

“Ya udah, diterima ya,” ucap Laura sambil tertawa dan lari meninggalkanku.

Aku terkesiap dan baru menyadari tindakannya. Segera kukejar Laura, agar dia tak menyampaikan perkataannya. Duh…. aku malu.

********

“Heii…ayo berangkat, “ ucap Laura menyadarkan lamunanku. Segera kami memasuki mobilnya yang berwarna merah. Mobil menembus jalanan kota Yogyakarta yang sedikit macet. Aku sangat menikmati suasana malam di kota gudeg ini dengan ditemani angin semilir yang membelai wajahku.

Mobil berhenti di sebuah tempat makan lesehan yang dulu menjadi tempat langganan kami, para mahasiswa. Gerobak sederhana beratap terpal plastik menyediakan menu yang pas di kantong waktu itu. Ada nasi kucing, sate telur puyuh, sate usus dan aneka gorengan tersaji dalam wadah. Bagiku sebungkus nasi kucing sudah mampu mengenyangkan perut. Sekepal nasi dengan sedikit oseng tempe atau teri yang dibungkus daun pisang, membuat kantong aman terkendali karena harganya murah meriah.

Biasanya kami beramai-ramai datang ke warung lesehan Lek Man. Setelah acara makan usai, obrolan dilanjut dengan berbagai topik menarik. Tak jarang kami menghabiskan malam di sini. Apalagi malam minggu banyak pengamen menemani diskusi para mahasiswa yang mencintai kenyamanan dan kesederhanaan.

“Maria, kamu ingat ga waktu itu aku perkenalkan kamu pada Pram di sini ?” tanya Laura sambil mengambil makanan yang tersaji di angkringan.

“Oh ya, besok antar aku ke Panti Wreda itu.” kataku mencoba mengalihkan pembicaraan.

Laura tersenyum mendengar permintaanku, lalu dia melanjutkan makan dengan mengganti topik obrolan yang membuat kami tertawa.

Usai makan malam, aku meminta Laura menemaniku untuk membeli beberapa baju batik di toko Mirota yang menjadi langgananku. Setelah selesai berbelanja, segera aku menghampiri mobil Laura yang terparkir tak jauh dari lokasi toko.

Tak terasa malam semakin larut, Laura membelokkan mobil merahnya menuju kediaman yang ditempuh selama 15 menit. Aku masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamar. Ingin rasanya aku membuka rekaman lama yang tersimpan di hati dengan menumpahkannya pada cermin yang membisu. Aku ingat beberapa momen yang membuatku merasa bahagia berada di sisi Pram ketika bergandeng tangan di sepanjang jalan Malioboro menghabiskan malam minggu berdua.

Bersambung.