Min Hermina, SMPN 1 Cikampek-Krwg

Min Hermina, M.Pd. Saat ini mengajar di SMPN 1 Cikampek Kabupaten Karawang Jawa Barat...

Selengkapnya
Navigasi Web
CINTA MARIA (21)

CINTA MARIA (21)

#TantanganGurusiana

#Hari ke-325

Jumat, 18 Desember 2020

Siang ini Pram berencana mengunjungi ibunya di panti sekaligus bertemu dengan Maria untuk meminta maaf atas sikap istrinya kemarin. Setelah jam istirahat, dia izin dari rumah sakit tempatnya bekerja untuk menuju Panti Werdha Priskilla.

Di balik kemudi mobilnya, dia terus berpikir keras agar Maria mau membuka hatinya untuk memaafkan segala tindakan yang telah dilakukan ibu dan istrinya itu. Selama 30 menit mobil melaju dengan kecepatan sedang, yang akhirnya sampai di tempat tujuan. Sebelum turun dari mobil, Pram menarik napas panjang seraya berdoa agar semuanya berjalan lancar.

Setelah menulis agenda di buku tamu, Pram langsung diantar oleh petugas jaga untuk menemui Bu Prapti, ibundanya.

“Ibu, bagaimana kabarnya sehat kan ?” Tanya Pram

“Ya sehat. Dengan siapa kamu ke sini ?” ibunya balik bertanya

“Sendiri saja bu,” sahutnya singkat

“Lho, kenapa istrimu tidak kau bawa sekalian ?” Tanya Bu Prapti sambil mengerutkan dahi.

“Ini bu, kue kesukaan ibu,” ucap Pram sambil menyodorkan tas berisi kue.

“Pertanyaan ibu kok tidak kamu jawab,” sahut Bu Prapti.

“Emhh…dia lagi sibuk bu, “sahut Pram beralasan

“Ah…. alasan saja. Pasti tujuan kamu ke sini bukan untuk ketemu ibu kan, tapi ingin jumpa dengan si Maria itu kan, ayo jawab,” sahut Bu Prapti ketus.

Percakapan antara ibu dan anak itu kian memanas. Padahal Pram sudah berupaya untuk menjelaskan maksud kedatangannya. Namun, sang ibu tetap tidak terima dengan apa yang diutarakannya.

“Ibu, mohon maaf. Pandangan ibu terhadap Maria itu keliru besar. Dia tidak pernah bersalah. Justru ketika itu Pram-lah yang kurang hati-hati menjalankan motor agak oleng karena sedikit mengantuk hingga tak sadar ada kendaraan lain menyenggol hingga Pram jatuh,” jelasnya panjang lebar.

“Oh, jadi selama ini ibu menduga bahwa si Maria itu yang menyebabkan kamu celaka itu keliru ya ?” Tanya Bu Prapti

Ya bu, benar. Maria itu sama sekali tak bersalah. Justru anak ibu ini yang lalai,” jelas Pram dengan sedikit tersenyum lega.

Mendengar penjelasan anaknya itu, Bu Prapti mengangguk-anggukan kepalanya. Melihat tingkah ibunya, Pram tersenyum penuh arti. Kini ada harapan bahwa ibunya mulai mau membuka diri untuk Maria yang selama ini dipandang bersalah di matanya. Pram merasa senang dengan perubahan roman muka di balik kulit wajah keriput ibunya yang sudah memasuki usia senja itu. Diraihnya tangan renta itu seraya digenggam erat. Pram menumpahkan air mata bahagia di punggung tangan perempuan yang telah melahirkannya itu.

Bersambung.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terbuka hati ibunda. Bagaimana kelanjutannya? Ditunggu

18 Dec
Balas

Semakin terbuka hati Bu Prapti...

18 Dec
Balas



search

New Post