CINTA MARIA (22)
#TantanganGurusiana
#Hari ke-326
Sabtu, 19 Desember 2020
Pram sangat bersyukur bahwa ibunya sekarang sudah mau memahami tentang Maria. Dia berencana ingin bertemu dengan perempuan yang pernah mengisi hatinya dulu. Diajaknya Bu Prapti, ibunya itu untuk menemui Maria. Sebelum bertemu dengannya, Pram memastikan bahwa ibunya benar-benar mau memahami keadaan Maria.
“Ibu yakin sekarang bahwa Maria tak bersalah ?” Tanya Pram
“Emhhh….kalau memang benar yang kamu katakan tadi, ibu mau bertemu dengannya,” sahut Bu Prapti pelan
“Ya sudah, ayo kita ke ruangannya sekarang,” Ajak Pram
“Sebentar. Kira-kira dia mau gak menerima ibu,” ucap Bu Prapti ragu.
Pram menganggukan kepalanya sambil tersenyum. Akhirnya anak dan ibu itu berjalan beriringan menuju ruangan Bu Maria yang letaknya tak jauh dari kamar tempat Bu Prapti tinggal. Dituntunnya dengan perlahan sosok perempuan yang sudah sepuh itu. Tak berapa lama mereka sampai juga di ruangan Bu Maria.
“Selamat siang, ada yang bisa dibantu ?” Sapa suster
“Selamat siang suster, apa bisa kami bertemu Bu Maria ?” Tanya Pram
“Oh, kebetulan hari ini Bu Maria sedang rapat di Kantor Dinas Kesehatan,” sahut Suster
Pram memandang ibunya setelah tahu bahwa orang yang dituju ternyata tak dapat bertemu hari ini.
“Oh baik kalau begitu kami permisi,” Pram tersenyum
Kembali Pram berjalan menuntun ibunya. Sambil bercakap sesekali Pram tersenyum setelah ibunya bercerita tentang masa kecil dirinya. Meski sudah memasuki usia indah, tapi daya ingat ibunya masih tajam. Dia masih mengingat setiap peristiwa yang dialami.
Sebenarnya Pram agak kecewa juga di saat ibunya kini sudah terbuka hatinya, namun ternyata orang yang akan ditemuinya tak dapat jumpa. Jauh di lubuk hatinya ada juga rasa was-was jika pikiran ibunya berubah. Apalagi kalau Mirna datang menjenguk, itu yang dikuatirkan oleh Pram. Mirna biasanya paling jago mempengaruhi orang bahkan dia berani memfitnah siapa saja yang dianggapnya menghalangi maksudnya. Semua dilakukannya dengan rasa tak bersalah.
Pram ingin segera mengabarkan pada Mirna tentang ibunya. Untuk itu dengan cepat dia berpamitan pada ibunya. Dihampirinya mobil yang selama ini menemaninya kemanapun dia pergi. Sambil berkendara, dia bersenandung kecil. Bahagia rasanya mendapati ibunya sudah menyadari kekeliruannya dan mulai terbuka pintu hatinya. Sudah tak sabar dia ingin segera sampai rumah dan mengabarkannya pada Mirna.
Diparkirnya mobil kesayangan dan segera Pram keluar menuju rumahnya. Diketuknya pintu bercat putih itu. Namun, sudah berkali-kali tak ada jawaban apalagi membuka pintu. Pram berpikir, kemana gerangan Mirna sore ini. Diraihnya HP dan dengan segera dia menghubungi istrinya itu, tapi tetap tak ada jawaban. Pram mengerutkan dahinya seraya bergumam, kemana gerangan Mirna.
Bersambung.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cerita yang menggelitik hati...Ditunggu sambungannya....
Wah, makin keren ceritanya. Sukses selalu
Aduuh jadi penasaran. Ke mana Mirna? Padahal ibu sudah menyadari kesalahannya.