Min Hermina, SMPN 1 Cikampek-Krwg

Min Hermina, M.Pd. Saat ini mengajar di SMPN 1 Cikampek Kabupaten Karawang Jawa Barat...

Selengkapnya
Navigasi Web
CINTA MARIA (25)

CINTA MARIA (25)

#TantanganGurusiana

#Hari ke-329

Selasa, 22 Desember 2020

Pukul sembilan malam terdengar mobil Mirna memasuki halaman rumah. Pram yang duduk di sofa ruang tengah terlihat sedang menonton berita di televisi. Sementara itu Mirna lewat di depan dirinya tanpa menyapa sepatah katapun.

“Mirna, duduk sini,” sahutnya mengawali perbincangan.

“Maaf nanti saja, mau ke belakang dulu,” balas Mirna

Mendengar hal itu, Pram terlihat kecewa. Dia mengulangi sekali lagi perkataannya.

“Mirna, tadi di kafe kamu ngobrol dengan siapa kelihatannya mesra sekali,” sahut Pram terus terang.

Mendengar hal itu Mirna menghentikan langkah kakinya dan segera menyahut.

“Itu bukan urusanmu,” ucap Mirna ketus sambil berlalu

Melihat sikap istrinya yang kurang sopan, Pram segera menghampiri dengan nada bicara meninggi.

“Baik kalau begitu, sekarang urus dirimu sendiri,” ucap Pram sambil menuju kamarnya.

Di dalam kamarnya, Pram merenung. Rasanya dia telah gagal mendidik istrinya. Dia tak tahu harus bagaimana lagi caranya untuk mengembalikan situasi rumah tangganya yang mulai tidak harmonis. Padahal sikapnya selama ini sudah berusaha dijaga sebaik mungkin. Dia merasakan ada sesuatu yang berbeda dengan sikap dan perilaku istrinya akhir-akhir ini. Dia melihat Mirna sering berdandan di luar kebiasaannya dan sering bertandang ke kafe atau restoran mewah bersama teman-temannya. Tak jarang, Mirna sering terlambat pulang hingga jauh malam baru sampai rumah. Mungkin ketika Pram mampir ke kafe itu dan melihat pria yang duduk di depan Mirna adalah salah satu lelaki yang diperkenalkan oleh temannya.

Di rumah, Mirna sering uring-uringan. Terlebih Mbok Yum yang tak jarang menjadi sasaran pelampiasannya. Berulangkali Pram mengingatkan Mirna untuk tak melakukan hal itu. Namun, Mirna yang keras kepala terkadang sampai kehilangan kontrol emosinya. Melihat kondisi seperti ini setiap hari, Pram merasa sangat sedih.

Siang itu Pram mengajak Mbok Yum untuk menyertainya ke panti menemui ibunya, Bu Prapti. Dia berharap keikutsertaan perempuan paruh baya yang sudah mengabdi lama di rumahnya akan sedikit menghilangkan rasa cemburu Mirna terhadap Maria.

“Mbok, cepat ganti baju ya, kita ke panti menjenguk ibu,” sahutnya.

Ingin rasanya Pram menumpahkan segala perasaan dan kesedihannya selama ini pada ibunda tercinta. Padahal sebelumnya, dia sudah merasa senang akan perubahan sikap ibunya yang sudah mau mengakui kekeliruannya selama ini. Beliau sudah mau menerima kenyataan bahwa kecelakaan yang dialami anaknya bukan Maria penyebabnya.

Bergegas Pram menjalankan laju mobilnya. Sementara Mbok Yum duduk di sebelahnya. Sebetulnya dia menginginkan Mirna-lah yang duduk mendampinginya. Tapi apa daya, dia sudah tak peduli lagi pada ibu mertuanya. Dia lebih mementingkan pergaulan dengan teman-teman di komunitasnya.

Setelah menempuh perjalanan selama 30 menit, Pram memarkir mobilnya di halaman panti werdha yang sudah lama ditempati ibunya. Dia juga tak mengerti mengapa ibunya lebih betah tinggal di panti itu daripada ikut dengannya. Tak jarang dia membujuk ibunya untuk diboyong ke rumahnya. Selama itu pula ibunya menolak dengan halus. Alasan yang selalu dikemukakannya adalah di sini banyak teman dan kegiatannya sangat menyenangkan. Itulah kalimat yang selalu dikemukakannya.

Seperti biasa, setelah mengisi agenda tamu Pram segera menjumpai ibunya. Dia sangat senang ketika bertemu dengan ibunya setelah beberapa lama tak bersua.

“Bu apa kabar, ibu sehat-sehat kan ?” tanyanya sambil tersenyum.

“Ya, ibu sehat. Lha kenapa kamu datang sama Mbok Yum. Istrimu mana ?” tanya ibu menyelidik.

“Mirna sedang ada urusan. Dia tak bisa ikut ke sini sekarang,” sahut Pram

“Mbok Yum, jaga Pram baik-baik ya,” pinta Bu Prapti sambil tersenyum.

Mbok Yum membalas senyumnya dengan menganggukan kepala.

Tak terasa kunjungannya selama tiga jam sudah akan berakhir. Pram segera pamit pada ibunya. Kini dia merasa lega setelah bertemu dan berbincang menumpahkan segala perasaannya. Diciumnya ibu yang sudah renta ini. Setelah itu Pram mengajak Mbok Yum meninggalkan ruangan itu. Pram berjalan di sepanjang lorong panti dengan lebih banyak menunduk. Dia nampak fokus pada handphone di tangannya dengan membuka-buka pesan di WA. Hingga tak terduga pundaknya menyenggol seseorang yang berpapasan dengannya sampai terjatuh HP yang sedang dipegangnya.

Bersambung.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Siapa yang tersenggol itu? Ditunggu lanjutannya

22 Dec
Balas

Terima kasih bu Fitriany sdh berkunjung. Nantikan esok hari ya

22 Dec

Dinanti lanjutannya Bunda

22 Dec
Balas

Siappp bun Murdianah

22 Dec

Siapakah dia...

22 Dec
Balas

Owwowww siapa dia

22 Dec



search

New Post