CINTA MARIA (26)
#TantanganGurusiana
#Hari ke-330
Rabu, 23 Desember 2020
Siang ini. aku mendadak dipanggil oleh Bu Murti Kepala Panti untuk rapat internal. Dengan tergesa aku berjalan melewati lorong panti yang jaraknya tak terlalu jauh dari ruanganku. Sudah menjadi kebiasaanku kalau berjalan agak cepat, kadang aku hanya menyapa sekilas orang yang berpapasan denganku. Hingga aku tak sadar ada yang menyenggol pundakku ketika aku berjalan berlawanan arah dengannya. Seketika itu juga secara refleks aku bersitatap dengannya. Ternyata Pram sedang berjalan menunduk memainkan keypad HP-nya. Hingga sempat HP itu terjatuh di dekat kakinya.
“Upss….maaf tak sengaja,” sahut Pram sambil jongkok mengambil HP.
Setelah itu, Pram menatap lekat padaku sesosok perempuan yang baru saja bertubrukan dengannya.
“Emmhhh….Maria. Maaf tadi tak sengaja,” sahut Pram terlihat gugup.
“Ohhh…. Tidak apa-apa, maaf juga telah membuat HP-mu terjatuh,” sahutku sedikit grogi
“Emhh….apa bisa kita berbincang sejenak ?” pinta Pram penuh harap.
“Aku sedang terburu-buru. Kepala Panti memanggilku untuk rapat. Lain kali saja,” ucapku dengan tergesa sambil cepat berlalu.
Pram hanya bisa memandang dari kejauhan, setelah pertemuannya barusan yang tak terduga denganku. Sementara itu aku melanjutkan jalanku ke ruang Ibu Kepala Panti. Namun, entah mengapa tiba-tiba dadaku berdegup kencang. Perasaanku menjadi tak karuan dan pikiranku mengembara bila ingat kejadian yang baru saja kualami. Ingin kuhalau rasa galau ini, tapi tetap tak mampu. Aku semakin bingung, ini pertanda apa. Padahal selama ini aku sudah membuang jauh-jauh rasa itu. Ah…entahlah.
Sementara itu di dalam mobil yang akan membawanya pulang, Pram hanya terdiam. Pikirannya sibuk dengan pertemuan singkat tadi. Berbagai pertanyaan muncul dalam benaknya. Mengapa Maria susah sekali diajak berbincang, baik secara langsung maupun melalui telepon. Tak jarang WA-nya juga tidak pernah ceklis biru bila dikirimi kabar. Itu pertanda pesannya tak pernah dibalas.
“Maaf Pak dokter, yang tadi ketubruk tuh siapa ya ?” tanya Mbok Yum tiba-tiba.
Pram sedikit kaget dan tersadar dari lamunannya ketika menyetir. Segera dia menjawab pertanyaan Mbok Yum dengan terbata.
“Emhh…. Itu tadi teman kuliah dulu, “ sahut Pram
“Tapi kenapa seperti gugup ya, padahal biasanya orang yang ketubruk itu marah,” sahutnya
“Ya, karena dia orangnya baik tak pernah marah,” sahut Pram sekenanya.
“Tidak seperti ibu, ya pak dokter. Kalau marah sampai kenceng suaranya,” timpal Mbok Yum.
Pram hanya bisa tersenyum mendengar penilaian asisten rumah tangganya itu terhadap istrinya yang kerap marah tanpa sebab. Tak terasa mobil sudah sampai rumahnya. Dengan gesit Mbok Yum turun dan membukakan pintu garasi. Pram sejenak beristirahat di ruang tengah sambil minum segelas air putih yang disodorkan Mbok Yum.
“Mbok, bilang ke ibu ya bila beliau sudah datang. Pak dokter mau ke rumah sakit dulu.” Sahut Pram.
Bergegas dia mengeluarkan kembali mobilnya dan meluncur ke tempat tugasnya di sebuah rumah sakit besar di Yogyakarta. Ada panggilan mendadak dari UGD karena ada pasien yang harus segera ditanganinya.
Bersambung.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cerpen keren bunda...
Terima kasih
Kok saya berharap Maria kembali lagi sama Pram... Tapi gimana dengan istrinya? Hehe