CINTA MARIA (27)
#TantanganGurusiana
#Hari ke-331
Kamis, 24 Desember 2020
Aku tak dapat memusatkan pikiran pada materi rapat yang disampaikan oleh Bu Murti Kepala Panti Werdha Priskilla. Konsentrasiku buyar manakala mengingat kejadian yang baru saja kualami. Sudah lebih dari tujuh purnama aku tak bertemu Pram. Chat-nya saja di WhatsApp tak pernah kubalas. Entah mengapa ada rasa enggan menyelimuti hati ini untuk berjumpa atau bersapa dengannya.
Semenjak kalimat yang dilontarkan istrinya yang sangat menghujam dadaku, saat itu aku sudah mati rasa. Sudah kututup pintu hati ini untuk yang namanya tali silaturahmi. Meski Pram sudah beberapa kali menghiba mohon dibukakan pintu maaf bagi ibu dan istrinya, aku tak bergeming. Aku tak mau memaafkan mereka sampai ujung dunia.
Bu Maria, jangan lupa minggu depan ada seminar Kesehatan di Kantor Dinas Kesehatan harap hadir tepat waktu,” sahut Bu Murti membangunkanku dari lamunan
Sontak aku kaget dan malah bertanya Kembali.
“Emhh….kapan bu dan dimana ?” tanyaku gugup
“Waduhhh…Bu Maria ini lagi melamun apa hayooo ?” sahut Bu Murti
Aku yang mendengar candaannya jadi tersipu malu. Biasanya aku orang yang perfeksionis, semua pekerjaan dan catatan apapun kuingat betul dan selalu kutulis serta kuarsipkan dengan rapi. Kali ini buku kecil yang biasa aku bawa masih kosong belum ada tulisan apapun. Mata dan telingaku tetap kupasang untuk materi rapat ini, tapi tidak untuk hati dan pikiranku yang melayang mengembara entah kemana.
Kini aku dapat berpikir jernih setelah kutarik napas panjang sejenak untuk mengusir segala kegalauanku. Aku tidak mau terlihat kurang profesional di hadapan atasanku. Minggu depan aku harus menghadiri seminar tentang bahaya pandemi Covid-19 bagi para kaum lansia. Aku ditugaskan untuk berangkat menghadiri acara tersebut dengan rekan sejawatku dokter Sri. Dia yang mempelajari dari sisi Kesehatan para penghuni sedangkan aku dari sisi psikologis mereka ketika menghadapi pandemi ini. Apalagi di usia sepuh yang rentan dengan berbagai penyakit harus benar-benar diperhatikan dari kedua sisi itu. Aku menyatakan siap berangkat mengikuti kegiatan itu. Demikian pula dengan dokter Sri. Kami akan pergi bersama memenuhi undangan Kantor Dinas Kesehatan.
Usai rapat, aku kembali ke ruanganku untuk melanjutkan tugasku yang belum rampung. Kuraih handphone yang sedari tadi tak tersentuh karena sedang berlangsung rapat yang menuntut konsentrasi penuh. Lagi pula Ibu Murti selaku Kepala Panti paling tidak suka ketika sedang rapat ada yang asyik memainkan gawainya. Dia sangat melarang anak buahnya menghidupkan HP. Kini kubuka satu persatu pesan yang masuk melalui WA. Sejenak kuhentikan jari ini pada sebuah nama yang sudah kukenal. Betapa terkejutnya aku ketika membaca salah satu pesan yang membuat jantungku berdetak kencang. Ya Tuhan, gumamku tak percaya.
Bersambung.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Waduh, Bu. Pesan apa yaaa. Enin juga jadi ikutan degdegan. Ditunggu lanjutannya Bunsay.
Keren Bu cerpennya, ditunggu kelanjutannya
Mksh pak, esok tunggu ya kelanjutannya
Keren ceritanya bu
Mksh bu Sofiawati
Ada pesan apa ya Bu, kok jadi ikut berdebar jantung ini. Salam sukses.
Bu Robingah tunggu esok hari ya
Ikut penasaran Bun. Siap mwnanti lanjutannya. Sehat selalu bun
Terima kasih Bu Murdianah sdh mampir
Apa isi pesannya hayooo...
Apa ya, sy juga ga tahu he..he