Min Hermina, SMPN 1 Cikampek-Krwg

Min Hermina, M.Pd. Saat ini mengajar di SMPN 1 Cikampek Kabupaten Karawang Jawa Barat...

Selengkapnya
Navigasi Web
CINTA MARIA (3)

CINTA MARIA (3)

#TantanganGurusiana

#Hari ke-306

Minggu , 29 November 2020

Malam kian larut, namun entah mengapa netra ini tak sedikitpun mau terpejam. Bayangan Pram semakin kuat berkelebat. Pada dinding kamar ingin kukisahkan kembali manakala dua dasawarsa silam aku pernah hadir pada sosok pujaan hati, Pramono. Kala itu Pram mengajakku pergi ke tepi Pantai Parangtritis untuk menghantar matahari senja menuju peraduannya. Dengan romantis disibakannya rambutku yang sesekali diterpa bayu. Kita berjalan di sepanjang pantai sambil merajut mimpi dan angan serta mengukir asa tuk membina masa depan.

Tergesa Pram mengajakku pulang setelah jam menunjukkan pukul sembilan malam. Pram menjalankan motor dengan kecepatan yang tak biasa. Lima menit sebelum sampai di rumah kos-anku, dari arah kiri motor diserempet orang tak dikenal dengan kerasnya. Hingga aku terjatuh dan dunia terasa gelap. Kubuka mataku dan kulihat sekelilingku tembok serba putih. Kulihat disampingku ada Laura yang tersenyum seraya berkata :” Syukurlah kau telah siuman.”

Aku tak mengerti apa yang telah terjadi. Aku hanya ingat ketika Pram memboncengku dengan sepeda motornya.

“Laura, apa yang terjadi ? Dimana Pram dan bagaimana keadaanya ? “ cecarku pada Laura.

“Tenang Maria, Pram ada di ruang operasi, “ sahut Laura tertunduk

Aku hanya bisa meneteskan air mata, ketika mengetahui keadaan Pram.

Keesokan harinya, aku sudah diperkenankan pulang oleh dokter yang merawatku. Sementara Pram masih dalam keadaan tak sadarkan diri. Sudah dua hari ini aku menjenguknya, namun dokter tak memperbolehkanku masuk ruangan. Aku hanya bisa memandang dari kaca ruang isolasi itu.

Suatu kali aku melihat seorang ibu dan bapak menghampiri ruang isolasi. Mereka memandang pasien dengan tertunduk serta roman muka sedih. Laura dan aku yang kebetulan sedang menjenguk menghampiri mereka.

“Selamat sore Om dan Tante, kenalkan saya Laura dan ini teman saya Maria kekasih Pram, “ sahut Laura sambil mengulurkan tangan.

“Oh jadi ini ya gadis yang menyebabkan anak saya celaka, “ ucap perempuan itu sambil berkacak pinggang menunjuk pada Maria.

“Emhh…maafkan Tante, saya tidak tahu akan terjadi seperti ini,” sahut Maria gugup

“Pergi kamu, jangan datang lagi menjenguk anak saya!” ucapnya sengit.

Dengan hati hancur Maria menumpahkan air mata yang semakin menganak sungai di pundak sahabatnya, Laura.

“Sudahlah Maria, tenangkan dirimu, “ ucap Laura sambil mendekati tempat duduk.

Tak lama kemudian pihak rumah sakit meminta keluarga untuk mendonorkan darah karena pasien memerlukan transfusi darah. Namun, tak ada satupun dari anggota keluarga Pram yang sesuai golongan darahnya.

“Pak, saya bersedia menjadi donor, “ sahutku langsung beranjak dari tempat duduk. Lalu petugas itu mengajakku ke ruang pemeriksaan. Aku bersyukur karena ternyata darahku cocok dengan golongan darah Pram.

Dua purnama terlewati sudah. Pram masih terbaring tak sadarkan diri di ruang isolasi itu. Sementara aku terus memanjatkan doa untuk kesembuhan kekasih hatiku. Tak jarang aku secara sembunyi-sembunyi datang untuk menjenguk demi menghindari ibu Pram yang melarangku datang.

“Pram….Pram….Pram,” sahutku kencang

“Maria…Maria…buka pintunya.” Kudengar seseorang mengetuk pintu kamarku. Aku begitu kaget ketika bangun dan membuka pintu, ternya Laura yang datang. “ Oh kamu bermimpi rupanya, “ sahut Laura sambil memelukku.

“Iya…aku bermimpi tentang kecelakaan yang kualami bersama Pram,” sahutku tertunduk.

“Sudahlah. Sekarang pukul enam pagi, ayo bersiap. Kita mau ke Panti Wreda hari ini,” sahut Laura sambil menepuk pundakku. Rasanya masih tersisa mimpi semalam yang menyebabkanku mengigau hingga menyebut-nyebut nama Pram.

Setelah membersihkan diri dan siap berangkat, aku menghampiri meja makan untuk sarapan pagi. Sambil minum teh dan menyantap nasi goreng, kuberanikan diri bertanya pada sahabatku, Laura.

“Eh….Laura, boleh gak aku tanya sesuatu padamu ?” tanyaku

“Emhhh…silakan, tidak ada yang melarang kok, “ sahutnya ringan

“Gimana kabar Pram setelah dua puluh tahun aku tak bertemu ?” tanyaku

Mendengar hal itu, kulihat Laura sedikit tersedak ketika minum.

“Kamu mau tahu ?” sahut Laura dengan nada menyelidik

“Ya dong, “ sahutku tersipu

“Emhhh, baiknya mulai dari mana dulu ya,” ucap Laura sambil meletakkan cangkir minumnya.

Bersambung.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cinta lama...tetap terkenang

30 Nov
Balas

Bsgaimana dengan pram ya.. mrs jgn lupa ya tokoh aku sudut pandang orang pertama pelaku utama ya.. diatas ada aku diubah jd maria.., ceritanya kerennnn

29 Nov
Balas

Hihihi mksh bu hj koreksinya. Saking semangatnya ngetik kadang jadi lupa

29 Nov

haduh lagi tegang menyimak kepotong. Kisah yang menarik.

29 Nov
Balas

Hihihi mksh bu Susi sdh berkunjung

29 Nov

Keren. Ditunggu kelanjutannya.

29 Nov
Balas

Mksh bu Marwati

29 Nov



search

New Post