#TantanganGurusiana

#Hari ke-335

Senin, 28 Desember 2020

Ketika sang pembawa acara menyebutkan narasumber yang akan tampil, hatiku benar-benar tak karuan. Dokter Pram yang aku kenal kini akan menyampaikan materi seminar menggantikan dr. Tony yang berhalangan hadir. Setelah dia tampil di podium, hatiku berdegup kencang manakala dia menghadiahi para peserta dengan senyum manisnya. Setelah itu Moderator mempersilakannya duduk di kursi yang telah disediakan. Konsentrasiku untuk mengikuti seminar ini menjadi hilang, seiring dengan posisi duduknya yang persis menghadapku. Karena aku yang duduk di barisan kedua dalam acara seminar itu tentu sangat terlihat jelas olehnya.

Materi pertama dr.Pram menyampaikan dengan baik dan lancar. Namun, ketika hendak membuka file kedua di laptopnya secara tak sengaja dia memandangku. Dan sialnya pada saat itu juga aku sedang memperhatikannya sehingga pandangan kami beradu. Perutku langsung mulas seketika sehingga aku langsung beranjak dari tempat duduk untuk mencari toilet. Ketika berada di dalam toilet itu, tiba-tiba rasa sakit perutku hilang. Lalu aku langsung mengirim WA pada dr.Sri yang masih setia duduk di kursi peserta. Kujelaskan bahwa aku akan pulang duluan menggunakan grabcar karena perutku sakit.

Sesampainya di panti, aku melapor pada Bu Murti kepala Panti bahwa aku pulang duluan karena tak enak badan. Bu Murti memahami keadaanku dan beliau menyuruhku beristirahat sejenak. Aku segera meninggalkan kantornya dan berjalan menuju asrama tempatku tinggal. Di dalam kamar, aku hanya bisa geleng-geleng kepala tak mengerti mengapa semua ini bisa terjadi. Mengapa peristiwa demi peristiwa yang ada hubungannya dengan Pram selalu saja menyertaiku. Padahal aku benar-benar ingin menjauh darinya. Namun, itu semua tak dapat kuelakkan karena memang bukan kemauanku.

*****

Sementara itu dr.Sri yang tengah serius mendengarkan materi seminar, sejenak menoleh pada HP yang ada di sampingnya. Dia membuka pesan WA dan segera membalas pesanku. Setelah itu dia kembali mendengarkan ceramah tentang pentingnya mencegah penularan Covid-19 pada para lansia.

Setelah acara seminar usai, segera dr.Sri beranjak dari tempat duduknya hendak meninggalkan ruangan. Namun, langkahnya terhenti manakala dokter Pram menghampirinya dan mengjaknya berbincang.

“Maaf, yang tadi duduk di samping Anda siapa ya ?” tanyanya

“Oh, itu Bu Maria teman sejawat di panti, “ sahut dr.Sri singkat

“Kok hanya sebentar menghadiri seminar ini,” lanjut Pram menyelidik

“Mmmm….tadi sih bilangnya kurang enak badan sehingga minta izin pulang duluan,” ucap dr.Sri sambil tersenyum dan segera pamit meninggalkan dr.Pram yang masih nampak ingin berbincang.

Sesampainya di panti, dr.Sri langsung menuju paviliun tempatku tinggal. Dia mengetuk pintu kamarku. Setelah dipersilakan masuk lalu mulailah dia bercerita.

“Eh…kamu tahu tidak, tadi dr.Pram bertanya tentang dirimu, lho !” sahutnya

“Ah…sudahlah tak usah dilanjutkan, yang penting ilmunya sudah dapat, kan ?” kataku menimpali.

“Iya, tapi itu lho aneh sekali kok dia nanyain kamu terus ya,” sahut dr.Sri dengan dahi berkerut.

“Ayoo ah minum dulu,” sahutku sebelum dia nyerocos lebih jauh tentang Pram.

Berasambung.