CINTA MARIA (32)
#TantanganGurusiana
#Hari ke-337
Rabu, 30 Desember 2020
Tanganku gemetar ketika menerima secarik kertas dari dr.Sri. Dengan jantung berdebar, tak sabar kubuka kertas itu. Tertera tulisan yang sangat singkat, tapi mempunyai makna sejuta rasa. Kulipat kembali kertas itu dengan perasaan berkecamuk memenuhi rongga dada.
“Ah….Pram, masih saja seperti dulu,” gumamku
Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala setelah tahu isi hati Pram, meski yang digoreskan hanya seuntai kalimat. Segera aku menyusul dr. Sri menuju kafetaria untuk menikmati susu coklat hangat. Kulihat dia masih duduk di kursi dengan minuman dan kudapan ringan di depannya. Segera aku menghampirinya dan duduk menghadap wajahnya.
“Kok kamu senyam-senyum aja dari tadi, pasti di kertas itu isinya kabar baik ya,” sahut dr. Sri menggoda
“Ahh….biasa aja,” ucapku ringan
Aku segera memesan susu coklat hangat dengan Panada sebagai camilannya. Dengan cepat kuseruput minuman itu agar badanku rileks dan segar.
“Sebetulnya kamu tuh ada apa sih dengan dr.Pram, kok sampai segitunya,” ucap dr.Sri mulai menyelidik.
“Segitu gimana ?” sahutku mulai deg-degan
“Iya, itu lho perhatiannya. Kok sampai mengirim pesan pakai kertas segala. Sepertinya spesial gitu lho,” sahutnya dengan nada medhok.
“Ahh….enggak juga,” sahutku enteng
“Ayolah Maria, jangan ragu dan malu cerita aja gak apa-apa. Atau jangan-jangan kamu punya masalah ya dengannya ?” sahut dr. Sri sambil terus menyelidik.
“ Ah tidak juga, dia cuma teman biasa,” sahutku
“Ya sudah, kalau begitu kapan waktu jika kamu sudah siap cerita, segera ya ceritakan,” sahutnya semangat.
Usai minum susu cokelat hangat di kafetaria, kami kembali ke ruangan kerja masing-masing. Di meja kerjaku, sungguh aku tak dapat berkonsentrasi penuh menghadapi pekerjaan hari ini. Kupikirkan kembali rangkaian kalimat yang diucapkan sejawatnya tadi yakni tentang kesediaanya mendengar curahan hatiku.
Sebagai seorang Psikolog, aku terbiasa mendengar keluh kesah orang lain dan sekaligus harus mencari tahu solusinya. Namun, aku tak pernah menceritakan pengalaman hidupku atau segala rasa yang kupendam pada orang lain. Lalu kupikir ulang dan kumerenung, ternyata aku butuh teman yang mau mendengarkan segala keluh kesahku. Selama ini semua permasalahan kutanggung sendiri, hingga terasa beban hati ini sangat berat.
Aku bersyukur ada sejawat yang mau mengerti isi hatiku. Aku tahu dr. Sri orangnya bertanggungjawab dan rendah hati. Dia sangat terbuka kepada siapa saja, tapi dia punya prinsip memegang teguh suatu rahasia. Dia tidak pernah mengizinkan dirinya untuk mengumbar apa yang telah dipercayakan orang padanya. Kini setelah kupikir-pikir ada baiknya juga untuk bercerita saja padanya agar bebanku ini tak terlalu berat untuk kupikul sendiri.
Kebetulan esok adalah hari Sabtu, waktu yang agak leluasa bagiku untuk pergi keluar sekedar menghirup udara segar di luar panti. Aku bermaksud mengajak dr. Sri untuk sama-sama menikmati weekend ini di sebuah resto terkenal di kota Yogyakarta.
Bersambung.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Duhh Maria, memendam rasa.