#TantanganGurusiana

#Hari ke-132

8 Juni 2020

#Lombaemas

Salah satu kegiatan dari blog Gurusiana.id adalahTantangan Gurusiana yakni menulis tanpa putus selama 365 hari yang resmi diluncurkan pada tanggal 15 Januari 2020. Para Gurusianer menyambut tantangan ini dengan penuh antusias. Mereka menulis berbagai jenis kategori tulisan yakni cerpen, reportase, kolom, opini dan lain-lain. Jika tidak memosting tulisan satu hari saja, maka Gurusianer harus menulis kembali dari awal atau dihitung sebagai hari pertama yang disebut remidi. Memang berat tantangan ini bagi mereka yang belum siap secara mental dan fisik. Bagaimana tidak, menulis setiap hari bukan hal yang mudah. Apalagi bagi penulis pemula, tidak jarang di tengah jalan kehabisan ide atau lupa menulis karena sudah lewat batas waktu yang ditentukan. Belum lagi sebagai guru dituntut untuk mengerjakan pekerjaan utamanya mengajar hingga tak ada waktu untuk menulis. Lalu ada pula rasa malas dan bosan yang kadang datang tak kenal kompromi. Itulah kendala bagi para Gurusianer yang harus pandai mengatur waktu dan pekerjaan lainnya.

Sejak awal launching program ini, entah mengapa saya kurang berminat. Padahal sejak tahun 2017 ketika mengikuti Sagusabu Jakarta 2 dan tahun 2018 Sagusabu Karawang, saya sudah menulis di Gurusiana. Saya juga pembaca setia tulisan Gurusianer lain yang setiap hari memenuhi laman FB MGI, namun tetap hati ini tidak terpaut ikut tantangan. Apalagi ada ketentuan setiap hari harus mengunggah tulisan dan adanya punishment berupa remidi, semakin menambah kurang sreg hati ini. Tak jarang saya tersenyum sinis pada para penulis yang dipaksa menulis seperti itu.

Tapi itu mindset saya dulu sebelum luluh pintu hati ini untuk mengikuti tantangan gurusiana. Hingga suatu malam saya pulang dari luar kota dan sampai rumah pukul 23.00. Entah bisikan darimana saya langsung membuka laptop dan memutuskan ikut tantangan ini. Meski belum tahu caranya, saya nekad memosting tulisan perdana pada tanggal 29 Januari 2020 pukul 23.35 WIB. Apa yang terjadi ? Ketika membaca di FB, tulisan yang seharusnya hanya caption saja, malah semua isinya ikut tayang. Kalau ingat itu saya jadi malu dan senyum sendiri.

Meski saya tertinggal dua minggu dari awal diluncurkannya tantangan, namun sampai saat ini saya sudah memasuki hari ke-132 tanpa remidi. Piagam biru, perak dan emas kini sudah ada dalam genggaman. Saya berusaha tetap konsisten menulis setiap hari dan berupaya terhindar dari remidi. Untuk itu saya membiasakan diri dan disiplin menulis, dengan waktu yang tidak terlalu mepet deadline. Pernah satu kali saya mengalami stress tingkat tinggi karena sampai pukul 23.15 WIB, saya tidak bisa mengunggah tulisan disebabkan gangguan sinyal. Saya segera menelpon anak saya yang di Jakarta dan menjelaskan apa yang terjadi. Beruntung pada jam tersebut ia masih mengerjakan tugasnya di depan laptop. Namun, ia tidak paham bagaimana cara mengirim tulisan saya ke blog Gurusiana. Hingga akhirnya saya memandu dari jarak jauh. Saya terus menerus mengirimkan screenshoot, akhirnya anak saya bisa dimintai tolong untuk mengunggah tulisan saya. Sungguh pengalaman yang mendebarkan.

Ternyata tidak sedikit manfaat dari kegiatan ini. Selain banyak teman, saya juga jadi punya tabungan tulisan yang akan diterbitkan menjadi buku. Itu artinya secara tidak langsung saya sudah dipaksa menulis. Inilah inti dari The Power of Kepekso, yang begitu dahsyat memaksa saya untuk melahirkan sebuah buku.

Profil Penulis

Min Hermina, M.Pd, lahir di Bandung 24 September1967. Pengabdiannya sebagai guru dimulai pada tahun 1989. Saat ini aktif mengajar di SMPN 1 Cikampek Kab Karawang Jabar. Pernah mengikuti berbagai seminar dan pelatihan, baik Lokal, Nasional maupun Internasional.

Menerbitkan buku tunggal 1 dan 9 antologi serta menulis beberapa PTK.

Bisa dihubungi melalui email [email protected] dan no HP 08159842959 atau 082156106525. Lakukan yang terbaik, itulah motto hidupnya.