#TantanganGurusiana

#Hari ke-115

22 Mei 2020

Salah satu momen berharga dalam hidupku adalah ketika aku mampu memberikan yang terbaik, apapun itu bentuknya. Semua berawal dari Surat Edaran dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Karawang tentang adanya lomba Olimpiade Guru Nasional tingkat Kabupaten Karawang. Kepala sekolahku menginstruksikan agar sekolah kami yakni SMPN 1 Cikampek segera mengirimkan beberapa guru untuk mengikuti lomba ini sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. Adapun mata pelajaran yang dilombakan adalah Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKN. Aku mewakili mata pelajaran Bahasa Inggris, meski ada rasa tidak percaya diri muncul ketika namaku terdaftar sebagai peserta. Hal itu dikarenakan aku pernah mengikuti lomba serupa beberapa tahun lalu dan gagal masuk sebagai pemenang. Untuk kali ini aku mencoba maju kembali dan ingin menebus kesalahanku dulu dengan menjadi yang terbaik.

Beberapa minggu sebelum tiba hari H, aku berusaha belajar dengan sebaik mungkin. Meski aku tidak tahu kira-kira soal yang akan keluar seperti apa dan bagaimana, namun aku berusaha untuk mencari berbagai referensi baik dari internet maupun buku-buku. Aku mengunduh banyak latihan soal dari Google dan berusaha untuk mempelajarinya dengan baik. Tidak jarang aku membuka buku referensi atau kamus jika ada soal yang tidak kumengerti.

Tibalah hari yang dinantikan, aku berangkat bersama temanku lainnya dari sekolah menuju SMPN 2 Karawang Timur. Sesampainya di sana, kami disambut dengan guyuran hujan yang cukup deras sehingga baju kami menjadi basah setelah turun dari mobil. Biasanya sebelum acara dimulai, Panitia mengumpulkan semua peserta di lapangan untuk diberikan arahan seputar jalannya lomba OGN ini. Namun, sekarang karena hujan begitu deras terpaksa para peserta langsung memasuki kelasnya masing-masing. Untuk lomba OGN pada mata pelajaran Bahasa Inggris yang kuikuti, terdapat tiga kelas yang masing-masing berisi 20 peserta.

Sambil menahan dingin karena baju yang sempat basah tadi, aku mulai berdoa sebelum panitia membagikan soal kepada para peserta. Kini lembaran soal sudah ada di tanganku, aku berusaha tidak gugup ketika mengisinya. Kubaca instruksi cara mengerjakan soal sebelum aku yakin benar mengisi jawabannya. Aku sempat mengerutkan dahi berkali-kali ketika satu persatu kulewati setiap bagian soal itu. Dibutuhkan daya ingat yang kuat untuk mengerti kosa kata dan memahami kalimat serta paragraf yang ada di dalam soal tersebut. Kulihat para peserta yang lain sudah mengumpulkan lembar jawaban padahal masih banyak sisa waktu dari total yang disediakan selama 120 menit. Akhirnya 5 menit terakhir sebelum waktu habis, pengawas ruang mengingatkanku agar segera mengumpulkan lembar jawaban. Aku sama sekali tidak menyadari bahwa ternyata ruang kelas sudah kosong dan tinggal aku sendiri sampai batas waktu berakhir. Akhirnya aku pasrah apapun yang terjadi dan bagaimana hasilnya nanti aku hanya bisa berserah pada Tuhan.

Keluar dari ruang kelas, sudah nampak teman-temanku di depan kelas untuk pulang bersama-sama namun kami masih harus menunggu hujan reda. Aku mengatakan pada mereka bahwa aku harus melanjutkan kegiatan workshop PBG Karawang yang bertempat di SMKN 1 Karawang. Akhirnya aku naik angkutan kota sendiri diiringi dengan hujan deras mengguyur. Alhasil setelah turun dari angkot sepatu dan bajuku basah semua, dan sampai di tempat pelatihan aku tidak memakai alas kaki karena basah.

Setelah menunggu sekian lama, akhirnya pengumumanpun tiba. Teman-temanku langsung memberi ucapan selamat ketika mengetahui namaku tertera sebagai juara 1. Aku sungguh terharu sekaligus bangga telah membawa nama harum sekolahku.

Akhirnya kabar baik itu datang dari temanku dan kepala sekolahku setelah menunggu sekian lama. Beliau mengatakan bahwa hari ini reward sudah bisa diambil di kantor dinas. Betapa senang sekaligus terharu hatiku ketika menerima kabar ini. Aku langsung menuju kantor dinas untuk menerima hadiah itu. Namun, tahun ini sungguh berbeda dengan sebelumnya. Hal ini dikarenakan pandemi Covid-19 sehingga kami tidak mungkin melaksanakan penyerahan hadiah yang biasanya dilakukan di lapangan Karangpawitan. Biasanya pada tanggal 2 Mei bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional dan diserahkan langsung oleh Bupati, namun kali ini tidak. Kami menerimanya tanpa ada seremonial atau upacara pemberian penghargaan. Aku bisa membuktikan menjadi yang terbaik karena berkat motivasi dari teman-temanku. Satu hal yang pasti, aku bersyukur pada Tuhan karena Dia selalu memegang tanganku ketika aku belajar menjadi garam dan terang.