Mendengar hal itu, hati Arumi sangat sedih.
#TantanganGurusiana
#Hari ke-299
Minggu , 22 November 2020
Cuti selama 1 minggu yang diajukan Faizir pada Mamangnya tinggal sehari lagi. Dengan terpaksa dia harus segera kembali untuk bekerja di sebuah toko tekstil milik pamannya itu di Pasar Baru Bandung. Padahal dia ingin fokus merawat emaknya yang kemarin sempat sakit. Sebelum Kembali ke Bandung, dia mengingatkan emaknya untuk segera minum obat.
“Mak, ini diminum obatnya ya, “ sahut Faizir memberikan 2 tablet sesuai anjuran Arumi.
Mak Nyai menerima obat itu di tangannya. Namun, bukannya untuk ditelan melainkan dibuangnya 2 tablet kecil itu. Melihat tindakan emaknya, Faizir kaget bukan kepalang. Dengan suara keras dia berujar :” Emak boleh membenci Arumi, tapi tindakan emak ini sungguh tidak terpuji, “ sahutnya.
Bukannya menyadari kekeliruannya, Mak Nyai malah membalikkan badannya di tempat tidur itu. Dia memunggungi Faizir yang dari tadi duduk di sebelahnya.
“Ya sudah kalau begitu Faiz segera pulang ke Bandung ya Mak, karena cuti yang diberikan Mamang sudah habis, “ sahutnya sambil bangkit dan mengambil ranselnya.
Tak lama kemudian Faizir meninggalkan rumah itu. Dia menitipkan emak pada Bi Minah dan Fauzi kakaknya.
“Bi, jika nanti emak terasa sakit lagi, segera panggil Bidan Arumi ya, “ sahutnya. Tidak lupa dia memberikan sekedar uang jajan dan beberapa lembar uang untuk keperluan emaknya.
Di sore hari yang teduh tiba-tiba Arumi ingin mengunjungi Mak Nyai. Dia jadi kepikiran dengan kondisi Mak Nyai yang kemarin sakit. Disiapkannya tensi meter dan beberapa vitamin untuk diberikan pada Mak Nyai sebagai daya tahan tubuh. Tiba di rumah, nampak Bi Minah menyambutnya dengan senyum.
“Bi, Mak Nyai lagi apa ? “ tanya Arumi yang baru saja datang
“Mangga kalebet Neng, emak lagi tiduran, “ sapa Bi Minah menyuruhnya masuk
Arumi memberanikan diri masuk ke dalam kamar dimana Mak Nyai tidur. Dengan langkah perlahan, dia mengucapkan salam. Mendengar ada suara seseorang, Mak Nyai segera membuka matanya dan berucap :”Eh kamu, Arumi. Mau apa kemari ?” tanyanya ketus.
“Ini Mak, saya mau mengecek tensi dan ngasih vitamin untuk diminum, “ sahutnya
“Ga perlu, emak sudah sehat dengan minum ramuan tradisional, “ ucap Mak Nyai
“Nih Mak, biar emak tambah sehat sini Arumi cek tensinya berapa, “ kata Arumi dengan sabar.
“Mak bilang ga perlu, udah sana mending kamu pulang saja,” ujar Mak Nyai semakin ketus. Arumi tidak mengindahkan ucapan Mak Nyai, malah dia memanggil Bi Minah.
“Bi Minah, mana makanan emak biar saya suapin, “ ucap Arumi.
Bi Minah segera menyerahkan sepiring bubur pada Arumi. Lalu Arumi membujuk Mak Nyai untuk mau makan buburnya.
“Mak nih makan buburnya ya, biar emak cepat sehat, “ ucap Arumi sambil mencoba mendekatkan sendok ke mulut Mak Nyai.
“Emhhh gak mau, sudah sana pulang, “ bentak Mak Nyai
Mendengar hal itu, hati Arumi sangat sedih. Dia berpikir , ini perempuan tua belum sadar juga dan tetap menganggapnya musuh. Padahal sudah berbagai cara dia lakukan agar Mak Nyai menyadari kekeliruannya selama ini. Tapi demi kemanusiaan, semua ucapan Mak Nyai dianggapnya angin lalu. Rasanya sudah kebal hati Arumi diperlakukan seperti itu. Dia hanya kasihan melihat tubuh ringkih tak berdaya itu. Arumi tetap bertekad dalam hatinya untuk menaklukkan sang dukun tua itu dengan caranya sendiri.
TAMAT.
Bagaimana kelanjutan perjuangan Arumi untuk menaklukkan Mak Nyai, dukun kampung itu ? Ikuti kisahnya dalam buku dengan judul yang sama.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren Bund. Sukses selalu Bund.
Keren Bun, sukses selalu, salam.
Jadikan novel Miss Min