Min Hermina, SMPN 1 Cikampek-Krwg

Min Hermina, M.Pd. Saat ini mengajar di SMPN 1 Cikampek Kabupaten Karawang Jawa Barat...

Selengkapnya
Navigasi Web
PANGGIL AKU DIANA (Part 2)

PANGGIL AKU DIANA (Part 2)

#TantanganGurusiana

#Hari ke-245

Selasa, 29 September 2020

Ketika itu usiaku menginjak 9 bulan. Ibuku senang merenda benang wool menjadi baju boneka. Dengan tangannya yang lincah, ia terus menggerakkannya hingga satu baju boneka hampir selesai dibuatnya. Biasanya sambil merenda, ibuku berada di samping box tempat tidurku. Ia selalu mengajakku ngobrol dan bercerita tentang apa saja, meski aku bayi mungilnya tak pernah mengerti apa yang ia katakan. Aku hanya bisa meresponnya dengan menggerakkan kaki seperti menendang-nendang dan tanganku meronta senang, ditambah suara ocehan bayi yang keluar dari mulutku. Meski tak paham, aku senang mendengar suara ibu.

Suatu kali, seperti biasa ibu mengajakku bercakap sambil mengayun-ayunkan box bayi tempat tidurku. Sesekali ia bertepuk tangan sambil berdendang. Lama tak terdengar ocehanku, ibu menghentikan tepuk tangannya. Ia mengamatiku cukup lama dengan mengerutkan dahinya tanda tak mengerti. Ia juga terus menjetikkan jarinya di depan wajahku, namun aku sama sekali tak meresponnya.

“Diana….Diana….semakin keras ia memanngil namaku, Dianaaa…. Dianaaaaa” pekiknya. Tetapi aku tetap terdiam. “Ayah….ayahhhh, cepat kemari. Ibu berteriak memanggil suaminya yang sedang berada di dapur. Mendengar teriakan istrinya, segera Arthur menghampiri dengan tergopoh.”Ada apa ini, ada apa , kok ibu teriak-teriak,”sahutnya dengan nada cemas. “Lihat ini, ayah, lihat Diana anak kita. Dia tak mau merespon apa yang ibu katakan,” sahutnya dengan cepat. Arthur menelisik lebih dalam, ia mencoba menjentikkan jarinya di depan wajah Diana. “Diana….Dianaaaa,” ia memanggil-manggil terus nama anaknya itu, namun tetap tak ada respon.

Katie merasa sedih, ia menangis meraung melihat anak semata wayang yang tak mau bereaksi atas tindakan yang dilakukannya. Kini seisi rumah menjadi ramai. Oma Sherly datang mendekat, bibi Elvi beserta dua anaknya Yulia dan Damar tak kalah menghampiri. Belum lagi kakak tiri Diana, Ronald tiba dengan cepat di kamar utama. Kini Diana yang terbaring di box bayi diangkat oleh Katie. Ia ingin agar Arthur dengan cepat membawanya ke rumah sakit. “Arthur….Arthur….ayolah segera kita ke rumah sakit, ayo cepat ayah.”pinta Katie memelas. Namun, di luar derai hujan sangat deras mengguyur bumi. Belum lagi kilatan halilintar dan bunyi guruh riuh terdengar. Katie nampak gelisah, ia mulai mengusap manik matanya yang baru disergap butiran bening yang kian lama tampak menganak sungai. Arthur tak kalah gelisah, ia berjalan mondar-mandir. Sesekali bola matanya memandang awan hitam pekat. Disibakkannya tirai yang menutupi jendela ruang depan. Ia mengerutkan dahi, berpikir keras bagaimana cara membawa anaknya ke rumah sakit, sementara jarak dari rumah tidaklah dekat. Belum lagi kendaraan yang akan digunakan, ia hanya punya mobil jeep terbuka dan motor trail yang biasa digunakan untuk berpatroli di kebun tehnya.

Akhirnya, Arthur menjadi bingung, ia mau bertanya kepada Pembaca, adakah yang mau meminjamkan mobilnya untuk membawa Diana ke rumah sakit ?

Bersambung.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bagaimana nasib Diana, ditunggu lanjutannya..

29 Sep
Balas

Waduhh mksh bu hj sdh menjadi pengunjung petama

29 Sep



search

New Post