#TantanganGurusiana

#Hari ke-246

Rabu, 30 September 2020

Ayahku terlihat gugup menghadapi situasi yang sulit ini. Ia berkali-kali menelpon kantor perkebunan tempatnya bertugas, namun tak ada jawaban. Akhirnya ia memberanikan diri langsung menelpon pimpinannya ke nomor telepon rumah. Wajah ayah kini sedikit terlihat ceria, ia banyak tersenyum ketika menjawab sapaan atasannya melalui telepon.

Tak lama kemudian terdengar deru kendaraan mobil di depan rumah. Segera sopir pribadi atasannya menjemput kami untuk menaiki mobil sedan Corona. Ibu menggendongku, sementara ayah duduk di sebelah sopir. Sedan Corona biru segera meluncur menembus kabut yang menutupi area perkebunan. Tak ada suara dan kata. Sesekali terdengar isak tangis ibu yang terus menerus memandangiku dan berusaha mengajakku bercakap. Namun, aku tetap diam membisu dalam tatapan mata nanar.

Udara dingin perkebunan serasa menghujam dada. Rasanya perjalanan ke rumah sakit yang terletak di pusat kota tak pernah sampai. Akhirnya seiring rinai hujan berhenti, kami tiba diruang UGD Rumah Sakit. Ibu menggendongku dengan tergesa diikuti ayah setengah berlari mengejar langkah ibu.

Dokter datang memeriksa kondisiku. Setelah itu terlihat ayah berbincang serius dengannya. Beberapa hari aku harus tinggal di rumah sakit ini, namun tak ada kemajuan berarti. Kini aku tak bisa melihat, tak mampu mendengar dan tak dapat berucap. Semua disebabkan Virus ganas yang menyerang otakku , hingga merusak daya penglihatan, pendengaran dan kemampuan berbicara. Akhirnya, ayah memutuskan untuk membawaku pulang.

Bagaimana kisah Diana selanjutnya ?

Bersambung