PANGGIL AKU DIANA (Part 6)
#TantanganGurusiana
#Hari ke-249
Sabtu, 3 Oktober 2020
Suasana tegang masih mewarnai perdebatan dalam keluarga Arthur. Katie terus mendesak suaminya untuk mendaftarkan Diana pada sekolah khusus penyandang cacat di Jakarta. Tiba-tiba Ronald kakak tiri Diana ikut bicara.
“Sudahlah bawa saja si Diana ke rumah sakit jiwa di Bandung,”timpalnya.
Katie tersentak kaget mendengar penuturan anak tirinya itu.
“Ronald, dengar ya. Siapa bilang Diana gila heh,”Katie berkata dengan mata melotot.
“Tapi bu, dia sudah tidak bisa mengontrol dirinya sendiri, belum lagi badannya kotor ehhh tingkahnya juga sudah keterlaluan,”balas Ronald.
“Ronald, jaga perkataanmu, ayah tidak suka kamu bicara seperti itu. Dia itu adikmu, Ronald ! seharusnya kau menjaganya dengan baik bukan malah menganggapnya gila,”Arthur menimpali.
“Tapi ayah, dia sudah benar-benar tidak bisa mengontrol dirinya sendiri,” kata Ronald.
“Sudah ….sudah aku pusing mendengar semua perdebatan ini, aku ingin di rumah ini ada kedamaian bukannya malah jadi ribut seperti ini,”Arthur berkata dengan kesal.
Terlihat Diana berjalan hilir mudik, didekatinya meja dengan beberapa gelas teh diatasnya. Lalu tiba-tiba dengan sengaja ia mendorongnya. Gubrak. Semua gelas dengan air teh tumpah membasahi lantai dan gelasnya pecah.
“Diana, apa yang kamu lakukan, nak !”teriak Katie sambil membantunya berdiri.
“Ughhh….ughhh….”kata itu yang bisa Diana ucapkan sambil menunjukkan kancing yang ia tempelkan pada mata boneka. Ia tidak peduli dengan gelas yang pecah berserakan.
“Oh my God, “Katie merangkulnya sambil menangis tersedu.
“Dua pasang kancing itu sangat berharga bagi Diana, ia ingin matanya bisa melihat,”oma Sherly berkata dengan lirih. “Mudah-mudahan suatu saat nanti, ada keajaiban datang menghampirimu, sehingga kau bisa melihat indahnya dunia dan semua orang bisa memahami perasaanmu, “lanjut Oma Sherly sambil mendekat dan ikut memeluk cucunya itu.
“Katie, Diana anakmu itu harus kau ajarkan disiplin dan sopan santun,”Arthur berkata dengan tegas. Lalu ia memanggil bibi Elvi untuk membersihkan serpihan gelas.
“Arthur my husband, listen to me ! Bahwa apa yang dilakukan anakmu Diana, itu semua berasal dari keputusasaan menghadapi dunianya yang gelap. Ia berharap agar semua orang memahami dan mendengar keinginannya,”jelas Katie panjang lebar.
“Aku yakin bahwa apa yang dilakukan Diana tidak dimengerti oleh dirinya sendiri,”imbuhnya.
“Arthur, please ! Aku juga sudah lelah dengan semua ini. Aku sudah tak mampu mendidik Diana. Namun aku harap jangan kau jauhkan Diana denganku. Janganlah menyimpan Diana ditempat yang jauh. Aku yakin, Diana juga ingin bisa melihat dan berbicara seperti orang lain,”Katie memohon dengan berlinang air mata. Mendengar semua itu, Arthur terdiam kemuadian berkata : “Baiklah kalau begitu, aku akan berkirim surat pada kepala sekolah di Jakarta dan memohon padanya untuk mengirimkan guru yang terbaik buat Diana,” katanya dengan hati yang luluh.
Bagaimana kisah Diana selanjutnya ?
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen cerpennya, Bunda. Lanjutkan. Sukses selalu. Salam literasi
Terima kasih pak Dede sdh berkunjung. Salam literasi
Keren bund kisahnya... Sedih sekali membaca kisah ini
Terima kasih bu Tri
Sedih Bu bacanya....cerita yg keren
Terima kasih bu Amalia
Semoga Diana, sekolah yang terbaik untukmu!
Sukses selalu bu..salam literasi