Edisi: Semilir Angin Adelaide

#TantanganGurusiana

#Hari ke-89

26 April 2020

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih dua jam dari Sydney, rombongan tiba di bandara Adelaide. Kami disambut dengan acara seremonial sederhana dan pertemuan dengan para Host Family (HF) yang rumahnya akan kami tempati selama tiga minggu berada di Adelaide. Setelah para peserta berjumpa, mereka langsung menuju mobilnya masing-masing menuju rumah HF. Begitu pula dengan diriku yang disambut oleh HFku menuju mobil warna merah yang diparkir tak jauh dari area bandara. Selain itu, ada juga dua orang temanku yang ikut karena HFnya berhalangan menjemput. Jadilah kami berempat dalam mobil itu. Sedangkan temanku yang lain yakni Bu Lusy dan Bu Yetty tidak dijemput karena HFnya berhalangan sehingga mereka naik taksi dengan berbekal peta dan petunjuk dari HFnya. Kini kami berpisah menuju rumah HF masing-masing untuk memulai petualangan berburu ilmu di negeri kangguru.

Sebelum mulai perjalanan, HFku mengingatkan kami untuk mengencangkan sabuk pengaman yang ada di mobilnya. Hal ini sudah merupakan kebiasaan di negaranya demi keselamatan semua penumpang dalam perjalanan. Kini mobil mulai menyusuri jalanan nan mulus namun sepi, sepanjang perjalanan aku hanya melihat padang rumput dan jalanan kota serta pertokoan yang lengang. Inilah kali pertama aku menghirup udara segar Adelaide, dengan semilir anginnya mampu menembus rongga dadaku. Kaca mobil yang terbuka dengan leluasa mengirimkan angin itu seolah menyambut dan mengucapkan selamat datang padaku. Mobil merah itu memang tidak dinyalakan ACnya atau tidak ada, aku sendiri juga tidak tahu karena HFku menyuruhku untuk membuka kaca mobilnya dan aku tak ingin banyak bertanya tentang hal itu.

Ketika mobil sudah melaju, awalnya kami merasa kaku untuk memulai pembicaraan dan suasana hening menyergap seisi mobil. Namun pada akhirnya sedikit demi sedikit suasana mulai mencair dengan obrolan ringan dan kadang kami menggunakan bahasa tubuh jika ada maksud yang kurang dimengerti. Kami saling berkenalan meski sebelum keberangkatan aku sudah mengetahui namanya. Dia seorang wanita kulit putih berambut pirang yang menjadi HFku ini namanya Mrs. Sapfoka Mitillini. Ia memiliki bola mata berwarna biru dan hidung mancung dengan tinggi badan melebihi perempuan biasanya. Perempuan berbaju merah itu berdarah Yunani namun sudah lama tinggal di Adelaide. Dia berbicara sangat cepat diiringi dengan aksen Inggris Australia campur Yunani membuatku agak kebingungan memahami setiap perkataan yang keluar dari bibirnya. Akhirnya tak jarang kami semua menjadi tertawa karena ketidakmengertian dan adanya kesalahpahaman dalam berbicara.

Mrs. Sapfoka terlihat piawai dalam mengendarai mobil, ia banyak bercerita mengenai aturan berkendara di negaranya. Perjalanan ini lumayan memakan waktu cukup lama karena jarak rumahnya yang terletak di atas bukit cukup jauh dari kota. Untuk mengusir kejenuhan dalam perjalanan, aku bertanya padanya mengenai pohon yang aku lihat ketika dari atas pesawat maupun sepanjang perjalanan yang kami lewati. Aku melihat banyak pohon berjajar rapi dengan bunga berwarna ungu yang kelopaknya terlihat banyak berjatuhan. Daun-daunnya yang rindang dengan dominasi warna ungu memenuhi jalanan kota karena pohon ini banyak ditanam di tepi jalan. Beliau menjelaskan bahwa itu namanya bunga Jacaranda, pohonnya mempunyai tinggi 5-15 meter. Jika sedang berbunga, jumlah bunganya akan banyak sekali dengan diameter kurang lebih 30cm. Aslinya pohon ini berasal dari Amerika Selatan, karena keindahannya pohon ini banyak ditanam di daerah sub tropis lainnya seperti Australia, Portugal, Italia sampai Afrika Selatan. Bunga Jacaranda biasanya mekar pada awal musim semi, warga menyambutnya dengan sukacita sambil menikmati cuaca hangat. Kini kami mengerti mengapa di sepanjang jalan banyak bunga berwarna ungu.

Tak terasa perjalanan selama satu jam hampir tiba di tempat tujuan. Mrs. Sapfoka membelokkan kendaraannya yang sebelumnya melewati pantai nan indah. Dia menurunkan dua temanku di rumah HFnya yang terletak di daerah Hallet Cove dekat pantai. Setelah kami berpisah, perjalanan dilanjutkan menuju rumahnya yang terletak di atas bukit yakni di 17 Leeward Street Sheidow Park Adelaide Australia Selatan. Kini sampailah aku di depan rumahnya dan langsung menurunkan kopor serta barang bawaanku dari bagasi mobilnya. Setelah itu aku diajak masuk kedalam rumahnya dan dipersilakan duduk di taman belakang nan asri serta beristirahat terlebih dulu.

Bagaimana kisahku selanjutnya mengisi hari-hari selama tiga minggu di rumahnya ? Ikuti dalam tulisanku berikutnya.

Bersambung.