#TantanganGurusiana

#Hari ke-219

Kamis, 03 September 2020

Bel pulang berdentang pukul 14.20 WIB. Teman-temanku berlarian menuju gerbang, aku tak tahu mengapa mereka terburu-buru ingin pulang. Oh mungkin rasa lapar dan haus yang begitu mendera, hingga mereka tak menghiraukan ketertiban berjalan.

Seperti biasa aku pulang seorang diri, tak ada teman yang menemani. Langkahku gontai karena memang cuaca sangat panas dengan terik matahari yang membakar bumi, bertambahlah penderitaanku karena dengan demikian kulitku yang sudah hitam bertambah legam seperti jelaga. Dengan perut menahan lapar dan haus, aku melangkah gontai menuju halte angkutan kota. Kubiarkan anak-anak yang lain naik duluan, biarlah aku naik ketika sudah sepi saja. Betapa tidak, badanku yang kecil mungil ini bisa hancur kalau berada di tengah mereka.

Turun dari angkot aku menyeberang jalan dengan susah payah. Belum lagi harus naik jalan rel yang lumayan terjal semakin menambah perutku keroncongan. Waktu tempuh menuju ke rumahku kira-kira 20 menit bisa kulalui dengan peluh membasahi baju seragam dan jilbabku. Itulah mengapa pakaian yang kukenakan terlihat kusam dan tak rapi. Ibuku tak pernah memberi pemutih pakaian apalagi pewangi, disetrika saja sudah bersyukur.

Tiba di rumah aku langsung membersihkan diri dan makan secukupnya. Setelah itu pekerjaan rutin sudah menantiku. Jam empat sore adalah tugasku menggoreng kerupuk lalu mengantarkannya ke lapak mie goreng. Sungguh hari yang sangat melelahkan, namun aku senang menjalaninya.

Bagaimana kisah Ratih selanjutnya ? Ikuti esok hari