#TantanganGurusiana

#Hari ke-360

Jumat , 22 Januari 2021

Betapa senang hatiku ketika mengetahui bahwa aku adalah salah satu peserta yang lolos seleksi lomba INOBEL tahun 2015. Setelah semua barang bawaan lengkap, aku segera berangkat ke Jakarta ditemani oleh anak sulungku. Dengan menumpang bus Warga Baru dari terminal Cikampek pukul lima pagi, sampailah aku di terminal Kampung Rambutan sekitar pukul delapan pagi. Waktu itu aku jarang pergi ke Jakarta meski jaraknya tak terlalu jauh dari tempat tinggalku. Begitu pula dengan anakku yang baru lulus SMA, dia belum pernah bepergian ke Jakarta.

Sesampainya di terminal, aku bingung harus naik apa untuk sampai ke tempat tujuan sesuai yang tertera di surat undangan. Ketika aku merasa kebingungan, datanglah seorang pria menghampiriku untuk menawarkan taksi. Awalnya aku dan anakku merasa enggan untuk menerima tawarannya. Namun, akhirnya setelah dia merayu dengan berbagai jurus, akhirnya hatiku luluh juga.

Aku masuk ke dalam taksi yang berwarna putih itu. Di awal perjalanan, taksi terasa tak enak jalannya. Selain itu sopirnya terlihat tak ramah. Anakku merasa sudah curiga dengan keadaan taksi ini, apalagi disertai dengan argo taksi yang abnormal karena terlihat begitu mahal dan cepat naik. Belum lagi perjalanan terasa lama karena aku diajaknya berputar-putar agar argo terus berjalan. Pada waktu itu memang belum ramai grab dan google map.

Akhirnya anakku memutuskan untuk meminta turun meski belum sampai. Sang sopir awalnya melarang, tapi anakku bersikeras. Kami turun di jalan yang sama sekali tidak kuketahui. Setelah itu aku membayarnya dengan harga yang sangat mencengangkan. Aku berjalan kaki sejenak, setelah itu terlihat seorang satpam sebuah perkantoran. Segera aku menghampirinya dan menanyakan lokasi hotel yang akan aku tuju. Dia menyuruhku menunggu taksi resmi yang kadang-kadang lewat. Benar saja, tak berapa lama ada taksi Blue Bird yang lewat. Segera aku memasuki taksi yang terasa nyaman dengan pendingin udara yang sejuk. Argonya juga terlihat normal, sehingga ketika sampai aku membayarnya tidak terlalu mahal.

Aku bersyukur karena akhirnya sudah sampai di Hotel Ambhara tempat lomba diselenggarakan. Sesampainya di lokasi, anakku segera pulang kembali ke rumah dengan naik bus. Aku segera memasuki lobby hotel dengan bangunannya terlihat sudah tua. Aku segera menuju tempat resepsionis yang ternyata aku disuruhnya untuk langsung menuju meja panitia. Aku menghampiri meja itu dan menyerahkan surat tugas serta surat undangannya. Panitia dengan ramah dan sabar menerima kedatangan para peserta dari seluruh nusantara yang berjumlah ratusan.

Kemudian Panitia memintaku untuk menyerahkan softcopy bahan presentasi dan materi lomba. Setelah itu aku diminta untuk menemui meja panitia lain yang membagikan alat tulis, pin dan name tag, tas ransel, jas hitam beserta roknya dan kaos. Sungguh senang hatiku mendapatkan semua fasilitas itu. Terlebih setelah aku tahu teman sekamarku yang berasal dari Kalimantan Tengah yakni Ibu Yuli Rinawati. Beliau guru IPA di sebuah SMP di Kabupaten Barito Timur.

Bagaimana pengalamanku selanjutnya bersama Ibu guru cantik yang bangga menjadi suku Dayak ini ? Ikuti esok hari.