Miniarti

Miniarti, S.Pd.I Mengajar di TK Dharma Wanita Persatuan Banggai di Ibu Kota Kabupaten Banggai Laut, sebuah pulau yang terletak di kepulauan Banggai, Provinsi S...

Selengkapnya
Navigasi Web

Gadis Kecil Mama

#TantanganGurusiana

#TantanganHariKe73Tgl25Agustus2020

Aku melambaikan tangan pada keduanya, sambil menyibak gamisku untuk naik keboncengan sepeda motor. Mereka membalas lambaianku dengan riang. Aku memandang kedua putraku hingga lenyap dari pandangan.

"Sabar sayang, Mama pergi tidak lama. Insya Allah Mama akan kembali dan membawa adik untuk kalian", batinku penuh harap, namun terasa gamang.

Di depan gang keluar kami berpapasan dengan tetangga depan rumah, Beliau menanyakan aku hendak kemana sepagi ini.

"Mau kemana Bumil?, masih pagi sudah cantik ". Sapanya.

Suamiku menghentikan sepeda motornya, dan aku menjawab

"Hendak ke rumah sakit" Balasku ramah

Aku memang sengaja berdandan agak sedikit berbeda. Sejak hamil anak ketiga ini aku suka sekali merawat tubuh dan berdandan. Sederhana saja, hanya dengan sedikit polesan lipstik, menyikat alis dan seusap perona pipi. Aku memakai sepasang gamis dan hijab yang aku beli terakhir menjelang lebaran. Sengaja aku pakai, kalau-kalau itu adalah hari terakhir aku ... Astaghfirullah, apa yang aku pikirkan.

Aku menyodorkan hasil USG itu pada petugas jaga di ruang IGD, setelah berbincang sebentar petugasnya mempersilahkan aku duduk di kursi roda, untuk dibawa keruang bersalin. Aku tersenyum dan menolak, aku masih kuat kok untuk berjalan menyusuri koridor panjang menuju ruang bersalin itu. Sedikitpun tak ada rasa sakit atau nyeri layaknya wanita yang siap melahirkan.

Yang aku rasakan hanyalah pegal pada pinggang dan panggul, karena menopang perut segede drum ini. Dengan menggandeng pada lengan suamiku, kami menyusuri koridor menuju ruang bersalin sambil bersenda gurau. Teringat kisah sebelas tahun lalu, ketika aku melahirkan putra pertama kami.

Kamipun tiba di ruang bersalin. Masih ditempat yang dulu, belum banyak yang berubah. Aku diminta masuk, terlibat percakapan sebentar, lalu aku dibawa menempati ruang isolasi yang berada di ujung ruang perawatan nifas. Tak ada pemeriksaan fisik seperti kelahiran kedua putraku. Aku diharuskan bermalam untuk observasi sambil menunggu jadwal operasi. Ruang berukuran 3×5 m itu berisi dua orang pasien. Aku dan seorang perawat, jauh lebih muda dari umurku yang juga menunggu jadwal operasi. Ini kali kedua Ia melahirkan dengan caesar. Ia terlihat santai dan tenang mungkin karena sudah yang kedua kalinya. Beberapa temannya sesama perawat bergantian masuk dan memberi suport, mereka juga turut menyapaku.

Satu malam kulewati dengan tidur nyenyak setelah meminum dua butir tablet kecil sesudah makan malam, dan sesudah itu aku diharuskan berpuasa. Keesokan paginya suami dan kakakku meminta ijin pulang untuk mandi, menjenguk dua putra kami dan membawakan sarapan mereka. Aku yang ditinggal juga telah mandi dan berganti pakaian. Tak lama sesudah itu, datang empat orang perawat dan memeriksa tekanan darah dan mengambil sedikit sampel darah dari ujung jariku, sekaligus mengecek apakah aku alergi pada sejenis obat yang mereka suntikkan di lenganku dan melingkarinya dengan spidol. Aku terkejut ketika mereka hendak memintaku naik ke ranjang dorong menuju kamar operasi.

Aku sangat panik, aku meminta waktu sebentar untuk menelpon suami dan kakakku. Merekapun pergi dan meninggalkan ranjang yang akan mereka gunakan untuk membawaku. Aku menangis diujung telepon, meminta mereka segera kembali. Hatiku tiba-tiba merasa sedih, jika terjadi apa-apa padaku tak ada seorangpun yang tahu keadaan dan keberadaanku terakhir kalinya. Aku histeris, suamiku langsung mematikan handponenya dan melaju menuju rumah sakit.

Aku mulai didorong meninggalkan ruang isolasi menuju kamar bedah, setelah semua pakaianku dibuka dan tubuhku hanya ditutup dengan selembar kain batik panjang. Kakak dan suamiku hanya dapat mengantar sampai di sebuah ruangan, dimana ada beberapa orang yang sedang mengantri juga untuk dioperasi dan ada beberapa lagi yang sudah selesai dioperasi.

"Ya Allah ... mudahkanlah proses operasi ini, selamatkan aku dan bayiku. Hanya kepada-Mu aku meminta dan hanya kepada-Mu lah aku memohon pertolongan".

Di dalam ruang operasi aku seperti seorang terdakwa yang menunggu vonis hukuman mati. Aku tak berhentinya melafadzkan istighfar dan dzikir memohon ampun dan kekuatan pada Allah dengan tubuh terbujur.

"Ya Allah jika terjadi apa-apa padaku jagalah kedua putraku, kuatkan dan berilah kesabaran pada suamiku". Air mataku menetes, aku sangat panik dan merasa sendiri.

Aku dipindahkan ke meja operasi, para perawat dan dokter yang melihatku menangis, berusaha menghibur.

"Sebentar lagi Ibu akan tersenyum bahagia melihat anak bayinya. Santai saja Bu, jangan tegang. Berdoa agar semuanya berjalan lancar", gurau mereka menghibur.

Aku yang melihat mereka terlihat santai, merasa sedikit lega. Kutarik napas panjang perlahan-lahan melalui hidung dan kuhembuskan lewat mulut. Kembali aku mengucapkan basmalah setelah aku diminta berbaring miring sambil menekuk lutut seperti orang yang kedinginan. Hingga saat ini aku tak bisa membayangkan kejadian itu, menekuk lutut dengan tubuh berbaring menyamping, dengan perut yang besar. Terasa tubuh seperti disengat aliran listrik dari punggung mengalir hingga ke otak kecil, ketika kurasakan sebuah jarum menancap tepat ditulang belakangku. Serentak mereka membalikkan tubuhku dalam posisi terlentang hanya dalam sekejap mata. Beberapa alat yang entah apa namanya mereka pasang dengan cepat di jemariku dengan selang menjuntai.

Mereka mengajak aku mengobrol dan bercanda, dengan sehelai kain membatasi antara bagian dada dan perut. Entah apa yang mereka lakukan, akupun melayani banyolan mereka dengan kesadaran penuh. Terasa di bagian perutku seperti diletakkan suatu alas dan diatasnya mereka menggosok-gosokkan sesuatu. Bunyinya seperti suara benda yang digosok di atas permukaan tripleks. Tak ada rasa sakit, suaranya jelas terdengar ditelingaku.

Mereka mengingatkan perjanjian antara kami, aku dan suamiku dengan perawat yang membawa surat penyataan kesiapan operasi dan ditanda tangani oleh suamiku sebelum masuk kamar bedah tadi. Hanya sebentar, kemudian dokternya mengulang pertanyaan yang sama.

" Kalau bayinya laki-laki berarti belum diikat ya Bu, kalau perempuan berarti akan diikat", aku mengangguk.

Umurku sudah tak muda lagi untuk kembali mempunyai bayi, apalagi proses kelahiran anak-anakku semuanya beresiko tinggi, aku sudah tak sanggup.

"Nahhh sekarang ... apa anting-antingnya sudah siap?", dokter itu menggodaku.

"Selamat ya Bu, bayinya cantik dan besar sesuai prediksi". Sambungnya kembali sambil tersenyum.

Aku terperangah tak percaya.

"Apakah sudah lahir?".

"Bayiku perempuan Dok?".

"Mana ... aku ingin melihat wajahnya", tanyaku beruntun setengah takjub.

Aku tak mendengar suara tangisan, tidak juga merasakan sakit. Subhanallah ... aku yang dari tadi hanya mengobrol, ternyata tanpa sadar sudah melahirkan seorang bayi perempuan yang selama ini aku damba-dambakan.

"Bayinya sedang dibersihkan Bu, Ibu rileks saja. Kami rapikan dulu jahitannya biar perutnya kembali cantik ya, karena ini adalah SC terakhir untuk Ibu". Terang dokter itu sambil terus tersenyum ramah kearahku.

Ya Allah, inikah namanya operasi caesar yang menakutkan itu? Tak ada rasa sakit sedikitpun. Aku bingung hendak mengucapkan apa, takjub tapi aku tak merasakan sensasinya. Tidak seperti melahirkan dengan normal, ada awalnya dengan sakit dengan interval waktu yang semakin dahsyat, hingga klimaksnya yang merangsang keinginan untuk mengedan hingga bayinya terdorong keluar. Tapi ini berbeda, tenang, datar penuh keheranan.

Yang ada dalam pikiranku hanyalah Kemaha kuasaan sang Pemilik ilmu pengetahuan. Begitu besarnya ilmu yang Engkau berikan pada otak hambamu hingga membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin. Ya Allah, Engkau Maha Besar.

Putri ketiga kami lahir di hari sabtu dengan tanggal yang sama dengan hari ini, 25 Agustus 2012.

Karena kondisinya yang kurang baik ketika dilahirkan, bayiku lahir tidak dalam keadaan menangis, Ia banyak meminum air ketuban yang sudah keruh akibat lewat dari prediksi waktu yang semestinya sudah harus lahir. Tiga malam ia dirawat dalam inkubator, dan aku belum melihatnya sama sekali, aku hanya melihat wajahnya dari foto-foto yang diambil dari balik kaca ruang rawat bayi.

Kerinduan yang sangat melandaku, aku sedih belum bisa melihat dan memeluk bayiku. Naluri seorang Ibu memang tak bisa dibohongi, bayiku sangat rewel walaupun dalam keadaan kenyang. Para perawat memberinya susu formula karena kondisiku juga belum memungkinkan untuk memberi ASI. Karena Ia tak berhenti menangis, akhirnya mereka mengeluarkannya dari inkubator, dan membawa kepadaku.

Masya Allah, hanya dengan ditempelkan di dadaku yang tergeletak tak berdaya, putri kecilku langsung terdiam seakan Ia merasakan kenyamanan berada dekat dengan Mamanya. Mungkin irama jantungku terdengar seperti buaian lagu baginya. Kukecup ubun-ubunya dengan kerinduan yang dalam. Hmmm ... nikmatnya. Melihat itu Papanya menggoda dengan mimik sayang.

"Ternyata dia rindu Mamanya".

Putriku langsung menperdengarkan suaranya, kembali menangis dengan suara sesegukan, Ia.merajuk, kamipun tertawa. Ia tahu kalau dirinya sedang jadi bahan perbincangan.

Selamat datang di tengah-tengah kami Putri kecilku. Terima kasih Ya Allah, Engkau telah mencukupkan rejeki-Mu dalam rumah tangga kami. Selamat ulang tahun yang ke delapan, anak Papa dan Mama sayang. Jadilah anak yang sholehah, bertakwa kepada Allah, berbakti pada orang tua, dan menyayangi kakak-kakak dan semua keluarga.

Doa terbaik untukmu Nak ... Aamiinnn Ya Rabbal alamin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillah..karunia yang tidak terkira. Keren buu

25 Aug
Balas

Alhamdulillah. Insya Allah. Terima kasih atas apresiasinya Bun.

25 Aug

Happy Birthday buat Putri kecilnya bun.. semoga menjadi anak yang Soleha.. aamiin yra... salam sukses bun

25 Aug
Balas

Insya Allah ... Aamiinnn Ya Rabbal Alamin. Mkasih atas kunjungan dan doanya Bun. Sukses bersama ya.

26 Aug



search

New Post