Miniarti

Miniarti, S.Pd.I Mengajar di TK Dharma Wanita Persatuan Banggai di Ibu Kota Kabupaten Banggai Laut, sebuah pulau yang terletak di kepulauan Banggai, Provinsi S...

Selengkapnya
Navigasi Web

Gadis Kecil Mama

#TantanganGurusiana

#TantanganHariKe72Tgl24Agustus2020

Sudah seminggu lebaran idul fitri berlalu, namun belum ada tanda-tanda kehamilanku mengalami kontraksi. Sudah hampir satu bulan dari taksiran dokter dan bidan langgananku, bahwa aku diprediksi akan melahirkan di awal bulan ramadhan. Ku usap perutku yang membuncit dengan lembut. Kurasakan bayiku bergerak dengan aktifnya, apalagi setelah pagi tadi aku menghabiskan sepiring nasi hangat dan dua potong ikan goreng, ketika menemani suami dan dua orang jagoanku sarapan pagi.

Iya, bayi yang kukandung ini adalah anak ketigaku. Dua orang kakaknya semuanya berjenis kelamin laki-laki. Yang sulung sudah berusia sebelas tahun dan yang kedua berusia tujuh tahun. Sebenarnya ada rasa khawatir mengapa waktu yang diprediksi sudah lewat, namun kehamilanku belum menunjukkan tanda-tanda akan kontraksi. Badan dan staminaku masih kuat, setiap hari aku masih mampu menjahit, memasak untuk beberapa anak buah suamiku yang bekerja sebagai tukang serabutan. Kadang mengerjakan proyek listrik, atap baja ringan, sumur suntik ataupun plafon gipsum. Akupun masih mampu mengendarai motor walau hanya di dalam kota. Kehamilanku tak mengganggu aktivitas sehari-hari.

Menjelang lebaran Idul fitripun aku masih mampu membuat beberapa toples kue kering untuk jamuan tamu ketika lebaran nanti, diselingi orderan permak pakaian yang membanjir ketika lebaran akan tiba. Aku tak terlalu khawatir karena kedua putraku juga lahir lebih dari prediksi dokter. Alhamdulillah walau mereka lewat bulan, namun aku berhasil melahirkan mereka secara normal walaupun prosesnya tak semudah wanita-wanita lain yang melahirkan dengam durasi lebih cepat setelah ada tanda sebagai isyarat jika para ibu akan melahirkan.

Menurut bidan tempat aku rutin memeriksakan kehamilan, perutku termasuk perut gantung. Dimana letak rahim lebih rendah dari pada jalan lahir. Sehingga ketika memasuki bulan kelahiran kepala bayi tidak tepat lurus dijalan lahir. Itulah yang membuat aku selalu kesulitan dalam proses melahirkan kedua anakku.

Sebelum lebaran aku di sarankan oleh bidan untuk memeriksakan kehamilanku lebih lanjut ke dokter kandungan, agar bisa di USG. Bukan aku tidak mau, tapi aku tak ingin kecewa jika lebih dahulu mengetahui jenis kelamin bayiku. Angan-anganku ingin memiliki seorang bayi perempuan sangat besar, namun aku juga tak mau menanamkan sugesti bahwa aku menolak melahirkan bayi laki-laki lagi. Yang penting selamat dalam proses persalinan dan bayiku sehat walafiat aku sudah sangat bersyukur. Tapi keinginan untuk mempunyai bayi perempuan tak bisa aku pungkiri, itulah sebabnya aku tak ingin menjalani USG. Biarlah jenis kelamin bayiku aku ketahui setelah aku selamat melahirkannya ke dunia.

Aku bahkan menekan perasaan itu setiap aku ke pasar. Menjelang hari raya idul fitri, begitu banyak baju bayi dan baju anak perempuan yang lucu, baik dari.model maupun dari warnanya. Sebagai penjahit aku sangat tahu model dan bahan serta kualitas baju-baju yang bergelantungan itu, bahkan hampir menyambar wajahku ketika melewati lapak para penjual pakaian. Disamping cantik-cantik dan lucu-lucu, harganyapun sangat miring dibanding hari-hari biasa. Namun aku menahan diri, tak ingin tahu dan tak ingin menanyakan harganya. Setiap tergoda melihat baju bayi perempuan yang imut, aku selalu mengelus perutku.

"Sabar ya sayang, jika Dede selamat lahir nanti pasti akan Mama belikan sesuai jenis kelaminmu Nak". Bisikku dalam hati, seakan membesarkan hati bayiku. Jangan sampai Ia berkecil hati dengan sikapku.

Namun karena sudah seminggu setelah Idul Fitri aku belum juga ada tanda-tanda hendak melahirkan, akhirnya kuturuti saran bidan itu. Aku ke dokter kandungan demi keselamatan anakku. Dan alangkah terkejut dan paniknya aku ketika dokter mengatakan bahwa, bayiku sudah hampir kekeringan. Air ketubanku merembes dan hanya tertinggal sedikit lagi. Jika dalam seminggu Ia tidak lahir, itu akan membahayakan bayiku dan juga keselamatanku. Suamiku menggenggam erat tanganku yang mendadak dingin, seakan mengalirkan kekuatan padaku yang tiba-tiba memucat. Yang aku khawatirkan justru tak terjadi, jenis kelamin bayiku sudah tidak terlihat karena tertutup pahanya yang besar.

Dokter memberi pilihan, jika harus melahirkan normal mungkin aku akan kesulitan lagi lebih dari proses kelahiran dua putraku. Berat badan bayi ketigaku ini lebih besar dari kedua kakaknya. Sementara jika terpaksa lahir normal dan harus dinduksi, kemungkinan akan gagal karena air ketuban sebagai pelicin jalan lahir tinggal sedikit. Dokter mengkhawatirkan gagal pernapasan ketika bayinya macet akibat kekeringan. Entahlah, itu makna bahasa ilmiah yang dituturkan dokter kandunganku itu menurut bahasa awamku. Yang jelas aku menjadi sangat panik. Bukan lagi masalah jenis kelaminnya, tapi menyangkut keselamatan bayi yang kurang lebih sepuluh bulan aku bawa dan aku ajak berkomunikaai setiap saat. Aku tidak ingin kehilangan dirinya.

Menurut dokter, berat badan bayiku ini hampir empat kilo. Lebih besar dari kakak sulungnya yang berbobot 3,5 kg, dan anak keduaku yang hanya 3,2 kg. Hal itu yang mengkhawatirkan dokter tersebut dan jelas juga diriku. Kedua kakaknya saja yang bobotnya lebih rendah, dengan air ketuban yang cukup, hampir membuat aku di larikan ke meja operasi karena masa kontraksi yang sangat lama dan menguras seluruh tenagaku. Apalagi jika beratnya hampir empat kilo, dan ketubannya sudah hampir kering. Ya Allah, hanya kepada-Mu hamba memohon perlindungan dan keselamatan.

Semalaman suamiku menghibur dan menenangkanku dengan mengajak salat malam berjamaah. Kami memohon petunjuk untuk keputusan terbaik. Sebagai orang awam, mendengar kata operasi caesar itu rasanya menakutkan. Membayangkan tubuh terbujur dan disayat pisau operasi, itu membuatku tak bisa tenang. Sesudah salat suamiku memijit betisku yang sering ngilu selama masa kehamilan, hingga aku tertidur.

Menjelang subuh aku terjaga, dan segera menunaikan salat subuh. Kumulai aktivitasku seperti biasa, membuat sarapan untuk suami dan dua jagoanku, kali ini aku sengaja memasak dalam jumlah lebih banyak dari biasanya. Mengisi termos air panas, membersihkan rumah. Dan kemudian aku menelpon kakak perempuanku, keponakan dan juga adik laki-lakiku, sambil mengisi beberapa potong pakaian dan beberapa lembar kain sarung kedalam sebuah tas. Aku juga memeriksa tas perlengkapan bayi yang sudah aku siapkan sejak sebulan lalu. Tak ada yang kurang, semuanya sudah siap, sesiap hatiku untuk menjalani operasi caesar nanti. Demi bayiku aku rela dan ikhlas menjalani ini. Kedua jagoanku kuminta mandi lebih pagi, kemudian sarapan. Aku ingin anak-anakku sudah dalam keadaan rapi dan kenyang ketika aku tinggalkan, entah mengapa aku merasa seakan hendak pergi jauh dalam waktu yang tak pasti kapan akan kembali. Aku menguatkan hatiku yang kadang melemah. Aku harus kuat.

Bismillahirrahmanirrahim. Akupun berangkat ke rumah sakit dengan membawa hasil USG semalam, diantar oleh suami dan kakak perempuan serta adik laki-lakiku, kedua putraku ditunggui oleh kakak sepupunya. Aku memeluk tubuh mereka dengan erat.

"Doakan Mama Sayang, jangan nakal ya. Kalau Dede sudah lahir, kalian boleh menjenguk Mama". Pesanku sambil menatap netra polos mereka, Aku menemukan kekuatan disana.

Bersambung .....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren...

24 Aug
Balas

Alhamdulillah. Mkasih sudah berkunjung Bun.

25 Aug

Keren banget ceritanya bun..moga dede bayi bisa selamat.. ditunggu lanjutannya.. salam sukses selalu

24 Aug
Balas

Sukses bersama. Terima kasih atas kunjungan dan apresiasinya Bun.

25 Aug

Semoga sukses ya bu

24 Aug
Balas

Insya Allah Aamiinnnn. Maksih audah berkunjung.

25 Aug



search

New Post