Mini (M.M. Sri Sumarni)

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Merdeka Dari Bullying
dokumen pribadi

Merdeka Dari Bullying

Beberapa tahun terakhir, istilah bullying atau perundungan ramai dibicarakan di kalangan masyarakat maupun media masa. Di media masa tampak maraknya berita-berita tentang kasus bullying di kalangan pelajar dan masyarakat. Seperti yang diberitakan dalam media online, di Bumi ayu seorang pemuda mencoba bunuh diri terjun ke sumur karena sering mengalami pembulian. Di Tasikmalaya, Jawa Barat anak berinisial F, anak SD meninggal akibat mengalami pembulian. Di kota Mogabu Sulawesi Utara siswa meninggal karena mengalami pembulian. Di Jambi, siswa berinisial AK mengalami retak kaki akibat dikeroyok kakak kelasnya. Dan masih banyak kasus-kasus serupa.

Bullying atau sering juga dikenal dengan istilah perundungan adalah tindakan seseorang atau kelompok orang yang bertujuan membuat orang lain merasa tidak nyaman. Perilaku tersebut kadang terdorong rasa iseng, bertujuan mencari kesenangan atau kepuasan sesaat atau justru sebagai pelarian atau kompensasi atas rasa yang tidak nyaman. Bullying atau perundungan tidak hanya berbentuk perundungan fisik tetapi dapat berupa verbal, sosial, dan cyber.

Bullying fisik yaitu tindakan bullying dengan cara melukai secara fisik pada korban hingga mengalami cidera fisik. Contohnya patah tulang sampai akibat yang fatal yaitu meninggal dunia.

Bullying verbal yaitu tindakan bullying dengan cara melontarkan kata-kata yang dapat melukai hati korban. Bullying ini sering terjadi secara langsung atau secara cyber (dunia Maya). Korban disudutkan dengan kata-kata yang menyerang bernada pedas dan menyakitkan. Dampak dari bullying ini dapat mempengaruhi kehidupan korban selama bertahun-tahun, anak menjadi tidak percaya diri dan putus asa. Ada yang merasa tertekan sehingga bunuh diri.

Bullying sosial, ini banyak terjadi di kalangan remaja. Perundung berusaha mempengaruhi orang-orang untuk menyudutkan atau mengucilkan korban. Bullying ini bermaksud merusak reputasi korban. Bullying ini juga dapat berdampak depresi bagi korbannya.

Apa yang menyebabkan seseorang menjadi pelaku bullying atau perundungan?

Mengungkap penyebab pelaku bullying ibarat mengungkap gunung es. Untuk mengetahui akar penyebab menjadi pelaku bullying, kita harus mampu menyingkap permasalahan sampai ke akar-akarnya. Alasan pelaku bullying kadang hanya karena bercanda untuk keisengan semata. Ada yang disebabkan rasa iri sehingga ingin menunjukan kekuatan dan kekuasaan pada teman-temannya. Ada yang disebabkan luka batin atau trauma karena pola asuh dengan penerapan disiplin keras.

Melihat marak dan bahayanya bullying, sebagai pendidik harus ikut andil mencari solusi secepatnya sehingga tidak muncul korban-korban bullying baru. Ada beberapa cara mengatasi bullying.

Pertama dengan penyadaran pada pelaku dan korban. Selama ini, banyak pihak mengatasi bullying dengan cara pengawasan melekat, ada juga dengan memasang CCTV. Cara ini kurang efektif. Ibarat penanganan kasus, baru sampai bagian kulit luarnya, kurang sampai ke lapisan paling dalam. Kedisiplinan pada anak karena adanya pengawasan ketat kadang anak jatuh pada kedisiplinan semu. Seperti istilah yang diungkapkan oleh Dr.Thomas Gordon dalam bukunya yaitu “ Kucing pergi, tikus menari-nari”. Anak akan patuh jika ada pengawasan, jika tidak, anak akan kembali ke tindakan tidak disiplin. Supaya tidak jatuh pada disiplin semu, anak harus diberi kesadaran, baik pelaku maupun korban.

Pelaku bullying harus diberi penyadaran bahwa tindakan agresifnya membully orang lain tidak benar dan dapat berakibat fatal baik secara fisik maupun mental. Pelaku bullying diberi pendampingan supaya tindak agresifnya dapat tersalur secara positif. Pendekatan dengan hati, mendengarkan dengan empati, tanpa kekerasan dan hukuman karena hukuman justru akan meningkatkan agresif anak. Dibuat kesepakatan bersama supaya bullying tidak meraja lela. Anak diarahkan untuk menyalurkan hobbynya ke kegiatan yang positif dan berguna.

Korban bullying harus juga diberi penyadaran, mengapa mereka menjadi korban bullying? Apa yang harus dilakukan supaya tidak menjadi korban bullying? Mereka ditanamkan rasa percaya diri, tampil kuat sehingga tidak ada peluang untuk tindak bullying tanpa harus membalas. Tanamkan keberanian untuk menyampaikan ke pendidik atau orang dewasa atau orang tua jika mengalami tindakan bullying.

Kedua mengenali gejala bullying. Orang tua atau pendidik harus mengenali anak yang menjadi korban bullying. Misalnya, anak yang biasa ceria dan aktif kemudian menjadi pendiam dan menyendiri, orang tua atau pendidik harus menyelidiki apa penyebab perubahan tersebut. Apakah karena tindak bullying? Dengan cara ini, korban bullying akan cepat teratasi dan tidak semakin berkembang.

Ketiga mengadakan seminar parenting bagi orang tua maupun pendidik tentang cara mendisiplinkan anak tanpa kekerasan. Pola asuh orang tua tentang cara mendisiplinkan anak sangat menentukan perilaku anak. Dalam masyarakat secara umum memiliki asumsi bahwa untuk mencapai kedisiplinan hanya dengan cara mendisiplinkan dengan keras, yaitu dengan cara mengawasi dan menghukum. Tanpa disadari, mendisiplinkan dengan keras justru berakibat fatal. Anak akan bertindak agresif. Seperti yang disampaikan oleh Dr.Thomas Gordon dalam bukunya “ Mengajar Anak Berdisiplin Diri di Rumah dan di Sekolah” bahwa anak yang sering dihukum untuk mendisiplinkan akan menunjukan agresif lebih besar, hiperaktif dan melakukan kekerasan terhadap anak-anak lain. Anak adalah peniru ulung. Dengan menerima tindak kekerasan sebagai hukuman mendisiplinkan, anak menyimpulkan bahwa kekuatan fisik dan kekerasan adalah perilaku yang cocok untuk diterima dalam hubungan dengan orang lain. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pola asuh juga ikut andil terjadinya bullying. Oleh karena itu, perlu penyadaran pada masyarakat khususnya orang tua dan pendidik untuk menerapkan pola asuh pendisiplinan yang tepat.

Keempat menanamkan nilai-nilai humaniora dalam setiap pelajaran. Humaniora adalah ilmu yang mempelajari tentang cara membuat atau mengangkat manusia menjadi lebih manusiawi dan berbudaya ( Wikipidia). Dengan menanamkan nilai-nilai humaniora diharapkan anak dapat memanusiakan temannya, lebih mampu menghargai perbedaan dan kekurangan yang dimiliki sesama.

Dengan menerapkan keempat cara mengatasi bullying tersebut diharapkan dapat memutus mata rantai perundungan atau pembulian. Sebagai pendidik kita dapat membantu mewujudkan rasa merdeka dari bullying. Anak-anak dapat hidup bahagia tanpa tekanan dan ketakutan. Adanya rasa merdeka dan bahagia, anak dapat mengembangkan potensi dan prestasinya secara maksimal. Secara tidak langsung kita ikut andil mempersiapkan kaum muda yang merdeka, manusiawi, berkarakter, dan berprestasi.

Jakarta, 13 Agustus 2022

M.M. Sri Sumarni

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semoga menjadi pemenang bunda

14 Aug
Balas

Semoga menjadi pemenang bunda

14 Aug
Balas



search

New Post