Mira Oktavia, S.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Berbekas Selamanya

Berbekas Selamanya

Inginku menangis sekuat-kuatnya, agar rasa sakit di tubuh dan hatiku menjadi hilang, tetapi suarakupun tak ada yang keluar, entahlah, mungkin karena sudah banyaknya tangis, sehingga air mata dan suara menjadi hilang, hanya deru napas yang tak beraturan di dekapan ibu yang masih sesegukan, rasa hangat dan nyaman dalam rengkuhan ibu yang ku rasa juga sedang menahan sakit lahir dan batin.

"Sayang, buka mata nak!" Ku rasakan guncangan tangan ibu di tubuhku, namun mataku tak sanggup untuk di buka, makin lama suara ibu semakin tak terdengar, dan akhirnya aku tak tau apa-apa lagi.

"Aduh" aku terpekik kaget saat tanganku ku angkat untuk menggaruk kepala yang rasanya sangat gatal, ku lihat jarum infus sudah terpasang di tanganku. Pikiranku belum semuanya menyadari apa yang terjadi.

Kulihat sekeliling, ternyata aku sedang berada di rumahnya Bu Bidan, mataku terpaku ke samping tempat tidurku, di sana ada ibu, sosok yang selalu memberikan kenyamanan kepadaku juga sedang terbaring, ku lihat dahi ibu sudah di perban, dan satu persatu ingatan kejadian yang lalu terlintas dalam ingatanku.

"Ibu" panggilku lirih, ku lihat ibu bergerak bangun, naluri ibu memang sangat peka untuk anaknya.

"Bagaimana sayang? Masih terasa sakit?"

Ku menggelengkan kepala, "haus Bu", ibupun mengambilkan sebotol air mineral yang terletak di atas lemari samping tempat tidurku. Ku pegang tangan ibu yang menyodorkan pipet dari botol tersebut, kulihat mata ibu yang sembab dan sedikit membengkak, sungguh pemandangan yang memilukan hati.

Ku minum air dengan perlahan, serasa kesat saat air itu melalui kerongkonganku. Sedikit demi sedikit, air itu mulai memberikan kesejukan, mungkin juga karena belain tangan ibu di kepalaku saat ku minum air itu.

"Bu, apa luka ibu masih sakit?"

"Tidak nak, ibu sudah tidak apa-apa" jawab ibu sambil tersenyum, walaupun ku tahu senyum itu hanyalah sebagai penghibur ku, dan ibu menyembunyikan kepedihan dalam hatinya.

"Jam berapa sekarang Bu?"

Ibu bergerak ke arah samping melihat jam dinding di ruang sebelah.

"Sudah jam 03.00 WIB" jawab ibu mendekat kembali ke sampingku. "Tidurlah kembali" ibu mengusap kepalaku agar aku terlelap.

"Mana adik-adik Bu?"

"Mereka di ruang sebelah, jangan khawatir, sekarang istirahat ya, biar esok bisa sehat dan kita bisa pulang"

"Pulang kemana Bu?, Nanti ayah marah-marah lagi, aku takut" aku kembali terisak.

Ibu berbaring di sampingku, memeluk dan mencium pucuk kepalaku,

"Kita akan pulang ke rumah, ayah tak akan marah lagi, ibu janji" aku semakin menyurukkan kepala ke dalam pelukan ibu yang hangat.

Semoga saja itu benar, aku berharap bisa sehat dan kuat kembali esok pagi, semoga hari yang gelap ini berlalu dan berganti dengan sinar mentari yang memberikan keceriaan dan kehangatan.

Harapan yang ingin mendapatkan kebahagiaan di atas luka yang tak mungkin hilang dan selalu berbekas. Luka di dahi ibu yang takkan hilang bekasnya walaupun nanti sudah sembuh, dan luka di hati karena kehidupan yang terlalu berat bagi seorang anak yang melihat dan merasakan hancurnya rumah tangga kedua orangtuanya.

Bersambung...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi

17 Mar
Balas

Terimakasih pak sudah mampir di cerita saya..

17 Mar

Wah jadi penasaran lanjutannya gimana..

17 Mar
Balas

Mantap bunda...lanjutkan cerita nya ya...

17 Mar
Balas

Mantap bunda...lanjutkan cerita nya ya...

17 Mar
Balas

Mantap bunda...lanjutkan cerita nya ya...

17 Mar
Balas

Mantap bunda...lanjutkan cerita nya ya...

17 Mar
Balas

Mantap bunda...lanjutkan cerita nya ya...

17 Mar
Balas

Mantap bunda...lanjutkan cerita nya ya...

17 Mar
Balas

Mantap bunda...lanjutkan cerita nya ya...

17 Mar
Balas

Mantap bunda...lanjutkan cerita nya ya...

17 Mar
Balas

Mantap bunda...lanjutkan cerita nya ya...

17 Mar
Balas

Mantap bunda...lanjutkan cerita nya ya...

17 Mar
Balas

Mantap bunda...lanjutkan cerita nya ya...

17 Mar
Balas

Mantap bunda...lanjutkan cerita nya ya...

17 Mar
Balas

Mantap bunda...lanjutkan cerita nya ya...

17 Mar
Balas

Mantap bunda...lanjutkan cerita nya ya...

17 Mar
Balas

Terimakasih Bu..Insyaallah..

17 Mar



search

New Post