Mira Oktavia, S.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Lepasnya Pelita di Tangan

Lepasnya Pelita di Tangan

Mataku menyoroti setiap isi ruangan, tapi tak ditemukan keberadaan ibu yang menemaniku semalam.

"Ibuuuu, ibuu.." panggilku lirih, tetap tak ada yang datang, entah suaraku yang terlalu pelan atau memang tak ada orang disekitar ruangan ini.

Ku coba untuk bangkit dari tidurku, lumayan berat badanku untuk ku angkat sendiri, seolah ada beban di bagian tubuh sebelah kananku. Sedikit menahan nyeri yang mengalir di sekujur tubuhku, ku tarik badanku sehingga menempel ke dinding dan kucoba untuk duduk dengan berpegang pada pinggir ranjang, akhirnya aku berhasil duduk dan ku jangkau bantal dan ku letakkan di bagian punggung sebagai sandaran.

Cukup nyaman terasa, setelah duduk, aku hirup udara sebanyak banyaknya untuk memenuhi rongga paru-paru yang terasa masih sesak. Ku lihat tanganku ternyata tak ada inpus lagi, pantas saja aku bisa bergerak tanpa hambatan di tangan tadi. Mungkin saja ketika ku terlelap tadi Bu Bidan sudah memeriksa ku.

Cukup lama rasanya ku duduk berselonjor di tempat tidur, dan sayup-sayup ku dengar ada suara di ruang sebelah, sepertinya itu suara ibu, entah bersama siapa. Tak lama ku dengar ada langkah kaki menuju ruangan ku dan kulihat adikku Yanti, adikku yang nomor 3 menghampiriku.

"Kak, kakak sudah bangun ya, apa kakak mau minum?"

"Ya, tolong ambilkan minumnya"

Adikku langsung pergi ke arah meja, dan mengambil botol air mineral yang isinya masih ada setengah dan menjukurkannya kepadaku.

"Makasih ya, dek, ibu mana?"

"Itu di ruang sebelah, lagi ngobrol sama Tante Aji dan Tante Lis, Kakak lapar ya, mau ku panggilkan Ibu?" Adikku menjelaskan semua kepenasaranku tadi.

"Sudah jam berapa sekarang?"

"Hampir jam 11, Kak"

"Ooo, panteslah kakak merasa lapar, sudah siang rupanya, panggil ibu aja dek" pintaku kepada adikku itu.

Bergegas adikku memanggil ibu, belum sempat ku memutar badan, ibu sudah masuk bersama Tante Aji dan Tante Lis. "Sudah lama bangunnnya sayang?, Kamu lapar ya, sebentar ya, ibu ambilkan makannya dulu,"

Ibu melangkah ke arah meja, rupanya di sana sudah tersedia sarapan yang seharusnya sudah ku makan dari tadi pagi.

Ibu mendekati ku dan menyuapi aku sampai nasinya habis, sementara, Tante Aji dan Tante Lis setelah melihatku langsung pamit, katanya ada urusan.Tante Aji adalah Kakak Ibu dan Tante Lis adik sepupu ibu.

"Sayang, setelah ini kita pulang ya, kata Bu Bidan bisa istirahat di rumah saja" kata ibu sambil menyuapkan sendok terakhir makan pagi sekaligus makan siangku kaki ini.

Aku hanya mengangguk dan melihat ke arah ibu, dengan perasaan yang masih menyimpan rasa takut, sepertinya ibu memahami apa yang aku pikirkan, ibu hanya tersenyum memandangku sambil mengelus kepalaku.

"Ini, makan dulu obatnya, biar cepat sehat," ibu menyodorkan 3 buah pel ke mulutku dan ditangannya sudah ada segelas air minum untuk membantu aku menelan obat itu. Sekali teguk obatnya langsung tertelan semuanya.

"Ibuuu," suaraku tercekat di kerongkongan, ibu yang menatapku, masih menungguku menyelesaikan apa yang akan ku tanyakan.

"Ibu, a-apa a-ayah ada di rumah?" Suaraku semakin bergetar jika mengingat ayah.

"Tidak sayang, ayah dari semalam tidak di rumah, mungkin di rumah nenek" hatiku serasa ngilu, sudah hampir sehari semalam aku terbaring di ruangan ini, tak ada ayah menjenguk ku, walaupun ku tak tau apa yang akan ku katakan kepada ayah jika dia menemuiku, tetapi ada rasa tak bisa terungkap saat ini, seolah olah ada yang mengiris-iris hatiku dan membiarkannya begitu saja.

Perasaan sedih, takut dan cemas berbaur di pikiranku, aku juga ingat kaki ayah yang terluka, mungkin itu penyebab ia tak menemuiku di sini, pikirku mencoba menghibur hatiku sendiri, mau bertanya kepada ibu lagi, takutnya ibu kembali sedih.

Cukuplah apa yang ku pikirkan dan ku rasakan ku simpan sendiri, siapa yang takkan merasa sedih dan kehilangan, saat seorang anak sakit, sedih, dekapan dan perhatian kedua orang tua merupakan obat penyembuh yang lebih menenangkan. Apalagi untuk diriku, yang sakitnya akibat kedua orang tua yang tak lagi harmonis.

Bersambung...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Hebat bunda...ditunggu lanjutannya ya!!

20 Mar
Balas



search

New Post