Potong Rambut karena Guru
"Ayah, cepatlah kita pergi potong rambut" rengekan Fauzil kepada ayah yang baru pulang dari sawah.
"Besok sajalah, ayah capek baru pulang dari sawah, ayah mau mandi dan istirahat dulu", ayah berjalan meninggalkan Fauzil yang masih merengek.
"Harus sekarang ayah, kalau tidak besok dapat hukuman di sekolah dari Bu guru!" Suara Fauzil mulai serak, pertanda tangisannya akan keluar.
Bunda yang sedang memasak di dapurpun segera menghampiri Fauzil, "Fauzil, ayah istirahat dulu sebentar, ambilkan minum dulu untuk ayah sana!", perintah bunda kepada Fauzil. "Tapi potong rambutnya harus hari ini ya bunda" Fauzil masih nego sama bundanya. "Iya, nanti akan di antar ayah, atau bunda yang akan ngantar setelah bunda selesai masak, oke?, Sekarang pergilah ambilkan mimum untuk ayah", "baik bunda, siap laksanakan" Fauzil memberi hormat kepada bundanya seperti hormat polisi kepada atasannya, dan segera mengambilkan minum untuk ayahnya.
Fauzil mendekati ayah yang sudah duduk di ruang keluarga sambil membawa secangkir teh manis dan sepiring kudapan goreng ubi buatan bunda.
"Silakan di minum, yah, teh buatan Fauzil akan menghilangkan lelah ayah hari ini, he..he..",
"Terimakasih ya, nak", mencicipi teh yang disajikan oleh Fauzil.
"wah teh buatanmu memang enak", Puji ayah sambil mengusap kepala Fauzil.
"Ya iyalah, Fauzilkan tau seleranya ayah, he..he.."
"tapi jangan lupa imbalannya ya, yah"
"Ish.., kamu ini, baru membuatkan ayah teh manis saja sudah minta imbalan, ikhlas donk kalau melalukan sesuatu itu"
"Bercanda ayah, maksudnya imbalannya ngantar Fauzil potong rambut" sangkal Fauzil
"kamu itu ya, kemaren ayah ajak potong rambut nggak mau, katanya masih pendek, sekarang malah merengek seperti anak bayi"
"Maaf ayah, kemaren belum di suruh sama Bu guru"
"Tadi di sekolah siapa anak laki-laki yang rambutnya panjang, dikumpulkan di halaman sekolah,dan di suruh untuk potong rambut, Fauzil ikutan disuruh berbaris, kata Bu guru, rambut Fauzil sudah hampir menutupi telinga".
"Kemaren ayah juga bilang begitukan?,tapi tidak di dengar",
"Iya ayah, maaf, esok akan dengar kata ayah juga, sekarang kita langsung pergi aja ya ayah, biar nggak kemalaman nanti"
"Baiklah, bilang pada bundamu kita akan segera berangkat"
"Siap ayah", Fauzil segera berlalu ke dapur meminta izin bundanya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar