Buah Salam
Saat SD saya punya teman sekelas bernama Yulfianti, kami memanggilnya Yul. Di rumahnya ada sebatang pohon salam yang sudah tinggi dan besar. Bila pohonnya itu berbuah Yul akan membawanya ke sekolah untuk kami makan bersama saat istirahat. Pernah juga saat kami pulang cepat karena sesuatu hal, lalu kami ke rumahnya yang tidak jauh dari sekolah untuk memetik buah salamnya.
Sesuatu yang tersimpan dalam memoriku tentang buah salam adalah buah berwarna merah, seperti kersen (seri/talok) tapi daging buahnya lebih keras dan rasanya sangat enak. Saya sangat suka makan buah salam, seperti juga teman sekelasku yang lain. Setelah tamat SD saya berpisah dengan Yul, tidak tahu dia melanjutkan ke SMP mana, dan tak pernah lagi sekalipun bertemu dia.
Kenangan tentang buah salam selalu membayangiku. Saya hanya tahu daun salam, yang dipakai untuk pelengkap masakan. Banyak di pasar yang menjual daun salam, tapi tak ada satupun orang menjual buah salam. Ketika suatu hari sekitar tahun 2012 saya bercerita di sekolah dengan sesama guru tentang buah salam, seorang teman berkata bahwa kebetulan di rumahnya sekarang ada anak pohon salam, dan dia berjanji akan membawanya besok ke sekolah.
Besoknya pohon salam dengan tinggi sekitar 20 cm dibawakan teman tersebut dan saya menanamnya di halaman rumah. Dari hari ke hari dia tumbuh terus semakin besar. Tetangga sering meminta daunnya untuk obat penurun tekanan darah, saya sendiri menunggu buahnya yang lama sekali muncul.
Sekitar empat tahun barulah salam itu berbunga lalu mejadi buah, tidak sabar menunggu buahnya matang. Ketika saya petik dan memakannya, saya heran, inikah rasa buah yang saya rindukan sekian tahun?
Daging buahnya sedikit karena ada biji yang cukup besar, rasanya manis ditambah rasa sepet, ada rasa yang mirip dengan daunnya. Mengapa saat SD rasanya enak sekali? Bedakah buah salam Yul dengan buah salam yang saya tanam?
Berikutnya kalau ada anak tetanggga minta buahnya saya silakan memetiknya. Saya sudah tuntaskan rasa penasaran saya, sudah tidak kangen lagi. Dua tahun setelah dia berbuah pohon itu ditebang karena semakin tinggi, sementara posisinya berada pada celah antara teras dan pagar.
Jadi, jangan terlalu percaya dengan kenangan rasa saat masih kecil. Lidah anak-anak ternyata beda kadar enaknya dengan lidah orang dewasa.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi
Terima kasih Pak Dede. Semoga selalu sehat
Bisa begitukah? Jadi penasaran buk. Biar saya kembali ke masa kecil dulu, setelah itu saya ke masa kini .....ha....ha.....
Kalau ada mesin waktu ya Bu Upik
Saya belum coba. Bagaimana rasanya. Kalau lihat penampilannya seperti gak sepet bun. Manis asam gitu kaya buah bery. Keren banget Bun tulisannya. Semoga sehat selalu aamiin
Sepetnya dikiit Bu, tapi daging buahnya tipis
Hehehe.. Waktu kecil semua terasa enak yo Buk. Kalau kini salero lah miliah-miliah. Keren Buk. Salam sukses Ibuk.
Betul sekaliBu Yessi. Dulu suka sekali gulo-gulo tareh, patang ko ambo bali di Bukik, ba a kok ndak salamak dulu rasonyo.
Ternyata tidak sesuai dengan kenangan ya. Saya malah blm pernah makan. Malah baru tahu klo ada buahnya, hehehe... Keren Bunda.
Moga-moga Ibu nemu tanaman ini.
Betul sekali.Salam literasi.semoga sukses selalu.
Waktu kecil semua enak saja ya Bu
Jangan terlalu percaya dengan kenangan rasa saat masa kecil. Lidah perasa anak-anak dan dewasa sudah berbeda. Betul bunda. Kalau di tempat saya ada istilah masa kecil kita menjadi si bolang gragas. Semua oke untuk dimakan dan terasa enak. Keren tulisannya bunda.
Saya kira karena setelah dewasa kita sudah banyak mencoba aneka makanan, jadi yang enak waktu kecil sudah biasa saja. Terima kasih Bu Ririn
Mantab ulasannya bu. Rasanya manis agak sepet. Salam sukses selalu
Terima kasih atas kunjungannya Pak Sukadi
Ulasan yang bermanfaat bunda. Salam sukses slalu
Terima kasih Bu Sitti
waktu SD semua daun tanaman enak terassa, daun jambak dimakan, bunga perak2 di makan, ckckckkc..daun pacah piriang dijadikan agar2, hihihihiihh
Daun jambak dimakan? Kamu saja kalee, I tak pernah
Berarti I omnivora dong?