Calon Istri untuk Papa
Siang itu aku ke bagian keuangan mengurus uang perjalananku, perusahaan mengutusku dan Fitri untuk dinas luar selama tiga hari ke Medan. Di depanku Bu Maya melayani dengan senyum ramahnya. Wajah keibuannya yang teduh selalu menenangkan. Tiba-tiba aku tersentak, Bu Maya ini, mengapa selama ini aku tak memperhatikannya lebih dekat?
Beliau ditinggalkan suaminya yang mengalami serangan jantung. Aku belum jadi karyawan saat itu terjadi. Dia membesarkan seorang anak laki-laki, yang wisuda bulan lalu.
"Bagaimana kabar Bagus Bu?" tanyaku membuka percakapan.
"Masih ngirim-ngirim lamaran Mbak, kemarin siang juga ikut tes on line di salah satu BUMN. Doakan berhasil ya Mbak."
Aku mengaminkan, dan beliau menyerahkan uang perjalananku. Aku menatapnya lagi lebih lama.
"Ada apa Mbak Devi?"
"Ah engga, Bu Maya ini selalu menarik penampilannya, sederhana tapi tak membosankan."
Beliau tertawa, "Apaan sih Mbak, bulan depan saya setengah abad lo, menarik dari mana. "
Saat itu aku jadi teringat papa, teringat permintaan ibu padaku.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap Uni. Sukses selalu