Calon Istri untuk Papa (Tamat)
Aku kemudian menceritakan semuanya. Rasa bersalahku pada papa, sikap tak sopan ku pada ibu dan Kak Raya. Bu Maya terdiam, menatapku lama.
"Saya paham, kalau saya jadi kamu, mungkin saya juga akan melakukan hal yang sama, tentu karena kamu sayang sekali pada mama."
Aku tak menjawab.
"Saya sendiri berada pada fase hanya fokus pada Bagus, jadi tidak lagi memerlukan suami. Tapi Bagus sudah wisuda, alhamdulillah, kemarin dia dinyatakan diterima di perusahaan swasta impiannya. Sebagai rasa syukur, mungkin saya bisa menemanimu menemui ibu."
Aku terpana dengan mata membesar.
"Ibu mau membantu saya?"
"Saya tidak mengatakan ingin bertemu papamu, tapi ibu, kakak perempuan ayahmu."
"Iya Bu, saya paham. Jadi kapan ibu ada waktu?"
"Ada tanggal merah dua hari lagi, kamu bisa hari itu?"
Tentu saja aku mengangguk kuat-kuat dengan perasaan yang lega.
Berikutnya semua lancar, mengalir deras seperti arus sungai di musim hujan. Bu Maya dan ibu, kakak perempuan ayah, ternyata saling mengenal, mereka bertetangga saat Bu Maya masih SD. Orang tua Bu Maya mengontrak rumah dekat rumah nenek. Kemudian Bu Maya pindah ke rumah yang dibeli orang tuanya. Sejak saat itu mereka tak bertemu lagi.
"Jadi, ibu sudah kenal papa dari dulu?"
"Dulunya iya, rumah kami hanya dipisah satu rumah. Tetapi sudah lama sekali, saya tidak tahu lagi wajah papamu."
Setelah itu jalan semakin terbuka. Papa menunjukkan minat, apalagi sudah kenal waktu kecil dulu. Bagus tidak keberatan, apalagi ibu dan Kak Raya.
Lima bulan semenjak ibu dan Kak Raya ke rumah dan aku menolak ide itu dengan kasar. Lima bulan yang terasa begitu cepat dan sangat dipermudah. Setelah itu papaku sudah ada yang mengurus, wanita yang kukenal, dan mereka terlihat bahagia. Aku memang tidak serumah dengan ibu tiriku, tapi setiap hari kami bertemu, bisa bercerita seru karena mencari nafkah pada gedung yang sama, perusahaan yang sama.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Apik kisahnya, Bu. Saya cari mulai episode 1. Salam bahagia.
Terima kasih Bu, semoga sehat selalu