Caruik dan Cabe
Dalam bahasa Minang caruik artinya adalah kata yang saru, kotor dan tidak pantas diucapkan karena biasanya, maaf, mengacu pada alat kelamin dan diucapkan seseorang untuk memaki orang lain. Orang yang baik tentu menjaga lisannya,agar jangan sampai bacaruik, walau semarah apapun dirinya.
Saat anak-anak kami mulai belajar bicara hinggga mereka masuk sekolah, kami menggunakan bahasa Indonesia di rumah.Tujuan utama saya ya itu, agar anak saya yang baru mulai belajar bicara tidak terkontaminasi kata-kata caruik. Di sekitar tempat saya tinggal waktu itu masih sangat sering baik orang dewasa ataupun anak-anak yang dengan mudah bacaruik dalam pembicaraan sehari-hari mereka. Setelah anak-anak SD otomatis mereka bisa sendiri berbahasa Minang, jadi tidak masalah walau awalnya kami tidak berbahasa daerah di rumah dengan mereka.
Mengapa saya sangat menghindari anak saya saat kecil tidak mudah bacaruik adalah pengalaman pribadi. Saya ingat betul saat saya kelas dua SD, saya mendengar teman saya dekat rumah bacaruik dengan teman yang lain saat bermain. Saya menyimak kosakata baru itu dengan antusias, merasa heran mengapa saya tak pernah mendengar kata itu di rumah.
Dengan kepolosan anak kecil saya membawa kata itu ke rumah, lalu mengucapkan dengan keras pada adik, walaupun saya tidak sedang marah, tapi mengucapkan untuk praktik saja. Ibu yang berada di dekat saya menghentikan kegiatannya. Saya rasa bila tanduk Ibu bisa tumbuh, seketika tanduknya akan muncul!
Ibu menarik tangan saya, lalu ke dapur mengambil cabe segar. Tanpa saya sadar apa yang akan terjadi Ibu mengoleskan cabe itu ke bibir saya beberapa kali. Tentu saja saya sangat kaget dan tidak mengerti mengapa Ibu melakukan hal itu. Sambil melakukan itu Ibu mengomeli saya, dimana belajar kata itu, dan menyuruh saya berjanji untuk tidak pernah mengulanginya lagi.
Tentu saja saya menangis karena kaget dan kepedasan, dan merasa Ibu sangat kejam. Dalam hati saya bertanya mengapa teman saya boleh mengucapkan kata itu dan tidak dicabein Ibunya. Banyak sekali yang Ibu ucapkan pada saya saat eksekusi itu, saya merasa sangat merana. Tapi setelah emosinya reda, Ibu membuatkan saya segelas susu hangat, untuk mengurangi efek pedas di mulut saya.
Ternyata tindakan Ibu sangat ampuh, tidak pernah saya mengucapkan kata caruik sejak itu sampai saya setua ini. Saya selalu merasa bergidik bila mendengar orang dengan mudah mengucapkan kata itu di dekat saya, dan terbayang betapa bibir saya rasanya sangat dower ketika Ibu mencabei saya. Sampai saat ini saya juga heran mengapa mudah sekali orang bacaruik, barangkali karena Ibunya tidak pernah mencabei bibir mereka.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Saya juga buu...senasib kita. Ajaran tegas orang tua sangat berkesan. Keren bu
He, ada teman senasib
Sama bu Yanti, bedanya tidak dicabein tapi dicubit. Untuk anak saya ganti dg istilah Banten. Jadi kalau marah atau kesal dia akan bilang Banten. Lucunya saat mengajar sejarah tentang kerajaan Banten anak saya berada di dalam kelas karena di bawa ke sekolah', lansung marah dan mengatakan jangan bilang itu dekat kakak2. Waduh saya kewalahan ....
Ha..ha, gantian anak SMA yang bingung kenapa anak bu guru marah dengar kerajaan Banten
Keren ibu. ..benar sekali pengalaman masa kecil saya hampir serupa dengan ibu, namun belum sampai dicabein... Saya cuma bertanya kepada almh mama apa arti kata itu. Eeh saya malah kena marah dan di ancam dicabein... Sukses selalu ibu cantik... Salam santun
Hiks, saya dicabein Bu, pedeees sekali
Menarik ceritanya bu
Terima kasih Bu Elva.Kok ga bisa share ke FB Media Guru ya Bu?
Ulasan tang informatif dan manfaat buat semua.Salam kenal dan sukses selalu.Izin follow ya bu
Terimakasih banyak Bu Siti
Lingkungan itu kuat sekali membentuk kita berbahasa sehari-hari... Saya jadi ingat anak saya ketika kecil membawa kosa kata kasar, saya tanya artinya dia gak tahu, dapat dari mana kata tersebut, baru dia jawab dari temannya...
Iya, saya juga dengar dari teman.
Mencarut ye? lalu keno cabeeee (bahasa mersam Uni)
Baso Mersamnyo mencarut Pak? Ternyata mirip yo