Nostalgia Gulo-Gulo Tareh
Waktu SD aku suka sekali makan gulo-gulo tareh. Itu adalah sejenis permen tradisional yang dibuat dari gula merah yang berasal dari sari tebu. Zaman aku SD saja permen itu sudah jarang yang jual. Di sekitar rumahku ada satu warung saja yang menjualnya. Pada zaman sekarang apalagi, tidak pernah lagi aku melihat permen itu dijual di warung. Tapi kadang nostalgia melanda, ada rasa menyenangkan mengingat masa lalu. Bahkan indra pengecappun bisa diserang oleh nostalgia pada rasa gulo-gulo tareh.
Ketika pulang ke kampung suami pada lebaran tahun 2017, ipar ku mengatakan di Bukittinggi tepatnya di janjang gantuang ada yang jual gulo-gulo tareh. Oh ya, janjang gantuang itu jenjang/tangga yang menghubungkan Pasar Atas dan Pasar Bawah di Bukittinggi. Jadi saat balik ke rumah dari kampung, kami singgah di Bukittinggi. Misi utamanya adalah membeli gulo-gulo tareh.
Sesuatu yang diniatkan dengan sungguh-sungguh, maka akan berhasil. Setelah bertanya sana-sini, akhirnya bertemulah dengan penjual permen idamanku itu. Pada pandangan pertama aku kecewa. Tampilannya tidak seperti bayangan yang mengendap di memoriku.
Gulo-gulo tareh yang sering aku beli saat SD itu berbentuk panjang, sepanjang jari telunjuk, dilletakkan dalam stoples. Agar mereka tidak saling menempel, maka dibaluri dengan tepung.
Gulo-gulo tareh zaman now, di buat bulat-bulat, diletakkan dalam plastik transparan. Mereka tetap di jaga agar tetap berpisah dengan bantuan balutan tepung. Satu bungkus harganya Rp 2.000. Aku beli permen itu lima bungkus.
Anak dan suamiku tidak ada yang tertarik mencoba.” Mama saja, kan Mama yang kepingin,” kata anakku. Satu bungkus aku makan di jalan, dan rasa yang terkecap tidak senikmat rasa kenangan.
Kata suamiku, “lidahmu sudah mencoba berbagai macam rasa, sedangkan saat SD koleksi rasa yang ada belum seberapa, sehingga terasa permen itu nikmat sekali.”
Betulkah? Tapi hatiku kok tetap mengatakan, bahwa gulo-gulo tareh saat SD itu memang enak, beda dengan yang ada sekarang.
Ah, kadang nostalgia memang mengalahkan logika.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Bunda, saya pernah jadi penjual ketika masih SD
Wah salut, sudah berbakat jadi pengusaha sejak kecil ya Bu
Sepertinya iya, walau masih status belum pengusaha , baru pedagang kecil ha. Ha
Jadi penasaran seperti apa rasanya y Bu Yanti. Salam sehat.
Ya manis bu. Sebetulnya gula merah doang. Gula merah yg dibuat dari air persan tebu
He..he..he..makanan favorit Doeloe...
Memang di Gayo juga ada Pak?
Memang di Gayo juga ada Pak?
Bisa jadi bahan untuk membuat gulo-gulo tareh tidak sealami yang dulu ya bu ...
Engga tahu juga Bu, saya ga mau suudzon. terima kasih untuk apresiasinya