Ketika akan mempersiapkan makan malam aku mendengar bunyi motor berhenti dan ketukan di pintu. Saat aku membuka pintu, seorang perempuan menyapaku. Aku menjawab salamnya dan mempersilakan masuk, tapi dia mengatakan ingin duduk di teras saja. Ketika dia mengatakan bahwa dia ibu Silviana aku sudah menduga apa yang akan dikatakannya.

Tadi siang Tiara, siswa waliku di kelas 10 IPA.2 menemuiku menjelang aku pulang. Dia menyerahkan sebuah amplop yang ditemukannya dalam laci Silviana. Tiara petugas piket yang menyapu kelas setelah pulang sekolah, sedangkan Silviana adalah bendahara kelas. Dalam amplop yang bertuliskan “Kas kelas 10 IPA.2”. itu ada uang sebanyak Rp.3.700.000. Tiara mengajakku agar menghukum kecerobohan Silviana, dengan berpura-pura tidak tahu bahwa uang itu telah diselamatkan. Aku menyetujuinya.

Di depanku ada ibu Silvi yang memohonkan maaf atas kecerobohan anaknya. Silvi baru ingat uang kas itu sore ini, dia sudah membongkar isi tasnya dan uang itu tidak ada. Ibu Silvi berjanji akan mengganti dalam10 hari ini. Aku ingat janjiku dengan Tiara, tapi tidak tega melihat Ibu Silvi yang terisak di depanku. Akhirnya aku katakan yang sebenarnya, Ibu Silvi makin terisak menyatakan rasa syukurnya. Seperti janjiku dengan Tiara, aku mengatakan pada Ibu Silvi agar tidak mengatakan bahwa uang itu sudah bertemu, dan menyuruh Silvi untuk menemuiku di kantor guru besok pagi.