Bendahara gaji di sekolah bertukar, karena Bu Ratmi bendahara sebelumnya minta istirahat karena sudah 10 tahun menjabat. Penggantinya Lidya, guru matematika yang ceria dan enerjik.

Saat memberikan slip gaji Bu Meta, Lidya bertanya dengan hati-hati.

"Maaf Bu, saya dengar Ibu sudah lama pisah dengan suami, apa belum ada surat cerai resmi? Karena masih ada tambahan gaji dari tunjangan suami?"

Bu Meta cemberut, "Memangnya kenapa sih? Dengan cara itu saya masih bisa dapat sedikit uang untuk biaya sekolah anak-anak, karena bapaknya gak bantu apapun."

Lidya menghela nafas panjang. "Dengarkan saya Bu, saya memang jauh lebih muda, baik dari segi umur ataupun pengalaman kerja, tapi saya tahu bahwa tak ada yang bisa menebak umur seseorang. Bila takdir ibu berumur pendek, maka mantan suami yang tak punya surat cerai resmi, dalam kepegawaian masih terdaftar sebagai suami ibu. Uang Taspen ibu dia yang akan menerima, pensiun ibu dia yang menerima, sementara dia bisa menikah siri Ibu mau?"

Bu Meta terlihat kaget, "Tentu saja saya tak rela bila itu terjadi. Ih, dunia akhirat saya tak rela!" katanya dengan penuh emosi.

Lidya tersenyum, "Tapi itu yang akan terjadi bila Bu Meta masih abai untuk mengurus surat cerai. Jangan hanya karena uang tunjangan beberapa ratus ribu setiap bulan, tapi menghilangkan hal yang lebih besar. Lagipula, kalau tak punya surat cerai, kalau ada yang naksir, gimana mau nikah lagi Bu?"

Bu Meta cemberut, "Siapa juga yang mau nikah lagi, saya hanya mau membesarkan anak hingga keduanya selesai kuliah."

"Apapun itu, bercerai resmi jauh lebih baik, urus segera ya Bu?"