Variasi dalam Bahasa Minang
Bahasa daerah yang paling saya kuasai tentu saja bahasa Minang. Sesungguhnya ada banyak variasi dalam bahasa minang dari berbagai daerah di Sumatera Barat. Bila berbagai orang Minang berkumpul dari berbagai daerah, misalnya mahasiswa yang kuliah di Padang, maka otomatis bahasa minang yang bervariasi itu menyatu menjadi bahasa Minang dialek Padang.
Ada beberapa kata yang bunyinya sama tapi maknanya berbeda, contohnya kata litak. Di Padang litak artinya lelah, tapi di hampir semua daerah tingkat dua lainnya, litak artinya lapar. Saya pernah ke rumah etek (bibi), beliau adik ayah saya. Karena rumahnya sekitar satu kilo dari jalan raya, maka saya kelelahan jalan mendaki. Sampai di rumahnya saya mengatakan, ”Litak rasonyo awak Tek” (Saya lelah Tek). Saya jadi malu saat etek saya menjawab, “ Maaf nak, tunggu sebentar, nasinya belum masak.”
Kata mamelok di hampir semua daerah di Sumbar artinya memperbaiki sesuatu yang rusak. Tetapi di Talu, sebuah daerah di kabupaten Pasaman Barat, mamelok artinya membuat/memasak sesuatu. “Tunggu yo, awak sadang mamelok nasi goreng.” Untuk orang Minang lain pasti merasa aneh, masa nasi goreng diperbaiki.
Kata badah secara umum dalam bahasa minang artinya bedah/ membuka bagian tubuh dengan cara operasi, tapi di Kinali badah artinya demam. Ketika seorang tetangga terlihat tidak fit, saya berbasa-basi bertanya, mengapa dia terlihat tidak seperti biasa. Dia menjawab, “Awak sudah badah.” Saya kaget, dan bertanya dia operasi di rumah sakit mana, operasi apa. Gantian dia yang heran, kok operasi?
Dalam bahasa daerah yang sama saja, ada berbagai variasi dan mungkin menimbulkan kesalahpahaman, apalagi pada bahasa daerah yang berbeda. Sungguh hebat orang yang bisa mengusai berbagai bahasa daerah di Indonesia, apalagi berbagai bahasa di dunia.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Betul buk Yanti. Terkadang kita bingung mendengar ja
Kata2 yang di ucapkan. Spt ka sungai. Ternyata buang air kecil
Padahal masih bahasa minang ya
Terima kasih Bu udah berbagi pengetahuan, sukses untuk Ibu
Terima kasih Pak Anen,eh Pak Sunin
Hahaha... Rasanya pasti gimana gitu pas dibilang nasinya belum matang. Seru juga ya. Kalau bahasa jawa kayaknya nggak terlalu banyak. Hanya dulu saya sempat panik waktu suami bilang 'jangane kobong' (kobong = terbakar). Ternyata maksudnya adalah gosong.
Jangan itu sayur berkuah kan Bu
Indonesia negara yang kaya pulau serta bahasa daerahnya yang bisa menyatu dengan bahasa Indonesia ya bun
Bahasa Minang tidak terlalu sulit sebetulnya Bu Andi, banyak mirip dengan bahasa Indonesia
Keren buk ulasannya, informatif. Sukses selalu buk mirdayanti.
Terima kasih Bu Jasmi
Itulah kekayaan bangso awak ni, punyo labiah dari limaratuih macam bahaso daerah, hehe
Iyes..