Misdayani, S. Pd

Seorang guru di sekolah khusus. Pekanbaru menjadi tempat tinggalnya sejak dia ditempatkan bertugas di kota itu. Lebih dari 10 tahun telah membersamai anak-anak ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Hari Pertama Sekolah

Tak sedikit di antara peserta didik yang bahagia menyambut datangnya waktu sekolah. Hari pertama sekolah menjadi ditunggu-tunggu dengan harap. Berjumpa dengan kawan-kawan biasanya menjadi alasan utama bagi anak sekolahan ini. Semangat pun menggebu kala pagi menjelma. Segala sesuatu disiapkan sedemikian rupa. Beberapa bahkan rela bangun sangat pagi. Padahal di hari biasa teramat susah untuk bangkit dari kasur. Itulah euforia hari pertama sekolah.

Ternyata sensasi itu juga dirasakan oleh mereka dengan kekhususan autis. Hari pertama sekolah semangatnya pun luar biasa. Beberapa orangtua mengaku bahwa anaknya tiba-tiba sudah siap mandi dan mengenakan seragam sekolah sendiri. Ada juga yang mengatakan ketika diajak sekolah langsung bangkit tanpa drama sedikitpun. Wah luar biasa ya?

Lalu, apakah euforia hari pertama sekolah bagi anak autis punya alasan yang sama dengan anak sekolah reguler lainnya? Rindu bertemu kawan-kawan? Membayangkan segala pengalaman liburan yang akan diceritakan kepada sohib masing-masing?

Bertemu dengan teman-teman jelas bukan alasan baginya. mereka yang disebut "hidup di dunianya sendiri" ini jelas tidak mau tahu tentang itu. Sebaliknya tentu mereka punya alasan tersendiri mengapa mereka begitu bahagia mendengar kata dan kalimat "sekolah/ ayo... Kita sekolah" dan lain-lain.

Berdasarkan pengamatan saya selama beberapa tahun mengajar anak autis, ada beberapa alasan mengapa peserta didik dengan kekhususan autis sangat senang datang kesekolah. Pertama, karena mereka tak ingin kehilangan rutinitasnya. Autis disebut mempunyai karakter 'ritualistik'. Sehingga mereka sangat senang melakukan apa yang sudah menjadi kebiasaanya. Sebaliknya bila kebiasaan itu tidak dilakukan dapat menyebabkan tantrum dan sifat impulsife lainnya.

Alasan kedua, boleh jadi ada hal yang mereka senangi. Baik selama di perjalanan menuju sekolah atau di sekolah dan kelas tempat dia belajar. Mungkin saja karakter si guru, bahkan materi pelajaran yang sangat disenanginya. Sehingga mereka tak ingin melewatkannya.

Ketiga, boleh jadi anak autis ini menghindari situasi dan kondisi di rumah. Walau dengan keterbatasannya, namun mereka adalah manusia yang punya hati dan perasaan. Perlakuan di rumah yang tidak mengenakan membuat mereka jengah. Nah, pada saat jadwal sekolah mereka merasa lebih mendapat perhatian.

Semoga euforia menyambut masuk kembali ke sekolah ini berbanding lurus dengan perkembangan peserta didik baik kognitifnya maupun keterampilan. Serta kemandirian bagi peserta didik berkebutuhan khusus.

Pekanbaru, 03 Januari 2022

#TagurHariKe03

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post