M. KHOTIB

Muhammad Khotib adalah seorang pendidik di SMK Negeri 4 Kota Tangerang Selatan sejak 2014 hingga kini dan pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Saat...

Selengkapnya
Navigasi Web
KKM VS LEGGING

KKM VS LEGGING

KKM VS LEGGING

Oleh: Muhammad Khotib

Kesibukan yang luar biasa menyelimuti setiap sekolah ketika selesai Penilai Akhir Semester (PAS) ganjil. Tak terkecuali sekolah kami, walaupun ulangan semester ganjil telah usai namun tugas guru tidak berhenti sampai disitu. Bak masakan agar menjadi istimewa dalam penyajian dan rasa, maka butuh pengolahan yang super istimewa pula dan bumbu rahasia agar memiliki citra rasa sendiri.

Begitu juga dalam memberikan nilai kepada peserta didik, agar mendapatkan kepuasan dalam memberikan dan menjadi kebanggaan bagi pemiliknya, nilai yang nantinya tercetak dalam buku laporan pun harus diramu sedemikian rupa. Mulai mengakumulasi nilai ulangan harian, nilai penugasan dan lain sebagainya. Tak heran jika kondisi pembelajaran tetap running walaupun ulangan semester telah usai.

Perbaikan nilai, remedial ulangan harian, pemenuhan penugasan yang terbengkalai, projek yang belum tuntas. Pokoknya masih masih banyak untuk disebutkan.

“Pak, bagaimana nilai anak-anak saya” Tanya bu Pipit sebagai wali kelas

“ini bu, masih banyak yang yangbelum tuntas” jawab guru mapel, Pak Aji

“terus gimana dong?”

“gini aja bu, kan masih ada waktu, silahkan intruksikan anak-anak untuk memenuhi tugasnya, nanti kalau sudah di penuhi pasti nilai mereka sudah tuntas.”

“baik pak, segera saya infokan ke anak-anak”

Bu pipit dengan cekatan mengambil HP dari tadi belum disapanya untuk menginformasikan kepada siswa binaannya, saking sibuknya dengan angka-angka yang belum tuntas untuk diperdebatkan.

****

Perdebatan sengit terjadi saat rapat pleno, semua mata terbelalak menuju ke arah yang sama. Ya Bu Nara panggilan akrabnya. Wanita kelahiran Padang ini tetap kekeh tidak mau memberikan nilai sesuai kriteria pada salah satu siswa yang di ajarnya. Dengan dalih penugasan yang belum komplit dan kemampuan pengetahuannya di bawah rata-rata.

Sambil membenarkan kaca mata, ia tempelkan pengeras suara di bibirnya. "Walaupun Ridho sudah remedial, tapi tetap nilainya belum saya KKM-kan" Imbuhnya dengan dengan sedikit emosi di ruang rapat. Bagaimana tidak kebakaran jenggot, "wong sudah remedial ko belum juga diubah juga nilainya" Gumam bu Tanti sebagai wali kelas Ridho.

Dengan nafas tak beraturan, ia mencoba menahan emosi yang mendidih dalam dirinya. Api kemarahan sepertinya telah membakar dirinya, terlihat pada bola mata dan wajah yang biasa ceria kini laksana buah kesemek yang bedaknya sudah pudar.

“ko bisa begitu bu, kan anaknya sudah memnuhi penugasan” Bu Tanti angkat bicara

“begini bu, selain tugas yang sudah dikumpulkan setelah di akumulasi ternyata masih belum tuntas, jadi tetap di bawah KKM”

“ooooh begitu, apakah masih bisa diperbaiki”

“bisa, tapi anaknya harus mengahdap saya terlebih dahulu, karena ada yang akan saya sampaikan”

“baik bu, nanti akan saya sampaikan”

Bu Tanti mencoba menurunkan nada bicaranya dan mengalah, namun dalam hatinya tetap menggebu ingin mengetahui masalah yang yang ada pada anak binaannya kepada guru mapel tersebut.

suasana dalam rapat pleno seperti biasa, banyak diskusi didalam forum. sebagian mereka masih sibuk menatapi gadget dengan layar yang silih berganti. kadang ke media sosial kadang ke tab yang beirisi yang tidak jelas.

****

Bu Tari seperti mencium bau hubungan yang tidak harmonis antara bu Nara dengan Bu Tanti. Jelas terlihat ketika rapat pleno berlangsung, giliran bu Tanti presentasi tentang siswa binaannya.

“aspek kehadiran dan penilaian, semua siswa binaan saya baik”. Dengan penuh kebanggaan

“Ternyata yang masih mengganjal adalah nilai Ridho yang belum kunjung mencapai KKM, yaitu mapel yang diampu Bu Nara”. Ucapnya.

Dengan segala cara ia menjelaskan kebaikan siswa binaannya, "Namun" Ada beberapa yang bermasalah dengan nilai. Salah satunya adalah nilai mata pelajaran produktif.

“anaknya sih rajin, Cuma sering ngeyel” Ucap Bu Nara,

“kenapa anak tersebut nilainya tidak mencukupi?”.

“Karena memang masih ada tugas yang belum lengkap”

Dengan berbagai dalil di utarakan. Ia tetap tidak akan memberikan nilai tuntas pada siswa tersebut.

Karena belum mencapai klimaks tentang permasalahan Ridho, akhirnya dilanjutkan dengan presentasi kelas lain untuk mempersingkat waktu. Jam dinding menunjukkan pukul 10.30 wib tapi ada wali kelas lain yang belum presentasi.

Setelah rapat pleno selesai, Bu Tari sebagai wakil kurikulum disekolah tersebut tidak tinggal diam. Aroma ketidak harmonisan coba digali lebih dalam. Dengan cara memanggil dua belah pihak dan menghadapkannya dalam satu meja solusi.

"Emang kenapa toh, bu Nara tidak mau merubah nilai Ridho? Bukannya anaknya sudah remedial" Tanya Bu Tari dengan logat ke Surabayaan.

"Bukannya tidak mau merubah nilainya bu, tapi...."

"Kan anaknya sudah berusaha...! " Memotong pembicaraan bu Nara yg belum selesai.

“betul seperti itu, baik saya jelaskan”

Flasback

Empat bola mata beralih pandangan, baik bu Tari maupun bu Tanti sepertinya tidak mau terlewatkan penjelasan penting ini.

“buuuuuu. Itu kelihatan” tunjuk bu Nara dari arah meja piket

“apaan sih bu, jangan teriak dong. Emang saya maling.”

Seluruh penjuru mata tertuju kepada pusat suara, lalu mengarah ke bu Tanti. Termasuk siswa yang berada di depan kelas dan juga yang berada di lantai dua.

“itu kelihatan……………itu kelihatan………..”

“apanya bu……? Dengan panik Sambil kebingungan sambil menulusuri kearah bawah bagian sepeda motor.

Karena merasa tidak ada yang perlu di tutupi, alunan Langkah bu Tanti dengan Tanti menuju ke meja piket

“bu jangan teriak dong kalau masu kasih tahu sesuatu, kan nggak enak sama orang lain?” bisiknya kepada bu Nara

“itu lho…. Tadi saat ibu di parkiran, legging merah ibu kelihatan jelas” tegasnya

“kan saya pakai rok, jadi dalamannya saya pakai legging”

“Rok ibu terangkat, jadi leggingnya terlihat jelas”

“oh begitu. Terimaksih bu sudah diingatkan” sambil berlalu menuju ruang guru.

Dalam hatinya bergumam “gak penting banget legging di urus, kan pakai rok dan semua tertutup.

Flashback off

“Jadi saya gak suka ibu kaya gitu, pakai rok tapi leggingnya jadi bahan maksiat mata” ucap bu Nara.

“oh begitu, terus si Ridho bagaiama bu?” tanyanya dengan serius

“iya, nanti saya perbaiki, ibu kan wali kelasnya tolong ingatkan anaknya untuk cek di classroom dan juga legging ibu”

“memeng kenapa denga legging saya?” sambil mengerutkan dahi

“saya gak suka”

Suasana mulai mencair setalah bu Nara menjelaskan semuanya, ketegangan diantara meraka pun hilang seketika itu.

“baik teman-teman, sudah clear ya?” tanya bu Tari

“kalau memang sudah tidak ada yang dibicarakan, saya anggap ini selesai semua dan tidak ada lagi diskusi diluar forum ini dan saya ucapkan terimakasih.”tuturnya sambil memperlihatkan lesung pipi

Mereka pun meninggalkan ruang kurikulum dan kembali berjibaku dengan laptop masing-masing untuk memperbaiki dan mengolah nilai yang belum tuntas.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post