Debar-debar TOT Sasisabu (Jangan pernah bilang saya)

Diklat TOT Sasisabu di P4TK PKN-IPS Batu Malang, rasanya masih terus saja menyisakan kenangan. Sejak saya mengenal media guru, sepertinya hampir semua even ingin saya ikuti, sampai ke Malaysia pun juga saya berperan serta, dan yang terakhir saya mengawal Sasisabu di MTsN 2 kota Kediri bersama mas Syaiful Rahman, S. Pd trainer sasisabu terbaik media guru. Tetapi nuansa TOT ini luar biasa, betapa tidak, saya harus berhadapan dengan orang hebat seluruh nusantara dengan prestasi yang luar biasa. Semua menceritakan keberhasilan dan prestasinya. Rasanya saya seperti terbungkam. Bahkan ketika perkenalan, saya pun lupa dengan judul-judul buku tunggal yang telah saya tulis, apalagi buku-buku antologi rasanya tidak ingat sama sekali, berapa jumlah buku antologi yang telah saya tulis bersama kawan-kawan dari alumni media guru. Demikian pula kemenangan perlombaan dalam dunia tulis menulis, yang pernah saya menangkan rasanya terhapus dari memori pikiran. Keterlibatan saya bersama tim dalam memenangkan MTsN 7 kediri di tingkat jatim, dalam inovasi berliterasi juga tak bisa diingat.

Berbagai cara telah saya lakukan untuk menghadang kegalauan itu, diantaranya pura-pura melihat Hp, buka-buka leptop, juga bergurau dan ngobrol dengan sahabat-sahabat yang selama ini hanya bisa ber wahtsap-an di grup maupun japri, yang saat itu berkesempatan untuk bersemuka. Waktu terus berjalan, berbagai sesi terus saya ikuti. Mas eko menyampaikan agar besok tampil dengan ection terbaiknya, terutama untuk menguasai audient, rasanya saya tidak bisa tidur. Apa yang bisa saya lakukan untuk tampil esok hari, dan sekitar jam satu dini hari, saya baru bisa terlelap.

Hari kedua sebelum subuh saya terbangun, masih memikirkan apa yang akan kulakukan dalam presentasi nanti. Adzan subuh telah menggema, dan saya pun mengambil air wudzu dan sholat, dan setelah usai saya pun keluar kamar dengan membawa kunci mobil dan saya menuju parkiran, dimana tempat mobil itu saya parkir. Mobil pun aku stater dan melaju pelan-pelan keluar dari lokasi P4TK, tanpa tujuan yang pasti, hanya untuk mendapat inspirasi, agar bisa tampil terbaik dikelas itu. Ada kata-kata yang selalu saya ingat dari Pak Ihsan, mas Eko dan bunda Isti, bahwa seorang trainer Jangan biasa bilang “saya”, atau mencontohkan dirinya sebagai orang yang berhasil, karena akan mengesankan sebagai orang yang sombong, meski tujuanya untuk memotivasi.

Mobil pun terus melaju, saya terus berfikir untuk menghindari kata “saya” dalam presentasi saya, padahal untuk memotivasi anak-anak saya ingin menyampaikan bahwa penulis bukan disebabkan oleh faktor keturunan atau genetis, itu artinya saya harus mengambil contoh seseorang yang luar biasa, meski dia bukan berasal dari orang tua seorang penulis. Tiba-tiba ingat seorang anak muda trainer media guru yang luar biasa itu, dia adalah syaiful Rahman yang selalu menginspirasi, dan telah banyak melahirkan buku.

Tapi kegalauan itu tetap saja menghantui, akhirnya saya pun memutar balik mobil dan berfikir ingin ngopi di alun-alun kota batu, dengan pelan-pelan mobil itu melaju, dan sampailah saya ke alun-alun batu, untuk sekedar minum kopi dan makan nasi pecel tumpang kesukaanku. Mator sekelangkong mas syaiful sampian begitu mengispirasi bisa menjadi contoh pemuda masa kini.