M. MAGHFUR QUMAIDI

Lahir di kabupaten kediri, pendidikan mulai dari SD sampai Madrasah Aliah di tempuh di kota kelahiran, tepatnya SDN keling 1, MTsN Model Pare (sekarang MTsN 1 K...

Selengkapnya
Navigasi Web
Hadirkan Kurikulum Progresif Berbasis Literasi
CNBN Indonesia

Hadirkan Kurikulum Progresif Berbasis Literasi

Hadirkan kurikulum Progresif Berbasis Literasi

Oleh: M. Maghfur Qumaidi

Human capital adalah poros utama kemajuan bangsa. Sebesar apapun sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu bangsa, bila tidak didukung oleh kemampuan untuk mengelola, maka sumber daya alam itu tidak banyak berarti. untuk itu, satu-satunya pilihan bila ingin bangsa itu maju, maka harus memperkuat pendidikan. Karena pendidikan adalah tempat ditempanya generasi bangsa untuk belajar berfikir tentang berbagai macam ilmu pengetahuan. Dalam pendidikan pula terjadi proses kreatif peserta didik dalam menggunakan seluruh potensinya, baik itu aspek intelektual maupun keterampilan. Selain itu, institusi pendidikan juga wadah transformasi nilai-nilai yang terbingkai dalam kurikulum, yang merupakan ruh dalam sistim pendidikan.

Sebagai nyawa sistim pendidikan, kurikulum harus lebih progresif dalam mengikuti perkembangan sekaligus mampu mempridiksi tantangan zaman. Mengubah kurikulum bukan sesuatu yang tabu. Selama ini dinilai, bahwa ganti menteri, ganti kurikulum menjadi stigma negatif, pada hal bila itu tidak dilakukan maka kualitas sumber daya manusia Indonesia tidak banyak mengalami perkembangan. Konsekwensi dari perubahan itu adalah penyesuaian kurikulum dari setiap saat, dan tidak perlu menunggu pergantian menteri.

Globalaisasi telah menghilangkan sekat-sekat antar belahan dunia. konektivitas menjadi semakin pendek. Bila ingin terlibat dalam percaturan dunia, generasi bangsa harus mempunyai kemampuan sosial yang tinggi. Sosialisasi dan interaksi menjadi bagian penting. Untuk itu kurikulum juga memberi porsi yang cukup bagi peserta didik dalam pengembangan kemampuan sosial. Bagaimana pun cerdasnya seseorang jika tidak mampu bersosialisasi, apa pun yang dimiliki tidak banyak berarti. Karena keberhasilan abad ini lebih banyak ditentukan oleh interaksi. Abad ini adalah abad bergandengan tangan, bukan abad individualis.

Interaksi sosial dan interaksi antar negara, ditentukan oleh komunikasi, sedangkan keberhasilan komunikasi ditentukan oleh bahasa. Porsi yang cukup harus diberikan untuk mata pelajaran bahasa. Bahasa asing, terutama bahasa-bahasa yang digunakan dalam dunia internasional. Bahasa tersebut lebih ditekankan pada percakapan, baik lisan maupun tulisan. Penguasaan tata bahasa yang baik, jika praktik berkomunikasi tidak baik, maka tidak banyak berarti dalam menghadapi era global, karena era global butuh konektivitas, berarti butuh berkomunikasi.

Dalam abad ini, teknologi menjadi syarat untuk menembus sekat-sekat global. Jika tidak menguasai teknologi jelas akan tertinggal, apalagi kecepatan informasi tidak menghitung hari. Namun, per detik. Untuk itu pelajaran teknologi informasi tidak hanya bersifat pendampingan akan tetapi masuk dalam jam pelajaran dengan porsi yang cukup.

Selain itu, aspek pembangunan karakter tidak boleh diabaikan. Nilai-nilai karakter ke-Indonesia-an harus tetap dipertahankan. Karena kemampuan yang tinggi tanpa didukung oleh karakter yang baik, akan menjadi generasi salah arah.

Terlepas dari perubahan kurikulum, peningkatan kompensi guru selalu ditingkatkan. Guru harus menjadi literat yang produktif. Guru tidak hanya teks book, tetapi guru yang selalu mengikuti perkembangan informasi terkini. Guru sebagai salah satu sumber belajar harus mampu mengintegrasikan materi dalam kurikulum dalam dunia nyata, terutama yang terkait dengan perkembangan terkini. Guru yang kurang literat hanya menyampaikan teor-teori, tidak memahami tataran praktis sehingga peserta didik hanya hapal dengan teori, sedangkan dalam aplikasi cenderung lemah.

Sebagaimana diketahui, bahwa kurikulum bersifat statis. Tanpa adanya guru yang kompeten kurikulum tidak banyak berarti. Sesungguhnya kurikulum hanyalah acuan, sedangkan pengembangan ilmu dan pengetahuan berada di tangan guru. Hakikatnya kurikulum adalah guru itu sendiri. Dalam diri guru terdapat struktur ilmu pengetahuan. Semakin tinggi kompetensi guru, semakin banyak pula ilmu dan pengetahuan yang diperoleh siswa. Sebaliknya, guru yang kurang kompeten, sulit meningkatkan kompentensi peserta didiknya.

Membaca adalah salah satu cara untuk meningkatkan kompetensi. Namun, ada konsekwensi logis yang harus diterima, yakni lembaga pendidikan harus menyediakan bacaan yang memadai. Selain itu untuk mengukur sejauhmana kompetensi guru, dapat dilakukan dengan gerakan menulis. Menulis itu sendiri mempunyai manfaat, antara lain. Pertama. Menulis adalah metode terbaik dalam belajar, karena dengan menulis maka seseorang akan berusaha mengingat apa yang pernah dialami, baik melalui tulisan atau buku yang dibaca, pengalaman yang pernah terjadi, pengamatan atau penelitian yang pernah didalaminya. Kedua. Menulis dapat melatih untuk berfikir sistematis dan logis. Ketiga. Menulis melatih berdialog. Keempat. Menulis merangsang untuk mencari tahu. Kelima. Menulis untuk mencerminkan kepribadian. Keenam, Menulis melatih berbicara secara sistematis.

Selain berbagai manfaat di atas. bila semua institusi pendidikan melakukan gerakan menulis, maka semakin banyak referensi informasi dari buku-buku yang ditulis. Antar siswa maupun guru terjadi pertukaran informasi. Akan lebih baik lagi apabila terjadi pertukan karya antar sekolah. Secara tidak langsung antara sekolah satu dengan sekolah yang lain terjadi koneksi. Hingga akhinya mendapatkan informasi terbaik yang dapat diterapkan dalam sistim pendidikan.

Hasil yang diharapkan adalah terciptanya insan-insan pendidikan yang siap menghadapi era global. Insan yang mampu mengelola sumber daya yang dimiliki oleh bangsanya dengan lebih berkualitas, yang diperoleh dari kebiasaan berfikir kritis, sistimatis, logis, dan berwawasan ke depan.

Profil Penulis

M. Maghfur Qumaidi, S.Sos., S.Pd., M.Si. lahir di kediri. Baginya mengajar telah menjadi garis hidupnya. Sejak lulus kuliah bersama sebuah yayasan mendirikan sekolah kejuruan berbasis ke-Islaman. Setelah sekolah itu berjalan dengan baik, Ia harus pindah mengabdi untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan. Perpindahan pengabdian seakan memberikan gambaran, tentang bagaimana menjadi sosok guru yang seharusnya. Saat ini ia mengabdi di MTsN 7 Kediri, sebuah lembaga pendidikan yang berjuluk Madrasah Model Literasi.

Maghfur juga seorang penulis. Beberapa buku telah ditulisnya. Diantaranya buku yang berjudul, Terciptanya surga di kelas, Mengalir jernis menulis buku populer. Menyingkap bumi literasi, Menikmati semusim cinta-Mu, dan Subsidi pupuk dalam realitas. Saat ini masih ada lagi buku tunggalnya yang masih dalam proses penerbitan, buku itu berjudul, Tergoda Kiamat. Selain itu, masih banyak buku-buku antologi yang ditulis bersama penulis-penulis lain, serta antologi hasil lomba menulis tingkat nasional.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wow ini juaranya. Punya saya profil penulisnya tidak di share di sini.

31 Oct
Balas

Ia. barakallah... Amin

31 Oct

Mantap, logis, dan inspiratif. Semangat terus menggelorakan literasi di pelosok negeri. Semoga ....!!!

29 Oct
Balas

Amin...

31 Oct

Ini juaranya. Hebat banget pokoknya Izin dimuat dimajalah sekolah saya pak???

29 Oct
Balas

Silakan bapak.. semoga manfaat

31 Oct



search

New Post