Satu bulan yang lalu, tepatnya tanggal 10 november 2018, saya menemani mas Syaiful Rahman intruktur sasisabu terbaik Media Guru, mengawal diklat Sasisabu di MTsN 2 kota kediri. Terus terang kami tidak ingin gagal untuk mengantarkan siswa-siswi yang telah bersiap menjadi penulis. Dalam setiap waktu kami berdiskusi untuk sekedar evaluasi, tentang kegagalan dan keberhasilan untuk mencetak penulis-penulis baru, akhirnya kami menemukan strategi bagaimana agar sasisabu dapat berhasil dengan baik, diskusi itu terus berlanjut sampai hari ini melalui watshap termasuk bagaimana progres anak-anak.

Terus terang saya biasa menggunakan target-target dalam setiap kegiatan yang embankan kepada saya, mas syaiful juga punya pemikiran yang sama. demikian pula gerakan menulis untuk anak di MTsN 2 kota kediri, yang oleh bapak ceo saya diminta untuk mengawalnya, kami berdua juga memasang target tertentu, yakni berupa target minimal dan maksimal. Memang sasisabu berbeda dengan sagusabu, bila dalam sagusabu sepenuhnya tergantung pada guru itu sendiri bagaimana menyelesaikan naskahnya, tapi untuk sasisabu tidak bisa seperti itu, ada banyak faktor yang memperngaruhi keberhasilan anak-anak dalam menulis buku. Instruktur hebat seperti mas syaiful sangat penting keberadaanya, bagaimana dia mengolah keragu-raguan anak-anak menjadi keyakinan bahwa dia bisa melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak mungkin. Guru – guru pendamping juga sangat mempengaruhi, karena merekalah yang keseharian bersama anak-anak, sehingga dapat melakukan kontrol langsung terhadap pencapaian, serta mengetahui bagaimana kondisi anak-anak yang sesungguhnya. Orang tua atau wali murid juga sangat mendukung keberhasilan, karena, dengan dukungan wali murid maka motivasi juga akan semakin tinggi, apalagi bila sarana untuk menulis tersedia. Hal yang tak kalah penting adalah dukungan semua pihak dilingkungan madrasah untuk mensuport keberhsilan anak-anak.

Beberapa minggu ini terus terang saya dan mas saiful getol untuk memotivasi digrup whatsap sasisabu anak-anak MTsN 2 kota kediri, agar naskah-naskah mereka segera diselesaikan, saya dan mas syaiful memang berbeda gaya, sapaan beliau cenderung khas anak muda sehingga anak-anak bisa terbuka tentang kendala-kendala yang dihadapi, dan saya mungkin cenderung santai tapi lurus dan banyak menanyakan pencapaian. Koordinasi dengan guru pendamping juga kami lakukan, untuk melihat secara riil bagaimana anak-anak menyelesaikan tugas kepenulisan itu, baik perkembangan atau masalah yang dihadapi.

Perjuangan yang tak sia-sia, ternyata di penghujung tahun ini kami telah menemukan anak-anak yang luar biasa, dari progres terakhir pagi ini 51 peserta telah menyelesaikan naskahnya, dan siap setor untuk proses editing, dan progres itu terus berlanjut, sepertinya mereka semua tidak ingin menjadi produk gagal sasisabu, sama seperti yang saya pikirkan bersama mas syaiful, kita harus berhasil dan tetap berkeyakinan 100% anak-anak akan menyelesaikan naskahnya, dan satu bulan lagi buku-buku MTsN 2 Kota kediri siap terbit dan menjadi bacaan anak negeri. Bismilllah.. Salam literasi.