Kembali bernostalgia. Bulan lalu dalam sebuah seminar di Jakarta, tepatnya di JCC. Kebetulan saya sebagai salah satu nara sumber. Sebenarnya saya tak banyak ilmu. Ya satu dua tahun ini saja saya mengenal dunia menulis buku. Saya lihat pesertanya jauh lebih pinter dari pada saya,. Bukan hanya lulusan S1. S2 dan S3 sangat banyak. Demikian pula mereka juga guru-guru senior, yang pantasnya saya berguru pada mereka.

Namun, tak tahu mengapa Pak Ceo MG Muhammad Ihsan meminta saya, untuk manggung di acara itu. Sebisa saya memaparkan apa yang saya tahu. Saya hanya menguraikan bagaimana membangun lingkungan literasi di Madrasah, termasuk bagaiamana cara membimbing siswa- siswi kami agar bisa menulis buku.

Seperti biasa. Bila bicara di panggung, kadang ada yang keluar dari pakem yang direncanakan. Tanpa saya sadari ternyata ada yang tersinggung dengan ucapan saya.

Saat pembawa acara memberi kesempatan tanya jawab. ada seorang guru mengacungkan tangan. Majulah orang itu. Peserta pun boleh memilih siapa nara sumber yang diinginkan.

kebetulan, hampir semua penanya diarahkan ke saya. saya benar-benar grogi. Sepertinya ingin mengakimi.

"Pak, Saya benar-benar tersinggung dengan pernyataan bapak tadi," Dia membuka ucapanya. Tak ada senyum ramah di wajahnya. Saya pun hanya pura-pura tersenyum menutupi debar-debar jantung saya. Saya mikir, pernyataan saya yang mana.

"Pak, saya adalah guru Mapel...... , benar Pak saya belum pernah menulis. Seharusnya saya harus bisa menulis Pak. Masak selama ini saya mengajarkan teori menulis, tapi tak pernah menulis. Maaf.. mapelnya sengaja tidak saya isi, tapi 400 peserta menjadi saksi itu mapel apa. Peserta yang bertanya itu benar-benar berterima kasih. Ia merasa diingatkan, dan akan segera mengikuti kelas menulis. Salam hormat.