M. Muttaqwiati

M. Muttaqwiati dengan M tak terdefinisi, demikian bapa ibu memberikan nama untuknya. Ia alumni jurusan Kimia IKIP Malang dan sekarang menjadi praktisi PAUD di r...

Selengkapnya
Navigasi Web
MERENGKUH HATI MENGGAPAI FITRI

MERENGKUH HATI MENGGAPAI FITRI

MERENGKUH HATI MENGGAPAI FITRI

M. Muttaqwiati

Trainer Parenting dan Penulis Bukan ibu Biasa

Ayah, bunda, mari kita berhenti sebentar, sebentar saja. Kita coba menapak masa lalu ketika masih menjadi bocah kecil tanpa dosa. Ketika senja tiba, di surau suara bedug bertalu pertanda Romadhon berakhir dan kita masuk ke dalam kurun baru. Kurun yang kita sebut dengan Idul Fitri, yang ditandai dengan takbir penggetar sukma. Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar. Laa ilaaha illallahu Allahu Akbar. Allahu Akbar walillahilhamdu.

Ada yang terasa indah di jiwa bukan? Ah, bahkan keindahan itu telah menelusur pelan, mengusap dada dan membasahkan mata. Masih ingat kehebohan kita membuat ‘oncor’ (baca: obor) kemudian tak sabar menanti malam saatnya berkeliling kampung yang hanya dihiasi gemintang dan dicahyai oleh nyala obor dari para pelantun takbir?! Atau bagi ayah bunda yang begitu bersemangat menyiapkan diri untuk malam gempita di atas truk yang mengangkut para pentakbir yang membahana?! Masya Allah.. demikian indah bukan?!

Sekarang marilah kita tarik keindahan itu ke masa kini. Kita bawa kegembiraan dan keindahan itu menjalari anak-anak kita. Meski dengan corak yang berbeda, dengan kisah yang tak akan sama, namun ada dalam satu belanga rasa; indah dan bahagia.

Sebuah keindahan, sebuah kebahagiaan yang lahir dari bulan yang Allah anugerahkan untuk umat Islam. Bulan yang lebih baik dari seribu bulan. Selama sebulan kita bertapa dengan menghindari berbagai ‘makanan’ yang merusak hati. Dari ghibah dan namimah, dari iri dan dengki, dari murka dan balas dendam. Ah, begitu banyak ketidakbaikan itu sengaja tak kita biarkan memasuki kehidupan kita. Masa pertapaan itu telah usai. Kita tak lagi menjadi kepompong yang memintal hari dengan menempa diri dalam berbagai kebaikan. Saatnya kita terbang mengepak sayap menjadi seekor kupu-kupu yang memesona. Segenap mata memandang mentakjubi eloknya. Masya Allah.

Namun ayah bunda, kita mesti tetap hati-hati. Angin, badai, pemangsa bisa merusak keindahan kita. Kita gunakan moment Romadhon yang baru saja kita jalani, menjadi baterai yang tak redup dan jangan biarkan redup. Sosok baru layaknya ulat yang bermetamorfose menjadi kupu-kupu ini mari terus kita jaga. Bukan hanya diri kita sendiri, tetapi juga anak-anak kita.

Pertama Hiasi Idul Fitri dengan binar kebahagiaan yang berpendar di wajah. Ajak anak-anak mengakhiri Romadhon dengan takbiran. Tak ada salahnya mengijinkan mereka ikut serta bersama teman-temannya entah di sekolah atau di masjid dalam acara ini. Kalau terlihat tidak antusias, kita perlu menyemangati dan memotivasi. Hari raya Idhul Fitri adalah saat yang tepat untuk melakukan syiar.

“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati (QS. 22:32)

Karena dalam rangka syiar agama, maka tidak tepat tentunya mengisi hari raya ini dengan hal-hal yang tidak pantas dalam ukuran syari’at Islam. Demikian juga dalam acara takbiran, halal bihalal entah itu dengan keluarga besar, bersama teman-teman lama atau yang lainnya. Adab-adab islami mestilah diterapkan.

Sebagai orang tua kita juga perlu tahu ke mana anak-anak kita mengisi hari raya. Berbagai hiburan banyak menawarkan acara menarik, maka kita harus benar-benar selektif. Jangan sampai indahnya sayap kupu-kupu terobek-robek oleh aktivitas yang mencederai taqwa.

Kedua Menjaga stamina kebaikan setelah Allah keluarkan kita dari camp pembinaan sebagai hamba yang Insya Allah menggapai ketaqwaan. Jangan biarkan anak-anak tunai melakukan kebaikan bersamaan dengan berakhirnya Romadhon. Di hari-hari selepas bulan mulia itu, diantara berbagai kesibukan dan rutinitas kita, pantauan orang tua tetap dibutuhkan. Maka baterai kita juga jangan biarkan redup. Kita bisa meneruskan sahur dan berbuka bersama dengan mengajak mereka berpuasa sunnah. Rajinnya membaca Al-Qur’an menjadi peluru bagi lajunya kecintaan terhadap kita suci. Kadang perlu juga anak-anak diajak bernostalgia tentang indahnya bersama Al-Qur’an selama bulan Romadhon dan mengajak mereka kembali menikmati nuansa indah itu. Demikian pula dalam berbagi. Berbagai keindahan beramal saat syahrul mubarok perlu kadang-kadang dibentangkan untuk dikenang yang selanjutnya akan menjadi kerinduan untuk mengulang dan mengulang.

Ketiga Saling mendoakan. Di negeri kita tercinta ini, hari raya Idul Fitri adalah moment silaturrahim. Saling kunjung dengan tetangga dekat, saling kunjung dengan sanak saudara merupakan kebiasaan yang sudah begitu lekat. Membiasakan anak-anak meminta doa kepada orang-orang sholeh, dari yang lebih tua, sangatlah bagus. Hal demikian akan mendidik anak-anak untuk ihtirom dan membiasakan mereka memiliki sikap saling mendoakan. Bagaimana dengan kita para orang tua? Tentu tak ada orang tua yang bosan mendoakan putra-putrinya.

Selamat melintas jagad dengan sayap kupu-kupu yang indah. Elokmu adalah wujud ketaqwaanmu. Mari terbang, bersama anak-anak kita membawa manfaat bagi sesama tanpa abai terhadap Pemilik jagad karena kita mesti menjaga hablumminallah kita. Wahai kupu-kupu.. hinggaplah di benang-benang sari agar putik-putik itu membuah. Dan kupu-kupu tak kan pernah lupa bertasbih, berdzikir pada Tuhannya. Kitalah kupu-kupu itu, makhluk menakjubkan setelah memintal benang dalam puasanya yang khatam. Selamat menjadi manusia baru yang elok.

___OOO___

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terima kasih taujihnya bu Muttaqwiati. Insyaa Allah bermanfaat.

18 Jun
Balas

Aamiin. sama-sama P Yudha

18 Jun

masya Allah luar biasa. sebagai pengingat. jazakillahu khairaan katsiiraan

21 Jun
Balas

Aamiin..

27 Jun



search

New Post