Moch. Afan Zulkarnain

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Pesan di Balik Kertas Ulangan

Pesan di Balik Kertas Ulangan

Bu Irma. Banyak yang bilang guru yang satu ini sangat kiler. Kakak kelas pernah menceritakan kepadaku tentang disiplinnya beliau. Semua tugas harus dikerjakan. Bila tidak akan diberi hukuman, menghapal Asmaul Husna, surat-surat pendek, hingga nama-nama Nabi. Entahlah, padahal beliau ini guru matematika, tapi hukumannya menjurus ke agama.

Selain itu, yang tidak mengerjakan tugas diminta membuat surat keterangan tidak akan mengulangi lagi kesalahan itu. Yang membuat bergidik ketakutan adalah surat tersebut harus ada tanda tangan guru BK dan orang tua. Ya, ada perasaan takut apabila orang tua tahu kalau kami tidak mengerjakan tugas sekolah.

Aku pernah lupa tidak mengerjakan tugas. Aku sendiri yang tidak mengerjakan. Akibatnya aku diminta manghafal surat Al A’la beberapa menit sebelum jam pelajaran matematika selesai. Sendirian. Pulang sekolah , aku langsung mendapat omelan dari ibu sesaat setelah kusodorkan surat keterangan. Ibu bahkan tidak mau memberi tanda tangan sebelum aku membersihkan pekarangan, mengepel lantai dan merapikan gudang. Ah…sudah dapat hukuman di sekolah, dapat hukuman lagi di rumah.

Sejak saat itu, aku berjanji akan rajin mengerjakan tugas.

Suatu ketika, Bu Irma mengadakan ulangan mendadak. Tentu hal itu membuat semua siswa di kelas terkejut. Kami sama sekali tidak mepersiapkannya. Beliau langsung membagikan lembaran kertas fotocopian kepada kami semua. Ada 5 soal yang harus kami kerjakan.

Aku mengernyitkan dahi. Mencoba mengingat-ingat materi yang telah diajarkan Bu Irma dan mengaitkannya pada soal. Semakin aku berpikir, semakin pula aku merasa kebingungan. Ah…bagaimana aku bisa menyelsaikan soal-soal ini dengan benar?

Aku melirik ke teman sebangkuku. Ia juga tampak gelisah. Tangan kirinya mencoba merengkuh buku catatan yang ia letakkan di bawah meja. Namun belum sempat ia melancarkan aksi menconteknya, Bu Irma langsung menghardiknya.

“Tedi!!!! Kejujuran itu nomer satu!!! Percuma nilai baik tapi didapat dengan cara tidak jujur!!”

Suara Bu Irma sangat tegas. Di tambah lagi dengan ekspresi beliau yang amat menakutkan. Kelas menjadi hening. Semua mata tertuju pada Tedi. Teman sebangkuku itu menunduk. Tangannya bergetar. Perasaan takut dan malu bercampur. Aku sedikit melihat air mata meleleh di pipinya. Ah…Tedi amat perasa.

Bu Irma sebenarnya guru yang menyenangkan. Beliau mampu mentransfer ilmu dengan baik. Terlebih , beliau selalu menyelingi pembelajaran dengan jokes-jokes ringan. Kelas menjadi hidup. Setiap kali mengajar, beliau juga selalu memberi kejutan. Dari mengadakan games, hingga diskusi yang sangat seru. Namun, itu tadi, beliau sangat disiplin. Beliau sangat memegang teguh prinsip kejujuran. Makanya banyak yang mengatakan kalau Bu Irma itu sangat kiler.

Aku kembali memfokuskan pikiranku pada 5 buah soal yang harus terselesaikan dalam waktu satu jam. Sedikit demi sedikit dapat aku kerjakan. Entah jawabanku salah atau benar. Urusan nanti.

Suasana kelas masih senyap. Hingga bel pergantian pelajaran berdering, tak ada yang bersuara. Hening.

Esoknya, Bu Irma membagikan hasil ulangan. Aku mendapat nilai 65. Sedikit meningkat dari ulangan sebelumnya yang hanya mendapat 58. Kertas ulangan tersebut penuh dengan coretan-coretan berwarna merah. Itu adalah tulisan Bu Irma yang mengkoreksi pekerjaanku. Lewat tulisannya, beliau juga memberi tahu cara dan jawaban yang benar di setiap soal.

Ada satu kebiasaan Bu Irma saat mengkoreksi pekerjaan kami. Di pojok kanan bawah kertas beliau selalu memberikan pesan. Setiap anak memiliki pesan yang berbeda. Hari itu aku mendapat pesan seperti ini:

“Alhamdulillah, meningkat dari ulangan sebelumnya. Tetap semangat,ya. Kamu sudah berusaha maksimal. Hanya saja kurang teliti dalam mengerjakan. Semoga ulangan berikutnya lebih baik.

Itulah yang aku suka dari Bu Irma. Beliau sangat mengetahui perkembangan murid-muridnya. Ia selalu memberikan pesan positif kepada kami agar terus semangat belajar.

Aku mengalihkan pandangan ke arah Tedi. Ia membaca pesan di pojok kanan bawah kertas ulangannya. Aku melirik dan turut membaca pesan tersebut.

“Kelak, kejujuranmu akan mengantarkanmu menjadi orang yang bijak. Kejujuranmu akan membuatmu dipercaya oleh banyak orang. Maka, ayo mulai sekarang bersikap jujur. Nilaimu masih kurang. Semangat belajar,ya.”

Tedi bergetar. Ia memandangku. Ia mengatakan sangat menyesal dengan sikapnya kemarin.

Begitulah, Bu Irma memang sangat tegas, tapi itulah cara beliau mendidik kami. Terima kasih,Bu. Semoga Allah selalu memberikan Ibu kesehatan. Dimanapun sekarang berada.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post