Tantangan menulis hari pertama

Ahad kemarin, saya mengumpulkan lembaran-lembaran hasil karya anak pertama saya yang berserakan. Ini di luar tugas dari TKnya. Maklum, sudah sebulan penuh LFH (Learn From Home) berjalan. Hal ini menuntut kreativitas guru dan orang tua. Tak terkecuali saya dan istri.

Awalnya anak saya menolak, namun setelah saya beri penjelasan, ia bisa menerima. Sudah tak terhitung buku-buku dan kertas corat-coretnya hanya menjadi sampah. Padahal di balik selembar kertas dan sebuah buku, ada proses luar biasa. Proses pembuatannya sampai dengan kertas atau buku itu di beli. Maka saya agak marah jika anak-anak saya memperlakukan buku yang tidak semestinya. Seperti melempar, mencoret-coret apalagi sampai merobek. Karean buku adalah salah satu "wasilah" memperoleh ilmu. Ilmu adalah mulia, maka perangkat-perangkat meraih ilmu patut kita muliakan.

Biasanya saya menyediakan kertas yang sudah ada sketsanya. Jenis gambarnya sesuai dengan moodnya hari itu. Saya termasuk tidak jago ngegambar, untung ada ada printer. Cukup membantu saya.

Anak yang mendapat apresiasi akan meningkat kepercayaan dirinya. Jika PDnya muncul, maka dia akan kreativ, inovatif. Pada akhirnya ia akan berprestasi.

*** Selingan: printer itu saya beli dari uang min haitsu laa yahtasib. Alias ora ke nyono-nyono. Seingat saya dari uang tunjangan apa gitu...... harganya sekitar 550.000an kala itu. Printer merek "C" ini sangat bersejarah. Membantu saya ngeprint tarusan halaman skripsi dan tesis saya. Sungguh bersejarah bukan! Nah, stempelnya ini punya Uminya, yang kala itu sebelum punya anak sempat diminta menjadi guru TK. ***

Hasil karya di foto2 ini memang belum sempurna, inalah uniknya. Akan saya bahas di tulisan berikutnya. Mulai dari segi cocokologi, kelebihan di balik "kebelum sempurnaan", Asma'ul husna hingga sudut pandang sufisme.

Badan saya memang tidak boleh kemana2 karena PSBB, namun berfikir tidak bisa dibatasi. Salam nyuargo! #tantangan menulis MediaGuru

Depok, H-5 Ramadhan