Tantangan ke 2

Selain saya mendapatkan tantangan menulis tiap hari tanpa putus, saya juga mendapatkan tantangan memberi materi PJJ ke santri ngaji Maghrib saya. Kenapa saya sebut tantangan? Iya karena orang tua minta materinya tidak cuma ngaji, menghafal surat saja. Kalo bisa diselingi doa-doa ya pak! tandas orang tua santri.

Memang, guru tidak selalu tahu semuanya. Namun, juga tidak boleh menyerah begitu saja. Wah, kira-kira materi apa ya? Pikir saya! Sedangkan materi wudhu dan solat sudah saya selesai materinya bulan lalu. Pikiran saya makin campur aduk. Antara bingung dan tertantang.

Tiba-tiba pas solat Ashar rokaat ke dua, muncullah ide "kenapa tidak doa-doa wudhu saja!" Sholat saya jadi tidak khusyu'. Antara istighfar minta ampun, apa bertahmid karena dapat ide!

Jan tenan... setelah solat, saya pikir-pikir lagi tentang munculnya ide tadi saat solat. Apakah ini yang kebenaran Surat Al Baqarah 153? "kita diperintahkan minta tolong kepada Allah dengan sabar dan sholat" apa justru ini godaan setan yang muncul saat sholat? pikiran saya makin ra karuan!

Setelah solat Ashar, segera saya buka laptop untuk mengetik. Saya tambahkan sedikit sentuhan dengan sedikit sentuhan photosop, biar nampak menarik ketika di baca.

Doa yang saya maksud adalah

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ جَعَلَ مِنَ الْمَاءِ طَهُوْرًا

Yang artinya segala puji hanyalah milik Allah yang telah menjadikan air (yang) suci dan mensucikan.

Saya belum memeriksa dari mana doa ini berasal. Namun dari artinya saja, membuat saya takjub. Takjub dengan ajaran islam.

Sekilas, setelah membaca doa ini saya kepala manggut-manggut. Membenarkan metode cuci tangan yang saat ini digalakkan sebagai upaya pencegahan Covid 19. Menyusul metode karantina, yang mana metode ini juga sudah di zaman Sahabat Nabi, yang kala itu menghadapi wabah Tha'un.

"Rabbana maa khalaqta haazaa baathila. Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia" zikir yang tak henti-hentinya terucap, menutup tulisan ini.

#TantanganGurusiana