Ramadhan, ngemil bolehkah? Kalo yang dimaksud ngemil adalah makan dengan cara sedikit-sedikit ya jelas tidak boleh. Namun jika ngemil yang dimaksud adalah metode dalam membaca, ya jelas dibolehkan. Bahkan dianjurkan. Dan ini tidak membatalkan puasa.

Konon, orang yang suka ngemil makin naik berat badannya. Contohnya saya. Saya makan itu kadang2. Cuman sehari 2-3 kali. Namun selingannya yang banyak. Ya gorengan, lontong (arem2), ya pisang goreng. Pokoknya tidak nolak.

Begitu juga "ngemil" dalam membaca merupakan salahsatu metode yang bisa dipakai. Yaitu membaca dengan "nyicil". Bisa dipraktikkan ketika membaca Al Qur'an. Misalnya habis subuh, 5 halaman, zuhur 5 halaman dan seterusnya.

Metode membaca "ngemil" adalah membaca apa saja pada judul atau topik yang kita sukai. Jadi tidak harus dari awal sampai akhir. Bisa juga dibalik, bisa juga kita acak sesuai dengan informasi yanh sedang kita butuhkan. Metode ini bisa membantu dalam "menggairahkan" minat baca.

Metode ini saya terapkan di hari ini. Saya langsunh buka salah satu kitab yaitu "At Tibyan fii adabi hamalt Al Qur'an". Yaitu kitab panduan bagi para pengemban Al Qur'an. Pada halaman 67 saya temukan tentang salahsatu perkataan Ulama, namanya Ibrahim Al Khawwas. Menurut reverensi yang saya baca, beliau hidup sekitar abad ke tiga hijriyah.

Pada halaman tersebut beliau menyampaikan tentang obat hati yang jumlahnya ada lima. Mungkin tidak asing bagi kita syair tentang tombo ati atau obat hati. Salahsatunya adalah yang dipopukerkan oleh Opik. Dari sini kita jadi tahu, jauh asal-muasal tentang nasehat tersebut. Lima obat hati tersebut adalah membaca Al Qur'an yang disertai penghayatan mendalam, puasa, Qiyamullaul, merendah di hadapan Allah dan terakhir adalah duduk bersama Ulama. Saat ini, poin ke lima kita terbantu dengan adanya teknologi. Dengan metods daring. Walau idealnya kita ber"mujalasah langsung".

Ini ngemil saya hari ini. Mudah2an bisa menggemukkan jiwa dan raga

#Ramadhan 1