Napas Ibu
Aku kehilangan aksara
ketika melukis keagunganmu
Bukan karena kebodohanku
Tetapi tak kutemukan diksi yang sepadan
untuk mewakili pesona keluhuranmu
Aku hanya mampu bercerita
tentang asap tungkumu yang mengangkasa
saban hari
menguak pekat cakrawala fajar
atau
menari di bawah cerah lengkung jumantara
bahkan
ketika waktu dalam rengkuh paling kelam
Terngiang doa-doamu nan tajam menderas
menguras segala sengat bongkak
yang tumbuh liar dalam palung kesadaranku
Napasmu Ibu
adalah angin swargaloka
mendesir lembut penuh cinta
untuk setiap helaan dan hembusan
Lombok Timur, 27 Maret 2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Alhamdulillaah, keren puisinya, sehat bersama keluarga, sukses pak Ashabul Yamin